Bab 51: Appraisal
Berbaring di sofa, Dorothy mengunyah kue sambil mencibir tulisan yang tertera di buku mistis di tangannya. Pendapatnya tentang betapa tidak beretikanya Aldrich baru saja jatuh ke titik terendah.
Seperti yang kuduga… orang ini lebih mirip penipu ketimbang tukang batu… pikirnya sinis. Benaknya melayang pada simbol “Batu”—sebuah koin emas berukir segitiga sempurna. Apakah simbol itu menandakan hubungan antara “Batu” dengan kekayaan, atau bahkan perdagangan? Bagaimanapun juga, Guild Pengrajin Putih memang merupakan sebuah organisasi dagang…
Dorothy tidak berlama-lama memikirkannya. Terlalu banyak menebak tak akan menghasilkan jawaban pasti, jadi ia kembali fokus pada hal-hal yang ada di hadapannya.
Menyandarkan tubuh dengan malas di sofa, Dorothy mulai meninjau hasil hari ini sekaligus menata ulang keadaan dirinya.
Pertama, soal jarahan. Selain buku mistis itu, ia berhasil mengambil lima puluh pound dari rumah Burton. Ditambah dengan enam belas pound yang sudah ia punya, kini ia mengantongi total enam puluh enam pound. Jumlah itu cukup untuk hidup nyaman sebagai orang biasa, tapi masih jauh dari cukup di dunia bayangan yang penuh rahasia.
Selanjutnya, empat sigil pemakan jiwa yang kini ia miliki. Awalnya ia hanya punya dua, lalu menambah dua lagi hari ini. Setelah mencoba salah satunya tadi, ia tahu setiap sigil hanya bertahan sekitar tiga puluh detik. Untuk pertarungan panjang, satu saja jelas tak cukup. Lebih parah lagi, efeknya tak bisa ditumpuk, dan sekali memakainya langsung menguras satu poin spiritualitas “Piala”.
Untuk persenjataan, Dorothy kini memiliki lima revolver dengan lebih dari dua ratus butir peluru—cukup untuk sementara. Namun saat menghadapi Craver tadi, ia merasakan jelas kelemahan revolver. Ia mulai mempertimbangkan untuk mencari senapan yang lebih kuat atau, kalau bisa, bahan peledak.
Cincin Marionet Mayat miliknya sudah terisi ulang, meski “jari baterai” yang ia tinggalkan hanya mampu satu kali pengisian lagi. Setelah itu, ia harus mengorbankan spiritualitas “Piala”-nya sendiri untuk mengisi ulang. Awalnya cincin itu hemat energi, satu kali isi bisa bertahan setengah tahun untuk pemakaian normal. Tapi karena Dorothy memaksanya dengan cara aneh memakai “Wahyu”, konsumsi energinya jadi melonjak drastis.
Terakhir, soal spiritualitas. Dari lima poin “Wahyu” bawaan, kini hanya tersisa dua. Butuh dua hari untuk pulih penuh, dengan catatan ia beristirahat benar-benar. Dalam sehari, tubuhnya bisa mengisi ulang dua poin “Wahyu”. Selain itu, ia masih punya: lima poin “Piala”, lima poin “Bayangan”, satu poin “Batu”, satu poin “Lentera”, dan satu poin “Sunyi”.
Setelah menata pikirannya dengan cermat, Dorothy menghela napas panjang, meregangkan tubuh, lalu berganti posisi lebih nyaman di sofa. Kini fokusnya beralih pada pengetahuan mistis.
Buku itu sudah ia pelajari sebelumnya. Biasanya ia akan mengekstrak spiritualitas yang terkandung di dalamnya, tapi kini ia punya pilihan lain.
Sejak naik peringkat menjadi Cognizer, Dorothy merasakan jiwanya menguat—Soul Codex miliknya melebar! Ia bahkan sudah mencatat tahap ketiga dari Unrelenting Force yang tadinya belum tercatat. Kini ada ruang untuk menampung lebih banyak pengetahuan dunia lain.
Karena baru saja naik, Dorothy tak buru-buru mengejar peringkat berikutnya di jalur “Tanah Hitam”. Targetnya sekarang adalah mengisi Soul Codex dengan berbagai keterampilan, baru setelah penuh ia akan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Dorothy memutuskan untuk menguji pengetahuan dunia lain apa yang bisa ia tukarkan lewat buku mistis yang barusan dipelajari.
