Novel Gadis Penjahit Chapter 10



Sementara, pada saat itu…


Brak! Clang! Suara benda pecah bergema.

[Kau pemuda menjijikkan!]

Keluarga Nuir dikenal sebagai faksi bangsawan teknis.

Di negeri ini, yang punya ikatan kuat dengan roh, klan yang bisa menjahit dengan kekuatan roh—disebut jahitan ilahi—memang istimewa.

Mereka adalah keturunan ratu pertama.

Pendiri keluarga Nuir yang menciptakan jimat pelindung negara dan roh-rohnya, serta inti penghalang yang mencegah iblis di atas level tertentu bisa eksis di dalam negeri.

[Kalian biasanya meremehkan kami, para bangsawan kelas satu.]

Bangsawan memang dibagi dalam tujuh peringkat.

Keluarga Nuir pernah berada di peringkat pertama sampai dua generasi lalu, tapi kini jatuh ke peringkat ketiga.

Generasi sebelumnya gagal dalam bisnis dan harus menyerahkan sebagian besar wilayahnya, sehingga jatuh ke peringkat kedua. Lalu sekarang, meski masih disebut bangsawan teknis, karena kemampuan yang payah, mereka terdegradasi ke peringkat ketiga… namun mereka sendiri nyaris tak sadar atau menyesalinya.

Pria yang menjual putri sulungnya yang tak berbakat dengan harga yang dianggap “masuk akal” itu masih menyimpan amarah.

Ia melampiaskan frustrasinya dengan berteriak, membanting barang-barang hingga puas… lalu menyeringai bengkok.

Beda dengan keluarga Nuir yang merosot, Rodan justru naik dari bangsawan peringkat empat menjadi peringkat dua berkat bakat besar dan popularitasnya.

Bahkan beredar bisikan bahwa satu-satunya alasan ia tak naik ke peringkat satu hanyalah karena tak punya garis keturunan kerajaan.

Putri sulung itu, meski miskin bakat dan tampak tak menjanjikan, tetaplah darah keluarga Nuir… Seandainya saja ia punya kemampuan, ia pasti jadi pewaris.

[Hmph, kau bilang ingin keterampilan seorang penjahit, ya? Aku tahu maksudmu. Kau pasti berencana menampungku untuk meraih kedudukan lebih tinggi lagi.]

Ia mengeluarkan selembar kertas kulit dari sakunya.

Hanya dengan menatapnya, semua rasa iri dan marahnya sirna.

Itu adalah mantra turun-temurun keluarga Nuir.

Kepala keluarga memiliki perjanjian keluarga yang mengharuskan menulis ulang kontrak dengan laba-laba bila ada yang menikah keluar dari garis keturunan.

Namun kepala keluarga saat ini tak melakukannya, bahkan tak memberi peringatan.

Padahal laba-laba itu aslinya iblis pemakan roh.

Sesosok makhluk yang leluhur keluarga Nuir buat perjanjian dengannya, lalu diubah wujudnya.

[Kukuku… Begitu kau ganti nama, kontrak ini akan batal—bersama dengan pemuda itu dan semua yang ada di sekitarnya.]

Di sudut ruangan, suasana yang tadi penuh tawa riang seketika berubah. Seekor laba-laba sebesar manusia bergerak kaku di punggung seorang perempuan yang memakai kalung budak, seakan menanggapi kepala keluarga itu.

Tak peduli semahal apa kainnya, aku tetap melakukan hal yang sama.

Namun, karena kainnya terlalu berlebihan, aku bisa dengan mudah memperbaiki kemeja yang bahkan lebih buruk dari polo murahan yang biasa dipakai kakek-kakek di kehidupanku dulu, menjadi kemeja biasa yang layak.

[Cepat,] gumam mantan raja tanpa sadar.

Sampai sejauh ini aku hanya menjahit dengan benang biasa.

Ya, toh benang laba-laba yang tadi ditembus pedang roh juga sudah hancur berantakan.

Kalau hal sama terjadi lagi, itu akan jadi masalah besar… Tidak, aku tidak akan sembrono melakukannya sembarangan. Tapi setelah tahu hal ini, kalau aku tidak mengambil tindakan pencegahan, aku bukanlah penjahit profesional.

[Cobalah sekali.]

