Grimoire Dorothy Chapter 50

Bab 50 : Membaca

Waktu terus berjalan hingga siang berganti senja, lalu malam perlahan menyelimuti Igwynt.

Dalam gelapnya malam itu, sebuah pertemuan mendesak tengah berlangsung.

Di sebuah ruangan luas remang-remang, para anggota inti Crimson Eucharist duduk berjejer di kedua sisi meja makan panjang yang hanya diterangi cahaya lilin. Tidak seperti biasanya, meja itu kosong dari hidangan berdarah. Jumlah mereka pun berkurang satu.

Suasana mencekam, wajah-wajah mereka tegang, jauh dari canda kebersamaan seperti biasanya.

“Burton sudah mati. Menurut informasi dari Biro Serenity, ia ditemukan tak bernyawa di rumahnya, bersama semua anak buahnya. Tak ada satu pun yang selamat,” ucap Buck, pria paruh baya berwajah pucat dengan kumis tipis, duduk dekat ujung meja. Beritanya membuat Clifford—si bungkuk bermata melotot—terperanjat.

“Mati? Jadi dia benar-benar sudah tidak ada?! Buck, bukankah kau sudah memperingatkannya untuk mundur? Kenapa dia masih bisa mati di tangan para Hunter?!” seru Clifford gusar.

Buck menjawab dengan nada berat. “Bukan Biro. Dari yang mereka temukan, Hunter yang dikirim malah sudah terbunuh lebih dulu, dengan cara mengenaskan. Bahkan Biro sendiri kebingungan siapa yang lebih dulu membunuh Burton.”

Clifford tertegun. “A… ada yang mendahului Biro? Siapa yang berani—atau bahkan sanggup—melakukannya di Igwynt? Apa Grayhill?”

Buck menggeleng perlahan. “Tidak… Meski Grayhill membenci kita, dia pria berprinsip. Dia tidak akan melanggar netralitas Guild White Craftsmen. Ini… menandakan munculnya kekuatan tersembunyi baru di Igwynt.”

“Kekuatan baru… Apa ini ada hubungannya dengan insiden Albert? Jangan-jangan ini perkumpulan rahasia lain?!”

“Benar… Aku curiga ‘Edrick’ yang disebut Burton sebelumnya sudah direkrut mereka. Jalur spiritual mereka belum jelas, tapi nyata mereka bekerja melawan kita.” Ucapannya diakhiri dengan hantaman keras ke meja, membuat lilin bergetar.

“Menyapu markas Burton dan membantai semua orang dalam waktu singkat—itu kekuatan luar biasa. Kurasa mereka mengerahkan sedikitnya dua atau tiga Beyonder sekaligus. Kalau kurang dari itu, mustahil seefisien ini.”

Nada Buck kelam, dan Clifford tampak makin gelisah.

“Perkumpulan saingan? Dua atau tiga Beyonder? Buck, ini serius! Albert dan Burton sudah hilang. Kita harus beri tahu Mentor, biarkan beliau yang turun tangan!” seru Clifford panik. Crimson Eucharist yang selama ini tak tersentuh, kini menderita kehilangan besar hanya dalam hitungan minggu.

Buck terdiam, lalu menoleh perlahan ke arah seorang pemuda berambut cokelat gelap yang duduk diam sejak tadi.

“Bill, situasi makin gawat. Bolehkah kita hubungi Mentor?”

“Tidak. Mentor sudah menegaskan agar jangan diganggu di masa persiapan kenaikan peringkatnya,” jawab Bill datar. Sikap tenangnya membuat Clifford makin tersulut.

“Sebuah perkumpulan rahasia, mungkin bekerja sama dengan Biro, sedang mengincar kita! Kita sudah kehilangan dua anggota! Ini menyangkut kelangsungan hidup seluruh Eucharist, Bill! Bagaimana bisa kita tidak melibatkan Mentor?!”

Bill menggeleng acuh. “Tidak. Mentor sudah jelas-jelas mengatakan semua masalah harus kita tangani sendiri. Masa kalian sebegitu tidak mampunya? Bukankah dia sudah meninggalkan kesempatan ramalan untuk kita?”

Tatapan Bill beralih ke Buck. Clifford pun spontan mengikuti.

“Benar juga… Ramalan! Mentor meninggalkan kesempatan ramalan! Buck, ini saatnya dipakai! Kita harus temukan bajingan yang bersembunyi itu dan balas dengan keras!”

Buck terdiam beberapa saat, lalu mengangguk pelan.

Beberapa jam sebelumnya.

Setelah seharian izin sekolah, aku—Dorothy—menikmati waktu luangku sebaik-baiknya. Pagi kugunakan untuk “ekstrakurikuler”, sore kujadikan kesempatan berkeliling kota. Saat jam sekolah biasanya berakhir, barulah aku naik kereta pulang.

Begitu turun di Sunflower Street, kubayar ongkos dan menaiki tangga menuju pintu rumah. Setelah membuka kunci, aku masuk ke ruang tamu yang kosong.

“Ah… Kakak belum pulang. Wajar saja, setelah kasus besar tadi, lembur itu pasti.”

Kutatap ruangan yang sepi, dan dalam hati aku nyaris tak merasa bersalah atas beban kerja ekstra yang secara tak langsung kuberikan padanya.

Mengetahui Gregor tak ada, aku jadi lebih bebas. Kue-kue dan permen yang kubeli kutaruh di meja, sepatuku kulepas sembarangan, lalu aku merebahkan diri di sofa empuk. Tak perlu repot meminta Bu Harker di bawah untuk masak. Makanan manis ini cukup jadi makan malamku.

“Ahhh… Sendiri di rumah itu paling enak. Mungkin aku harus bikin lebih banyak keributan biar Kakak sering lembur…”

Aku meregangkan badan dengan malas, lalu menarik sebuah buku bercover biru tua dari dalam tas. Sambil ngemil manisan, aku membolak-balik halaman tanpa duduk rapi, melainkan selonjoran santai di sofa.

Buku ini tak lain adalah manuskrip mistis yang kucuri dari rumah Burton. Dengan Gregor tidak ada, aku bisa mempelajarinya bebas di ruang tamu.

Tetap saja aku berhati-hati—sebuah boneka gagak sudah kuposisikan di ambang jendela sebagai pengawas.

Dengan kemampuan membaca cepat seorang Cognizer, buku tipis ini kulahap dalam sekejap. Isinya langsung terserap penuh ke dalam ingatanku.

Judulnya “Catatan Rahasia Penilaian”. Penulisnya seorang Beyonder jalur “Batu” yang juga ahli permata. Buku ini semacam panduan untuk mengidentifikasi benda mistis—mengajarkan cara mengenali benda yang terisi spiritualitas, membedakan artefak bersegi rahasia, hingga menemukan harta di balik barang antik biasa.

“Tak kusangka… bukan pengetahuan jalur ‘Chalice’. Kupikir semua barang sitaan milik anggota Eucharist pasti aneh. Bagaimana Burton bisa dapat buku ini?”

Aku mengernyit, lalu menemukan dedikasi di halaman judul:

“6 Desember 1240. Dihadiahkan oleh André kepada Aldrich. Semoga persahabatan kita abadi.”

Senyum miring langsung mengembang. Sosok Aldrich dengan senyum liciknya jelas terbayang di kepalaku.

“Ha… aku penasaran, berapa harga yang dia pasang untuk ‘persahabatan’ André itu.”

Nada sinisku menggantung di ruangan yang hanya ditemani cahaya lampu malam.

No comments:

Post a Comment