‘Sistem… aku mau memakai Buku Catatan Rahasia Penaksiran untuk menukar pengetahuan dunia lain.’
Pikirnya dalam hati. Tak lama, sistem menjawab cepat.
“Buku Catatan Rahasia Penaksiran teridentifikasi sebagai teknik penaksiran tingkat dasar… Menukar… Book of Cain: Appraisal (Flawed).”
Saat suara berbisik sistem bergema di benaknya, gelombang informasi baru mengalir deras ke kesadarannya. Dorothy segera memahami keterampilan baru itu. Mengedip, ia menelaah pengetahuan yang baru saja masuk.
“Penaksiran… Book of Cain Appraisal? Jadi kali ini pengetahuan dari dunia Diablo…”
Dorothy mengusap pelipis sambil bergumam. Ia pernah memainkan Diablo di kehidupan sebelumnya, jadi tahu betul apa itu Book of Cain dan keterampilan appraisal. Penulisnya, Deckard Cain, seorang sarjana yang menguasai beragam pengetahuan dan sejarah gaib dunia Diablo. Dalam Diablo II, ia berperan sebagai NPC yang mengidentifikasi barang atau menjual gulungan identifikasi, kadang memberi misi. Ia akhirnya tewas di Diablo III, tapi sebelum itu meninggalkan Book of Cain untuk Leah, keponakan angkatnya.
Bagi Dorothy, Cain selalu jadi alat untuk menaksir barang dan pembagi misi di Diablo II. Namun, tak bisa dipungkiri, keahliannya menaksir barang sangat berguna—bisa langsung mengungkap nama, atribut, dan fungsi suatu benda. Jika Dorothy bisa menirunya dengan sempurna di dunia ini, itu jelas akan jadi keterampilan yang sangat praktis.
Bersemangat, Dorothy segera meneliti keterampilan barunya. Tapi harapannya runtuh saat sadar yang ia dapat hanyalah versi cacat.
Cain asli bisa menaksir tanpa biaya atau pengorbanan apa pun. Sementara versi Dorothy mengharuskan konsumsi spiritualitas tiap kali dipakai. Semakin kuat itemnya, semakin besar biayanya. Dengan kesal, Dorothy pun menegur sistem.
“Oi, Sistem, kenapa keterampilan penaksiranku cacat begini?”
“Buku Catatan Rahasia Penaksiran hanyalah pengetahuan dasar, tidak cukup untuk menukar keterampilan Cain secara lengkap. Menyediakan pengetahuan lain yang berhubungan dengan penaksiran di masa depan mungkin memungkinkan penyempurnaan keterampilan.”
Jawaban sistem singkat dan jelas. Dorothy segera paham. Intinya, keterampilan tingkat dewa milik Cain terlalu tinggi, ia tak mungkin menirunya hanya dengan satu buku dasar.
Meski begitu, versi cacat ini tetap punya nilai. Selama spiritualitasnya cukup, Dorothy bisa mengidentifikasi benda mistis sekuat apa pun.
Dengan pikiran itu, ia bersiap menguji keterampilan barunya.
Ia mengangkat tangannya, menatap cincin Marionet Mayat yang melingkar di jarinya. Dalam pandangannya, cincin itu memancarkan kilau merah samar, menegaskan sifat mistisnya.
Keterampilan penaksiran ini tidak hanya menyingkap detail informasi, tapi juga punya fungsi dasar untuk membedakan benda biasa dan benda mistis. Bahkan benda non-mistis yang memiliki sedikit spiritualitas bisa terdeteksi jika ia memusatkan perhatian.
Deteksi awal ini tidak memakan spiritualitas. Hanya saat mengekstrak informasi lengkap suatu benda barulah menguras energi. Misalnya, cahaya merah pada cincin Marionet Mayat mengonfirmasi bahwa itu adalah item spiritual “Piala”.
“Lumayan…”
Dorothy bergumam, lalu mulai melirik benda-benda lain di rumah. Pandangannya berhenti ketika ia melihat kilau perak samar yang memancar dari cincin berbentuk bulan sabit di tangan satunya.
No comments:
Post a Comment