Kupikir mungkin sudah cukup baik, tapi tetap harus kudengar langsung dari orang yang memakainya.

Dengan wajah serius, mantan raja menerima kemeja yang kuselesaikan dan mengenakannya.

[…Luar biasa. Pakaian biasa… bisa senyaman ini…]

[Tidak, pakaian Yui tidak bisa disebut biasa. Bahkan tanpa jahitan ilahi, ini adalah keterampilan penjahit kelas satu. Sekalipun bisa menjahit dengan jahitan berkah, penjahit lain pasti menangis bila dibandingkan dengan hasil sekelas “skill” tingkat rendah sekalipun yang dibuat Yui.]

[Ada yang terasa sempit? Sulit untuk bergerak?]

Mantan raja tampak nyaris meneteskan air mata mendengar pertanyaanku.

[Maaf, tapi selama ini aku hanya pernah memakai pakaian yang sempit, tidak nyaman, dan membatasi gerakan… jadi aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya kuinginkan. Dan… karena kemejanya begitu enak dipakai, pakaian dalamku malah jadi terasa tak nyaman…]

[…]

[…]

Menyedihkan!!

Kasihan sekali mantan raja!!

Padahal beliau orang hebat, sungguh orang hebat!!

Aku sampai ikut berkaca-kaca, sementara Rodan menahan diri dengan menutup wajah dengan kedua tangannya.

[Yui, cepat selesaikan semuanya.]



[Baik!]

Novel Gadis Penjahit Chapter 9

Novel Gadis Penjahit Chapter 9 - Efek Berkah

Pria itu dengan cepat melepas jaketnya dan menyerahkannya padaku.

Wajahnya menampilkan ekspresi seolah sedikit terhibur.

Sebenarnya, pakaian dalamnya juga... tersembunyi oleh jaket yang panjangnya tidak perlu, tapi celananya pun dijahit asal-asalan.

[Yui, coba perbaiki dulu itu. Gadis tidak seharusnya menatap pakaian dalam atau celana pria sambil menyuruh mereka melepasnya.]

Rodin berkata begitu sambil menekan pelipisnya seakan pusing, jadi dengan enggan aku menerima jaket itu dan memperhatikannya.

Jaketnya yang terlalu panjang itu bahkan hanya menutupi lutut, meski dilipat dan diikat dengan sabuk. Saat ia melepasnya dan menyerahkannya, jarak lututnya ke lantai sekitar lima belas sentimeter.

Bahkan di jubah penyihir, mata kaki masih samar terlihat—itu luar biasa.

Selain itu, modelnya hanya berupa tabung tanpa bagian depan atau belakang… kalau tidak dilipat dan diselipkan dengan sabuk, pasti sulit dipakai untuk bergerak.

Aku segera menuju ruang kerja dan, di bawah pengawasan Rodin serta pria itu, mencoba memotong ujung yang merepotkan.

Aku mencoba, tapi gagal.

Klik. Guntingku sama sekali tidak bisa menembusnya.

[Kormoran?]

[…Yui, meski busuk begini, itu tetap pakaian yang diberkahi. Bilah tak akan bisa menembusnya.]

Rodan tersenyum kecut saat berkata begitu.

[Jahitan perlindungan. Semua pakaian raja harus disiapkan oleh kepala keluarga Nuir.]

[Raja?]

[Seperti kuduga, kau tidak mendengarnya. Ini mantan raja, Romest Metro Argit.]

[Oh.]

Hmm, mengejutkan juga.

Aku kaget dia bisa melepasnya dengan begitu mudah.

Kupikir itu mungkin karena ia sangat percaya pada Rodan. Mantan raja itu terlihat kuat, dan meskipun aku lemah, ia tidak tampak puas sebelum memastikan sendiri bahwa bilah benar-benar tak bisa menembusku.

Juga, terlepas dari kualitasnya, pakaian dalam dan celananya kemungkinan sama saja…

[Aku Yui, Gadis Jarum.]

Aku memegang ujung rok lalu membungkuk memberi salam.

Baru kusadari, karena terlalu sibuk kesal pada bajunya yang menyedihkan, aku sampai lupa menyapa.

Refleksi diri.

Namun sebagian besar hatiku masih diliputi rasa frustrasi, karena tak bisa berbuat apa pun pada pakaian malang itu.

