Novel Abnormal State Skill Chapter 412

412 - Pure Structure



Catatan Penulis

(Pengumuman singkat)

Volume terbaru, Volume 13, dijadwalkan rilis pada 25 April. Untuk edisi spesial dengan tapestry———–

[Eksklusif, Ilustrasi Baru] Failure Frame: Abnormal State Skill Volume 13 A3 Tapestry Set (Eksklusif di OVERLAP STORE)

—saat ini sudah tersedia untuk pre-order di OVERLAP STORE.

Aku baru sadar agak terlambat soal pengumuman ini, jadi batas waktu pemesanannya cukup singkat, hanya sampai 25 Maret (Selasa) pukul 23:59. Namun, karena Failure Frame sendiri jarang sekali memiliki merchandise, item ini bisa jadi kesempatan bagus bagi yang ingin mengoleksi barang resmi terkait seri ini. (Meski, karena termasuk tapestry, harganya memang agak tinggi.)

Tapestry ini menampilkan ilustrasi baru Seras yang sangat memikat. (Aku tidak yakin bisa membagikan link langsung karena peraturan, jadi mohon maaf atas sedikit repotnya. Tapi jika kalian tertarik, silakan cari dengan kata kunci: 「ハズレ枠」, 「13巻」, dan 「タペストリー」. Biasanya akan muncul di urutan atas hasil pencarian.)

Catatan Penerjemah (T/N):

Harga sekitar ¥5,562 atau kurang lebih 37 USD.


[Di dunia ini, ada kejahatan yang tak bisa diselamatkan.]

Suatu hari.

Nenek pernah mengatakan itu padaku di dojo tempat kami biasa berlatih.

[Aku pernah hidup di dunia yang benar-benar busuk. Saat pertama kali datang ke keluarga ini, aku bahkan merasa benci karena tahu dunia seindah ini bisa ada di negara yang sama. Terus terang saja, waktu itu aku berpikir, “Apa sih yang salah dengan orang-orang ini?”.]

Nenek duduk bersila, tangan kanannya dimasukkan ke dalam lengan seragam latihannya, lalu melanjutkan.

[Tapi setelah cukup lama tinggal di dunia ini, aku sadar, dunia kalian juga punya bentuk kejahatannya sendiri. Kejahatan di dunia kalian itu…… hmm, kalau harus kujelaskan, rasanya seperti versi yang lebih busuk dari ‘kepalsuan’ yang sering disebut bocah Holden itu——— Yah, dibandingkan dengan kejahatan dari dunia tempatku berasal, mungkin masih lebih baik sedikit.]

[Eh…… Holden-san itu kan tokoh utama dalam “The Catcher in the Rye”, ya? Aku sendiri belum pernah baca sih……]

Nenek mendengus, “Hmph.”

[Kaget ya aku baca novel?]

[Ah, bukan begitu maksudku……]

Ia menyeringai kecil.

[Kau benar juga. Novel yang pernah kubaca paling hanya tulisan Salinger, Hemingway, Fitzgerald, sama Shoji Kaoru. Tidak seperti kau atau kakekmu, aku kurang suka dengan huruf-huruf tercetak. Aku masih lebih bisa menikmati manga. Cerita samurai, cerita yakuza, cerita petarung, yang begituan. Ah, tapi aku malah melebar. Kita sedang bicara soal kejahatan.]

Ya.

Saat itu, nenek sedang berbicara tentang kejahatan.

———— ………..Apa yang sebenarnya dia katakan waktu itu?

Kenangan itu kembali berputar jelas di kepalaku, seolah aku benar-benar mengalaminya lagi.

[Masalah sebenarnya, kau tahu——— tentu saja keberadaan kejahatan itu sendiri memang persoalan———— tapi yang lebih bermasalah justru orang-orang sepertimu, Ayaka.]

Aku…… rasa dia tampak sedikit khawatir ketika mengucapkannya.

[Eh? Aku? Maksudnya, aku juga———]

[Bukan berarti kau itu jahat.]

Nenek sempat mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya.

Namun setelah berpikir sejenak, ia masukkan lagi dan melanjutkan.

[Di dunia ini ada “orang baik”. Tapi justru orang-orang yang disebut “baik” itu bisa sangat merepotkan. Aku paham mereka punya cita-cita luhur dan niat mulia…… tapi entah kenapa, selalu saja tipe orang “sok benar” ini tidak tahu menahu soal dunia tempatku berasal——— atau lebih tepatnya…… mereka menolak untuk melihatnya.]

[……………………]

[Mereka bertindak seakan sisi dunia itu bahkan tidak ada. Entah karena mereka benci mendengarnya, atau memang tidak nyaman bagi mereka. Mungkin juga terlalu menusuk hati. Bagi mereka, kebenaran yang tidak menyenangkan itu seperti musuh besar———— sesuatu yang benar-benar bertentangan dengan cita-cita dan aspirasi mulia mereka.]

