Grimoire Dorothy Chapter 95

Bab 95 : Penugasan

Pinggiran barat Igwynt, Sekolah Saint Amanda.

Siang hari itu, Dorothy—dengan seragam sekolah yang jarang sekali ia kenakan—berjalan sendirian di taman sekolah. Wajahnya tampak murung saat menatap dompet yang kini jauh lebih tipis.

Hanya dengan beberapa pertanyaan, ia sudah menghabiskan seratus tujuh puluh pound di tempat Aldrich. Tabungan 335 pound yang ia kumpulkan dengan susah payah kini tinggal 165 pound. Lebih dari setengahnya lenyap dalam sekejap.

“Fuh... mahal sih, tapi setidaknya aku dapat informasi penting. Jujur saja, aku tak menyangka bisa mengorek sebanyak itu. Pada akhirnya, sepadan juga.”

Begitulah penilaian Dorothy. Meski ia belum berencana menghadapi sang mentor Ekaristi Merah dalam waktu dekat, mengumpulkan informasi sejak awal adalah hal yang krusial. Seberani-beraninya Dorothy, ia bukan tipe yang maju tanpa persiapan. Semua harus dipersiapkan matang sebelum masuk ke bahaya.

Informasi tentang sang mentor memang sudah mulai terkumpul, tapi jelas masih belum cukup. Peringkatnya setingkat di atas Dorothy; ia bukan musuh mudah seperti Buck dan antek-anteknya.

Untuk saat ini, operasi Ekaristi Merah di Igwynt terlihat berhenti. Dorothy tadinya menahan diri untuk tidak menyerbu markas Clifford karena spiritualitasnya terkuras. Namun saat ia kembali ke toko buku di White Pearl Street setelah pulih, tempat itu kosong—kelompok itu telah lenyap. Kini, Dorothy menduga sisa-sisa Ekaristi Merah telah berkumpul di sekitar sang mentor.

Singkatnya, Dorothy sudah mulai mengumpulkan data tentang sang mentor, tapi belum siap bergerak. Ada urusan lain yang lebih mendesak.

Kata Aldrich tadi... Dorothy teringat ucapan pria itu.

“Senang berbisnis denganmu, Nona Mayschoss. Aku tahu risetmu tentang mistik membuatmu jarang masuk kelas, tapi aku perlu mengingatkan: semester ini hampir berakhir. Nilai praktik sosialmu masih kosong. Meski ujianmu lulus, tanpa nilai itu sulit bagimu mendapat evaluasi akhir yang baik.”

Wajah Dorothy menggelap. Ia tak menyangka akhir semester sudah begitu dekat, apalagi sebagai murid pindahan.

“Ugh... Padahal usahaku melawan sekte sudah bikin seluruh kota geger, tapi itu nggak dihitung praktik sosial? Serius? Sekarang aku harus buang waktu untuk hal konyol ini?”

Sambil menggerutu, Dorothy menyimpan kembali dompetnya, lalu mengeluarkan selembar formulir. Isinya daftar proyek praktik sosial yang direkomendasikan Sekolah Saint Amanda—sebagian besar berupa magang di berbagai lembaga. Dorothy sengaja meminta formulir itu dari Aldrich sebelum pulang.

“Kelihatannya aku harus pilih satu dan bereskan di rumah...”

Ia bergumam pelan sambil menatap daftar, menggaruk kepalanya, lalu melanjutkan langkah.

Sore hari, ruang bawah tanah Menara Cemara.

Biro Ketenangan Igwynt ramai seperti biasa. Di dalam ruang kerja direktur, James tengah memeriksa berkas di meja ketika terdengar ketukan pintu.

“Masuk.”

Pintu terbuka, dan seorang pria jangkung bernama Turner melangkah masuk.

“Direktur, penyelidikan rumah di tepi Sungai White River sudah selesai.”

Berdiri di depan meja James, Turner melapor.

James mengangguk, merapikan kacamatanya. “Bagaimana hasilnya?”

“Rumah itu milik seorang pria bernama Buck Stoll, anggota dewan direksi Perusahaan Pelayaran Ironclay. Keluarganya berasal dari Wilayah Earland, leluhurnya pernah mendapat gelar ksatria. Keluarga itu kaya setelah menjual tanah warisan. Di Igwynt, Buck cukup dikenal di kalangan atas.”