Tiba-tiba, roh langka berwujud pria muncul dari bayanganku, mencabut pedang dari pinggangnya, lalu mendadak menusukkannya ke pakaianku.

Itu pedang mirip rapier. Pertama kali aku melihatnya dicabut.

…Oh, ternyata bukan sekadar hiasan.

[Gambar.]

Mantan raja menatapku dengan mata terbelalak. Roh, ya.

Aku hanya bisa berpikir, “Imut juga, padahal dia pria paruh baya…” sambil mengangkat kembali pakaian itu. Benang yang sebelumnya penuh dengan kekuatan jahitan pelindung kini kehilangan seluruh tenaganya dan putus berantakan.

[Oh.]

Aku spontan bersorak, mengacungkan jempol, lalu memuji roh itu. Ia membalas dengan senyum tenang (meskipun dari ukuran dan penampilannya lebih imut daripada keren), kemudian kembali ke dalam bayangan.

Aku merentangkan kain longgar dan hiasan permata di atas meja kerja, lalu menyiapkan guntingku.

Aku juga bisa menjahit dengan berkah.

Mungkin akan rumit kalau aku memperlihatkannya, tapi hal-hal seperti mata sihir, kenyataan bahwa para roh menyukaiku, dan kekuatan roh jantan ini bisa jadi masalah…

Tapi, orang-orang di mansion ini menyukai kepribadian Rodan, dan mereka percaya pada mantan raja yang dibawa Rodan.

Akhirnya aku memutuskan untuk menunjukkan kemampuanku di depan orang lain.

Yah, alasan utamanya sebenarnya adalah amarah: masa iya mereka tega membiarkan pakaian seburuk itu dipakai orang sepenting dirinya, hanya karena punya efek “jahitan ilahi”?!

Novel Gadis Penjahit Chapter 8

Novel Gadis Penjahit Chapter 8 - Dengan Mantan Raja



Roh kadang menempel pada manusia. Mereka yang dirasuki roh biasanya lebih jarang sakit, dan luka mereka sembuh lebih cepat… Awalnya aku begitu lemah sampai-sampai orang yang tak bisa melihat atau merasakan roh sekalipun langsung tahu kalau aku sedang ditempeli roh.

Itu sendiri sebenarnya bukan hal aneh.

Namun, biasanya roh yang menempel pada bayi baru lahir hanya datang dan pergi sesuka hati bersama penjaganya. Kecuali kau seorang penyihir hebat, kau tak akan terus-menerus dilindungi roh kuat.

Karena itulah keluarga Nuir—yang bisa membuat jahitan pelindung berisi kekuatan roh—dianggap berpengaruh, meski mereka sendiri orang-orang tak berguna.

Jadi, ada tiga roh utama yang selalu menempel padaku.

Ini pertama kalinya aku memperlakukan roh… Kini hiasan bunga membuat roh itu tampak seperti seorang putri.

Roh berwujud gadis surgawi, dengan telinga kelinci putih dan ujung biru pucat.

Roh ungu yang biasanya muncul di bayanganku adalah tipe pria, cukup langka.

Roh-roh lain yang pernah kubantu perbaiki juga datang berkunjung satu per satu.

Tapi di rumah keluarga Nuir, biasanya mereka melakukannya diam-diam saat tidak ada orang.

Tidak satu pun dari ketiga roh itu muncul bila ada orang lain di sekitar.

Sekarang, roh-roh itu tampak hidup damai di mansion ini, berlarian bebas dan menempel pada para pelayan.

…Atau lebih tepatnya, aneh sekali kalau keluarga Nuir sering memiliki roh-roh yang terluka.

Mungkin memang ada penyihir di rumah itu.

Awalnya kupikir roh-roh yang tahu tentangku lalu memberi tahu teman-temannya, sehingga mereka datang untuk kutangani. Tapi sejak aku pindah ke rumah ini, aku tak lagi menemui roh-roh terluka selain yang dilindungi Sukuru-sama.

Menurut Sukuru-sama, yang memiliki mata sihir, roh pada dasarnya tak bisa dilihat manusia biasa, jadi mereka pun tak merasa perlu bersembunyi.

Katanya, roh tidak akan mendekati orang yang mereka tidak suka, bahkan bisa bersembunyi darinya.

Ya, itu mencurigakan.

Saat kusebutkan itu, Sukuru-sama tersenyum dan berkata, [Aku mengerti.]