[……………………]

[Dan ketika orang-orang yang biasanya berpura-pura “hal-hal itu tidak ada” tiba-tiba dan sialnya harus berhadapan langsung dengannya…… hal pertama yang mereka lakukan adalah menutup mata dan telinga. Lalu mulai mengoceh omong kosong. Pada titik itu, yang namanya “percakapan” sudah tidak ada lagi.]

Saat itu———-

Kurasa aku bahkan tidak paham setengah dari apa yang nenek bicarakan.

[Yah, kurasa mereka juga tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Orang-orang seperti itu biasanya memang kaku…… seolah punya semacam OCD psikologis. Begitu berhadapan dengan kontradiksi yang terlalu besar untuk diabaikan, mereka panik——— bahkan kadang secara berlebihan. Naluri bertahan hidup mereka bangkit, dan mereka berusaha menghapus kebenaran yang tidak menyenangkan itu dari dunia mereka. Selama sesuatu tidak sesuai dengan pandangan hidup mereka, maka bagi mereka, hal itu sama saja “tidak ada”…… Tapi, Ayaka.]

Ia menundukkan pandangannya ke lantai.

[Meski begitu, aku jadi berpikir bahwa cita-cita luhur dan niat mulia itu sebenarnya tidak selalu buruk. Tidak…… aku belajar untuk berpikir begitu. Sejak aku bertemu kakekmu…… kurasa aku mulai percaya, mungkin saja, hal-hal seperti itu tidak sepenuhnya buruk. Hah…… Bayangkan saja, seorang pria dari keluarga terhormat memilih gadis nakal sepertiku untuk jadi istrinya. Keluarga Sogou benar-benar geger waktu itu.]

Nenek berbicara dengan nada nostalgia, seolah mengenang masa lalu.

[……Kau benar-benar menuruni sifatnya. Karena itu——— aku agak khawatir. Tapi di sisi lain, mungkin aku juga terlalu berlebihan. Selama kau hidup sebagai nona keluarga ini, dalam perlindungannya, kurasa kau akan baik-baik saja apa adanya. Kau jujur, baik hati. Pintar, lembut, gadis baik…… dan, yah, sama sepertiku waktu muda, kau juga cantik. Tapi kau juga punya kecenderungan seperti yang kusebut tadi. Itu kenyataan.]

[…………………….]

[Kalau suatu saat nanti, kontradiksi seperti itu muncul dalam dirimu…… dan ketika kau tak bisa lagi melarikan diri darinya——— aku khawatir kau akan hancur.]

“Orang itu juga punya kecenderungan yang sama, tahu?” tambah nenek.

[Mungkin justru karena itulah dia butuh seseorang sepertiku, gadis nakal. Pikiranku busuk, dan seperti yang kau tahu, aku nenek tua urakan yang ceroboh. Tapi karena itu juga, aku fleksibel, tidak mudah ambil pusing hal remeh. Bahkan cenderung melawan orang yang terlalu banyak mengatur. Yah…… ada orang-orang yang justru menemukan penyelamatan dari sosok seperti aku.]

[……………………]

[Kalau pun bukan seorang nakal, aku harap kau juga menemukan seseorang seperti itu, Ayaka. Seseorang yang akan selalu berada di sisimu———— sebelum kau harus berhadapan dengan sesuatu yang membosankan dan menjijikkan seperti kejahatan sejati.]

[……………………]

Nenek tertawa kecil dengan nada menyindir diri sendiri.

[Yah…… mungkin aku ini jahat juga. Orang yang dulu merokok di depan cucunya sendiri……]

[Aku sayang padamu.]

[……………………]

[Aku sayang Nenek, apa adanya sekarang.]

Ia menutup mata, tersenyum tipis.

[Terima kasih.]

Lalu, ia mengalihkan pandangan pada jendela kecil dojo tempat cahaya masuk.

[……Aku tidak benar-benar ingin terlalu keras padamu, Nak.]

Suaranya mengandung emosi yang kompleks.

[Hal-hal yang kubicarakan tentang kejahatan tadi…… mungkin suatu hari kau akan menganggapnya “tidak ada” di pikiranmu…… Atau mungkin juga kau akan melupakan hari ini sama sekali. Tapi…… itu juga tidak apa-apa. Lebih baik kalau kau tidak pernah harus berhadapan dengan hal-hal itu. Kejahatan sejati…… kotoran dunia ini. Lebih baik kalau kau tetap tak tersentuh olehnya…… kalau kau tidak pernah mengenalnya. Aku hanya ingin kau hidup lurus dan jujur…… selalu menjadi dirimu yang sekarang. Jadi…… terus terang, aku merasa rumit.]

Cahaya musim semi masuk melalui jendela, membasahi lantai kayu dojo.

Semilir angin membawa aroma lembut musim semi.

Aku bertanya-tanya…… apa yang dipikirkan nenek waktu itu?

Ia menyipitkan mata pada cahaya di dojo lalu berucap:

[Ayaka…… dalam waktu dekat, bagaimana kalau kita pergi melihat bunga sakura bersama?]

[……………………..]

Aku…… telah melupakan……

Kenangan yang begitu berharga.