“Darah ksatria, ya... Bagaimana dengan mayat yang diawetkan?”

“Mayat di ruang rahasia itu punya tanda sigil yang ditanam Gregor. Itu mengonfirmasi dia salah satu pemimpin Ekaristi yang kita hadapi di dermaga. Kondisinya sudah nyaris jadi mumi, wajahnya sulit dipulihkan. Dari kesaksian tahanan, namanya Clifford, tapi tidak ada informasi lebih lanjut. Semua tawanan yang selamat hanya terkait operasi Buck, mereka tidak tahu soal pemimpin lain.”

“Clifford... nama itu terlalu umum. Akan sulit dilacak.” James menghela napas, wajahnya mengeras. Saat itu, Turner menambahkan pertanyaan.

“Direktur, saya lihat ruang penyimpanan yang disegel masih dalam peningkatan keamanan. Apakah pencuriannya separah itu?”

“Tidak terlalu, berkat Ada. Kita hanya kehilangan beberapa wadah penyimpanan spiritual dan satu artefak mistik.”

“Satu artefak mistik jatuh ke tangan Ekaristi... bukankah itu berbahaya?” Turner mengernyit cemas.

James menjawab santai, nyaris seperti mengejek.

“Heh, tak perlu khawatir. Artefak itu lebih mirip mainan—menarik dimainkan, tapi nyaris tak ada gunanya. Kalau Brandon tahu fungsi aslinya, dia tak akan repot-repot mencurinya.”

“Supaya bisa dipakai benar-benar, artefak itu butuh diberi makan dengan spiritualitas Wahyu. Tapi andai kita punya Wahyu, itu pasti dipakai untuk kasus ramalan, bukan untuk memberi makan mainan.”

James terkekeh, meletakkan berkas di tangannya.

“Tetap saja, kehilangan tetaplah kehilangan. Sayang sekali. Kalau saja pagi itu aku tidak sedang di gereja, hal ini tidak akan terjadi.”

Turner menggerutu kesal.

“Hmph, kaum fanatik itu. Semua keributan hanya demi membeli bahan Lentera? Dan mereka masih menyeretmu ke urusan birokrasi mereka?”

“Itu bukan cuma soal bahan spiritual. Ada urusan lain juga yang harus dinegosiasikan.”

“Urusan lain?” Turner mengangkat alis.

James mendorong sebuah dokumen ke arahnya. Turner membaca, keningnya segera berkerut.

“Pemberitahuan Penugasan: Tim Pengambil Relik dari Keuskupan Tivian ke Kabupaten Igwynt?”

“Bulan lalu, sebuah situs martir milik Uskup Agung Cahaya Mulia, ‘Pedang Cahaya Cepat’ Dietrich, ditemukan di Kota Red Creek. Keuskupan Tivian mengirim tim pengambil relik untuk mengumpulkan sisa-sisa dan barang peninggalan Dietrich. Karena Kota Red Creek berada dalam wilayah Igwynt, mereka harus memberi tahu kita lebih dulu. Itulah sebabnya aku ke sana untuk bernegosiasi.”

James menjelaskan dengan nada serius. Turner berpikir sejenak lalu bertanya.

“Kota Red Creek... itu jauh sekali, di perbatasan kabupaten. Apa mereka minta kita membantu pengambilan? Kekuatan kita sudah terpecah, dan tempat itu jauh dari sini.”

“Tidak, hanya pemberitahuan rutin. Mereka hanya meminta sedikit dukungan intel. Beberapa waktu belakangan, wilayah barat daya kerajaan memang menunjukkan tanda-tanda kebangkitan kaum sesat Cahaya Mulia.”

“Kaum sesat Cahaya Mulia...” gumam Turner.

“Berdasarkan intel, kemungkinan besar mereka dari sekte Kedatangan Sang Juruselamat. Meski belum ada bukti di wilayah kita, daerah sekitar sudah melaporkan aktivitas mereka, jadi gereja menanggapinya serius.”

James berdiri, menatap peta besar Kabupaten Igwynt yang tergantung di dinding. Matanya tertuju pada titik yang ditandai di tepi wilayah.

“Tim mereka seharusnya tiba hari ini. Semoga saja semuanya berjalan lancar.”

No comments:

Post a Comment