Senyuman itu membuatku sedikit lega, senang rasanya ia ada di pihakku.

Setelah roh-roh itu terbiasa dengan mansion, aku akhirnya bisa kembali bekerja.

Aku dipanggil oleh majikanku, Rodan, dan diminta menunggu di ruang tamu mansion.

Apa ini? Gawat, ini yang terburuk.

Itulah pikiran jujur pertama yang muncul saat aku melihat pria yang dibawa Rodin.

Tubuhnya bagus sekali.

Rambut biru laut, mata amber.

Ia pria tinggi dengan tubuh ramping, janggut tipis di dagu, anggota tubuh panjang, sosoknya benar-benar seperti model.

Tipe pria yang sekilas terlihat seperti ayah nakal atau playboy, mirip aktor asing di kehidupanku yang lalu.

Tidak, justru makin menyedihkan karena “isi”-nya sebenarnya bagus.

Warna hitam tenang dan aksen biru laut… tapi selain warnanya, segalanya benar-benar mengecewakan.

[Yui, ini mantan raja…]

Majikanku, Rodan, sedang memperkenalkannya, tapi aku terlalu terkejut hingga nyaris tak mendengar kata-katanya.

Terus terang, aku pikir penjahit yang membuat pakaian itu pasti tolol.

Model sebagus ini, kenapa malah dipakaikan baju memalukan begitu?

[Tolong lepaskan pakaian Anda.]

…Ya, itu jelas bukan kalimat pertama yang seharusnya keluar dari mulut seorang gadis saat pertama kali bertemu pria yang lebih tua.

[Hal seburuk ini… tak bisa kupaafkan.]

Saat keduanya menatapku dengan mata terbelalak, aku berusaha memohon dengan canggung tapi sungguh-sungguh.

Sekalipun ini populer di kalangan bangsawan, aku tidak akan menerimanya.

[Memang sebegitu buruknya?]

Ekspresinya yang kebingungan terlihat muda dan menawan, meski usianya jelas lebih tua. Tapi dari sikapnya, jelas ia tak peduli sama sekali soal berpakaian.

Meski bajunya dijejali perhiasan mahal dan sulaman berlebihan yang sama sekali tak punya selera, karena “isi”-nya bagus mungkin masih bisa lolos di mata orang kebanyakan… Tapi bagiku, yang merasa seperti penjahit level tinggi, kain dan hiasannya jelas berkualitas, berarti orang yang menjahitkan pasti dari kalangan cukup tinggi (di dunia ini status tampaknya dibagi berdasarkan peringkat, bukan gelar seperti Count atau Baron). Maka aku ingin sekali menyarankan agar memilih penjahit yang tepat.

[Akan kuperbaiki pakaianmu.]

Dengan kenyamanan dan hasil kerja, akan kutunjukkan nilai sejati seorang penjahit!

Novel Gadis Penjahit Chapter 7

Novel Gadis Penjahit Chapter 7 Rajutan Renda



Aku merajut renda dengan kecepatan tinggi.

Benang yang keluar dari tubuh laba-laba bisa dibuat setipis atau setransparan apa pun yang diinginkan, jadi tidak ada biaya untuk membuatnya. Selama ada alat merajut renda, ini jadi hobi yang memungkinkanmu menciptakan benang tanpa batas. Kecuali kalau diberi daya sihir, warnanya hanya berkisar dari transparan sampai putih... tidak ada variasi warna lain.

Bahkan saat masa rehabilitasi, hal pertama yang ingin kulakukan untuk mengembalikan rasa pada tubuhku adalah menggunakan keterampilan menjahit yang kupelajari di kehidupan ini.

Kecepatan dan keindahan hasil kerjaku hanya bisa digambarkan sebagai sesuatu yang sedikit melampaui manusia… tapi aku tidak bisa melakukan pekerjaan jarum di tempat lain selain di ruang kerjaku.

Bagaimanapun juga, jarum itu benda yang bisa menusuk.

Yah, aku hanya punya satu, jadi sebenarnya tidak perlu repot mengaturnya…

Ketika Tante Line tahu kondisiku disebabkan oleh pertumbuhan tubuh yang terlalu cepat, ia menyiapkan ini sebagai hadiah untukku.