Dan selama ini……

Aku hidup dengan menyangkal begitu banyak hal——— apa pun yang mengganggu duniaku.

Aku berpura-pura bahwa semua itu “tidak ada”.

Aku menjalani hidup seperti itu.

Dan akhirnya, aku menanggung kontradiksi yang terlalu besar——— sampai aku hancur.

Padahal……

Padahal Nenek sudah begitu khawatir padaku……

Ketika aku kembali ke dunia kita……

Aku akan mengatakannya padanya, dengan benar kali ini.

Kepada nenek yang kucintai, rasa terima kasihku———

[—————-]

Saat itu, aku menyadarinya.

Aku……

(Aku pernah———)

Aku pernah menghadiri pemakaman Nenek.

Kebodohanku sendiri……

Air mata kembali menggenang.

————- …………Ahh, aku mengerti.

Ya.

Kematian nenek yang kucintai……

Aku tak mampu menerimanya.

Dan karena itu……

Sesuatu yang begitu penting dalam hidupku———

Aku membuatnya “tidak ada”.

Aku memalingkan mata, menutup telinga.

Aku melakukan hal yang sama di dunia ini juga.

Untuk menghindari hancur oleh kontradiksi, aku menjadikan hal-hal itu “tidak ada” dalam pikiranku.

Aku memilih untuk tidak melihatnya.

Dan akhirnya, aku hancur.

Aku merepotkan begitu banyak orang.

[……………………]

Agito-san.

Bagaimana mungkin ada orang yang melakukan hal sekejam itu pada orang sebaik dia?

Bagaimana mereka——— bisa tega melakukan kekejaman itu?

……Apa yang Nenek katakan waktu itu?

Ya…… tentang kejahatan.

Saat aku menutup telinga di dalam hatiku————

Apa yang sebenarnya kudengar dari Nenek?

Ingatlah.

Sekarang aku harus menghadapinya.

Ini…… Ini adalah kejahatan.

Ini bukan sesuatu yang bisa diputarbalikkan.

Tidak mungkin.

Kejahatan sejati tidak akan pernah berubah menjadi kebaikan.

Nenek……

Apa yang kau katakan waktu itu?

“Kau sepertinya percaya bahwa para penjahat bisa ditebus…… tapi ada kejahatan di dunia ini yang tak mungkin diselamatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh kejahatan semacam itu sudah terjadi sepanjang sejarah——— dan masih terus terjadi sekarang. Bahkan di negara ini. Zaman Showa, Heisei…… bahkan di era sekarang, semua itu masih berlanjut. Ada begitu banyak kisah mengerikan. Sampai membuatmu bertanya-tanya, benarkah manusia bisa melakukan hal sekejam itu…… benarkah manusia bisa begitu kejam…… Bahkan jika sempat terlintas di benakmu, kalau kau masih punya secuil rasa kemanusiaan, kau takkan sanggup melakukannya, bukan? Tapi ada orang-orang yang melakukannya——— Mereka melakukan ‘kejahatan’ yang begitu keji hingga kau ingin memalingkan muka…… Mereka yang tak punya ruang untuk ditebus, yang hanya bisa dihadapi dengan disingkirkan…… Kejahatan semacam itu——— memang ada di dunia ini.”

Apa yang dia katakan waktu itu?

……Ah, benar.

Itu yang dia ucapkan.

“Bagiku…… aku tidak menganggap kejahatan yang tak bisa ditebus itu sebagai manusia. Mereka bukan manusia. Mereka hanyalah, tidak lebih dari———”

Suara nenek dalam ingatanku bertumpang tindih dengan suaraku sendiri.

[————–“Binatang dalam wujud manusia”.————–]

Dia juga mengatakan ini:

“Mungkin kau menganggapnya tidak cocok, atau sesuatu yang buruk…… Tapi kadang-kadang, Ayaka, emosi negatif seperti amarah dan kebencian bisa menjadi senjata——— senjata yang sangat kuat.”

Dengan skill unikku yang padam, aku berdiri kaku di tempat.

———–Begitu besar.

Belum pernah sebelumnya aku membenci seseorang sedalam ini.

Belum pernah sebelumnya aku merasa seseorang benar-benar tak termaafkan.

Belum pernah sebelumnya aku merasakan kebencian seperti ini.

Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupku.

Bahwa emosi hitam pekat seperti ini bisa muncul dalam diriku.

[…………………..]

Agito sudah benar-benar lenyap, tak lagi ada.

Tinggal aku seorang diri.

Berdiri di dalam ruangan itu.

Aku mengepalkan tanganku seerat mungkin……

Kukuku menancap dalam ke daging, hingga berdarah, tapi aku tak peduli.

Lalu——— aku mulai berlari.

Mendengar suara yang begitu mengerikan……

Mendengar suara yang bahkan sulit kupercaya keberadaannya……

Baru setelah sebuah nama terucap dari bibirku————

[ V y s i s . . . ]

……aku sadar——— suara itu milikku sendiri.

No comments:

Post a Comment