Tentu saja, aku tidak bisa merajut renda di kehidupan sebelumnya. Tapi aku bisa merajut, dan dengan hanya diajari dasar-dasarnya oleh tanteku, aku mampu menguasai teknik itu.

Mungkin di dunia ini memang ada yang namanya level atau skill.

Kupikir dalam hal menjahit, aku mungkin sudah berada di level tertinggi…

Kebahagiaan bisa menciptakan renda yang tampak mewah dengan tanganku sendiri sungguh tak terlukiskan.

Para pelayan senior, yang belakangan makin akrab denganku, memujinya dengan riang sambil berkata mereka ingin memakainya sebagai kerudung pengantin.

Benarkah di dunia ini pernikahan memang mengharuskan gaun pengantin?

Aku ingin menjahit, ingin membuat sesuatu.

Yang indah, manis, rapi, dan sejenisnya.

Sekarang, selama aku punya bahannya, tidak akan ada masalah.


[Aku ingin membuat gaun pengantin.]

Ketika kukatakan itu dengan mata berbinar, para pelayan senior juga langsung mengangkat tangan.

[Buatkan, Yui-chan, aku punya banyak dana.]

[Aku juga.]

[Aku juga!]

Saat para pelayan itu sedang beristirahat, kepala pelayan kebetulan lewat... Rambut ungu basah dan mata hitamnya memancarkan pesona beracun... Hah? Seorang eksekutif wanita milik Raja Iblis? Seorang wanita dengan wibawa yang membuat usianya sulit ditebak... Enderia menampakkan kepalanya, melontarkan beberapa patah kata, lalu pergi.

[Kalau nanti sudah punya suami atau kekasih, bisa minta pada Yui-sama, ya?]

Para pelayan itu langsung menegakkan punggung secara serentak... lalu semuanya tampak terkejut (lol).

[Eh... memang tidak ada yang punya?]

Aku benar-benar heran, padahal mereka semua begitu cantik. Para pelayan senior itu menghela napas panjang.

[Lihatlah, mayoritas pelayan di mansion ini adalah gadis yang memutus hubungan dengan keluarganya karena tidak suka dengan tunangan mereka, atau gadis yang menemukan arti dan kebanggaan dalam pekerjaan pelayan, lalu mendedikasikan hidupnya untuk itu... Mereka semua pemenang, yang sudah menemukan pria baik, dan didukung dalam pekerjaan pelayanannya.]

[Haha, bahkan kalaupun aku punya pacar, biasanya cuma banci yang nanya, “mana yang lebih penting, aku atau pekerjaanmu?”]

[Kalau sudah ditanya begitu, ya jelas pekerjaan jadi lebih penting.]

[Aku tahu, tapi kalau sudah makin parah, orang-orang malah nanya apakah aku suka tuanku. Betapa bodohnya. Disamakan dengan pelayan gadungan yang genit sama tuannya, itu penghinaan, tak akan kemaafkan.]

Dari tubuh mereka terasa aura yang seolah berkata: tidak ada pria baik pun yang cukup bagi kami.

Ah, kesedihan wanita berkemampuan tinggi yang bangga pada pekerjaannya dan menemukan makna hidup di sana... Begitu melewati usia paling wajar untuk menikah, mereka jatuh ke golongan yang mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan...

Kecuali kalau berhasil menangkap pria baik.

[Yah, bukankah itu lebih baik daripada jatuh ke tangan pria buruk?]

[Yui-chan, biar kuberitahu...]

[Aku lihat ayahku, ibuku... aku tidak bisa bermimpi.]

[Ah.]

[Iya.]

[Aku ngerti.]

[Benar.]

Pasangan itu memperlakukan anak-anaknya sebagai alat, jadi bagaimana mungkin kakakku bisa bermimpi tentang pernikahan... Aku mulai khawatir akan kondisi mentalnya.

Ngomong-ngomong, bahkan di kehidupan sebelumnya aku tidak pernah bermimpi menikah. Ayahku pria yang sewenang-wenang dan ibuku seperti budak, selalu melakukan apa pun yang diperintahkannya... Bisa dibilang pasangan itu hanya melihat anak-anaknya sebagai alat untuk mewariskan gen unggul mereka.

Aku diputus hubungan hanya karena memutuskan bekerja tanpa masuk universitas.

Ayah selalu berteriak bila keinginannya tidak dituruti, dan ibuku menangis sambil memarahiku, bertanya kenapa aku tidak bisa menurut pada ayah.

Kalau saja aku tidak diberkahi dengan teman dan senior yang hebat, aku pasti sudah kehilangan kepercayaan pada manusia.

Atau menyerah pada segalanya dan menjadi boneka yang dikendalikan orang tua...

Sekarang aku bahkan kagum bagaimana aku bisa tumbuh dengan semangat pemberontakan sekuat itu dalam lingkungan keluarga macam itu.

Di kehidupan sebelumnya, setidaknya aku punya jaminan bertahan hidup minimum... usiaku sudah cukup untuk lulus SMA.

Di sini, bahkan kalau aku kabur dari rumah, tidak jelas apakah aku akan berakhir di panti asuhan atau mendapat perlindungan... Sayang sekali pengetahuan semacam itu tidak mudah tersedia.

[Pernikahan... ya?]

Selama bukan jahitan yang dipermasalahkan, aku tidak peduli... atau setidaknya begitu kupikir, karena keinginanku untuk berromansa sudah lama mengering.

Sampai Rodin memperkenalkanku padanya, saat aku teringat pernah menjawab salah satu pertanyaan Rodin ketika aku sedang menderita demam.

Novel Gadis Penjahit Chapter 6

Novel Gadis Penjahit Chapter 6 - Ini buruk


Ini buruk.

Sangat buruk.

Ini benar-benar buruk.

Berdiri di depan cermin, tubuhku dipenuhi keringat dingin.

Rasa sakit pertumbuhan membuatku terbaring di tempat tidur hampir sepanjang bulan.

Lalu, seluruh tenagaku lenyap dan aku harus menjalani rehabilitasi untuk memulihkan keseimbangan tubuh yang sempat tak bisa kukendalikan.

Butuh sekitar dua bulan sampai aku benar-benar pulih.

Selama masa itu, mustahil bagiku memperhatikan perubahan yang terjadi pada penampilanku.

Rambut merah pucatku yang dulu kini rusak, ternoda, dan berubah keabuan setelah bertahun-tahun menderita.

Baru setelah sampai di mansion dan dibersihkan, aku menyadari bahwa warna merah di rambutku telah pudar, berganti putih.

Rambutku sekarang...

Bagian yang rusak dipotong, menyisakan potongan bob pendek yang rapi.

Namun kilau itu bukan hanya uban biasa.

Melainkan perak.

Kepala kecilku berkilau, hampir identik dengan benang-benang kekuatan sihir yang kukendalikan sendiri.

Sepertinya rasa sakit yang kualami membuatnya hanya tampak seperti uban.

Kulitku, yang dulu kasar dan bersisik, kini berkilau, kenyal, putih bersih, lembap... tapi tetap tipis.

Tubuhku tumbuh dengan bentuk yang sesuai usia lima belas tahun (meski mungil), namun kurus sampai rasanya akan patah bila digenggam.

Tubuh seorang anak—tanpa lekuk dada, pinggang, atau pinggul... tidak, perut bagian bawahku sedikit menonjol seperti hantu kelaparan. Namun aku memang punya pinggang dan sedikit tonjolan mungil.

Bukit lembut itu nyaris melayang di telapak tangan, dan ketika kedua tanganku menyentuhnya, terasa teksturnya yang ringan dan halus.

Puncak mungil berwarna merah muda pucat itu... ya, memang payudara, kecil tapi indah. Ada sesuatu yang membuat tangan sulit menahan diri untuk tidak mengelusnya dengan lembut. Para pelayan sempat meraba-raba saat mandi, tapi mungkin karena ukurannya yang kecil, bentuknya tidak berubah atau bertambah besar.

Pinggangku ramping, begitu ketat hingga bahkan tanpa korset pun tampak terbentuk indah.

Pantatku masih kecil, tapi setidaknya sedikit lebih besar dibanding dulu.

Menurut asisten dokter, malnutrisi parah di masa kecilku seharusnya sudah membuatku mati kalau bukan karena keberadaan roh yang menemaniku. Karena itu, kemungkinan besar tubuhku tidak akan berkembang lebih jauh sebagai seorang wanita, meski nanti datang haid pertama.

Aku juga diberi tahu bahwa mungkin itu alasan mengapa bulu di ketiak dan selangkanganku tidak tumbuh, atau bisa jadi karena lonjakan pertumbuhan. Dan besar kemungkinan itu tidak akan pernah tumbuh di masa depan.

Kupikir itu malah memudahkan, tak perlu repot-repot mencukur... Sebuah istilah dari kehidupanku yang lalu sempat melintas, tapi sebagai perempuan, kupilih untuk diam saja.

Wajahku pun berubah.

Mata yang dulunya besar dengan warna cokelat keemasan, kini tampak proporsional dengan kulit dan pipi sehatku. Tidak lagi menonjol sebagai tanda orang kelaparan.

Bibirku yang kering kini lembut dan penuh, warnanya merah muda alami meski tanpa lipstik.

Hidungku agak pesek, tapi bukan cacat—justru melengkapi kesan kekanak-kanakan pada wajahku.

Ini benar-benar gawat.

Seperti apa penampilanku ini?

Bukankah ini tampang lolicon kriminal?

Semua ini hasil dari makanan bergizi seimbang dengan ekstrak roh!

Begitulah kenyataannya.

Seorang gadis cantik bak roh, memancarkan aura berbahaya.

Itulah diriku sekarang, dipandang dari mata kehidupanku yang lalu.

“...”

Tak heran para pelayan ingin mendandanku sejak paruh akhir masa rehabilitasi.

Bahkan aku sendiri merasakan dorongan kuat untuk membuatkan pakaian bagiku.

Untuk pakaian dalam, cukup camisole.

Tapi aku ingin padukan renda, gaya manis atau dingin—semuanya pasti cocok.

Aku ingin garter belt renda.

Aku ingin menutupi pahaku dengan stoking sutra.

Baik warna dingin maupun hangat cocok, tapi sebaiknya hindari warna primer yang mencolok.

Perempuan keluarga Nuir selalu memakai gaun warna primer, dan itu tidak meninggalkan kesan baik.

Namun... fitur wajahku sama sekali berbeda. Benarkah aku anak keluarga itu?

[“Sebenarnya, tidak terlihat begitu.”]

Gumamku sambil menatap cermin. Para pelayan dan Bibi Line di sekelilingku mengangguk dalam-dalam.

[“Kalau boleh jujur, justru wajahnya lebih mirip bangsawan. Dia serupa dengan Putri Soir, adik raja yang menikah dengan keluarga Nuir sekitar lima generasi lalu.”]

Lord Urude, yang datang menemuiku setelah aku benar-benar pulih, melontarkan pernyataan kontroversial begitu saja.

[“Ah, saat keluarga Nuir masih normal.”]

[“Maksudmu Soir yang legendaris itu, cerminan roh bangsa?”]

[“Benar, warnanya memang berbeda, tapi potret dan patungnya mirip sekali. Yui masih terlihat kekanak-kanakan, jadi sekilas memang tak akan disadari.”]

[“Penculik pasti sudah ngiler...”]

Keheningan menyelimuti ruangan.

Ya... dugaanku tadi tidak salah.

Mungkin malah lebih buruk. Dengan tubuhku yang kini tampak seperti gadis lima belas tahun, justru semakin berbahaya.

Bahkan aku sendiri terlihat seperti boneka cantik yang ingin didandani dengan pakaian indah, lalu dikurung di dalam sangkar emas atau perak berukuran manusia.

Karena itu, aku dilarang keluar sendirian sampai ada langkah pengamanan.

Novel Abnormal State Skill Ilustrasi Volume 12

Volume 12 (Catatan Ilustrasi) ⚠️ Seperti biasa, ada spoiler di bawah ini.






Kiri: Wormungandr

Tengah: Ars

Kanan: Yomibito




Yasu Tomohiro.

Ya, sepertinya memang dia. Awalnya kupikir Mad Emperor karena pakaiannya, tapi setelah kulihat perban itu…… iya, pasti Yasu.



Lieselotte Ornick, si laba-laba tsundere.

Sama sekali nggak kubuka ulang novelnya demi ingat namanya…… sumpah 😅



Chibi Loqierra.

Ya ampun, kelihatannya benar-benar seperti kepala yang baru saja tumbuh badan.



Sogou Ayaka.



Fugi dan Munin.




Serius nih, dua gambar cowok ini?

Kenapa harus dua kali?



Ayaka VS Wormungandr.

Ngomong-ngomong, pertarungan mereka itu memang selesai? Atau otakku yang nge-blank dan lupa detailnya?



Takao Itsuki dengan fanservice khas Takao Bersaudari yang memang selalu saja ada.



Mungkin bukan kemenangan sempurna, tapi tetap saja——— itu kemenangan.


Novel Abnormal State Skill Chapter 423

423 - Menuju Tahap Akhir / Pertempuran Pertahanan Sacred Eye

Novel Abnormal State Skill Chapter 422

422 - Musuh Terakhir



<Goddess Vysis POV>

Aku membenci manusia.

Aku benar-benar tak bisa menahan rasa benci itu.

Dulu maupun sekarang.

Terutama pada manusia.

Setiap kali mereka terlihat bahagia, selalu ada rasa tidak pantas yang menusuk.

Menjijikkan.

Perasaan itu tak pernah berubah.

Kebahagiaan makhluk bernama manusia seharusnya tidak dibiarkan berlangsung lama.

Menderita—itulah esensi manusia, itulah yang seharusnya memberi mereka makna.

Kebahagiaan, paling jauh, hanyalah bumbu kecil yang ditabur di antara penderitaan.

Bukan hakikat mereka.

Hanya dengan menderita hingga akhir, barulah mereka bisa disebut manusia.

Bergulat, meronta—dan pada akhirnya, semua usaha itu sia-sia, tak berarti apa-apa.

Itulah artinya menjadi manusia.

———Sebenarnya, apa-apaan sih mereka itu?

Serangga kecil ini selalu berlari-lari mendekat, melaporkan setiap hal baik yang menimpa mereka.

“Goddess-sama, tempo hari aku———–”

“Goddess-sama, tolong dengarkan! Sebenarnya————”

“Goddess-sama, aku———–”

Mengoceh soal sampah tak penting yang tidak pernah kuminta.

Dan aku pun menjawab,

“Oh, sungguh luar biasa.”

Sambil tersenyum.

Karena itu lebih mudah.

Kalau aku memperlihatkan kekesalan, itu malah menimbulkan masalah lain.

Mereka langsung panik, bertanya-tanya apa kesalahan mereka.

Dan sikap itu———menjengkelkan lagi.

Aku ingin berkata, “Segala hal tentangmu itu menjengkelkan.”

Tapi kalau benar-benar kukatakan, situasi hanya jadi makin menyebalkan.

Jadi aku “membiarkannya lewat” dengan senyuman.

Namun, jujur saja, jauh di dalam———

“Aku peduli apa? Enyah saja, mampuslah.”

Begitulah perasaanku.

———Ugh. Menjijikkan.

Apa untungnya bagiku mendengar tentang kebahagiaan kalian?

Dulu pernah ada seorang manusia yang berani berkata padaku:

“Vysis-sama, Anda agak salah paham. Saat mereka berbagi kabar baik, itu bentuk rasa terima kasih pada Anda. Berkat Anda, sesuatu yang indah terjadi dalam hidup mereka. Tentu, bukan hanya pada Anda saja, mereka juga ingin berbagi rasa syukur itu pada orang lain, walau untuk hal kecil sekalipun.”

Lalu kenapa?

Apa yang kudapat dari ucapan terima kasih makhluk rendahan, bodoh, dan berumur pendek itu?

Orang yang berani bicara omong kosong itu, segera kucari alasan untuk menjebloskannya ke penjara.

Setelah disiksa sekian lama, dia akhirnya dieksekusi di depan umum.

Lalu aku terus menghantui keluarganya, mencari-cari alasan untuk menyiksa mereka sampai hancur tak bersisa.

………………………………

Pada akhirnya, makhluk ini……

Mereka hanya menggunakan keberadaan seorang Dewi untuk memuaskan keinginan sendiri.

Dengan kata lain, itu hanyalah eksploitasi pribadi terhadap seorang Deity.

Nafsu busuk dan menjijikkan manusia.

Dan yang terburuk———sebagian besar dari mereka menyembunyikannya dengan topeng kesopanan.

Kupretel sedikit saja, dan yang tersisa hanyalah kotoran dan kebejatan.

Ya———akulah yang digunakan.

Aku yang sebenarnya korban sesungguhnya.

Itu berarti aku punya hak untuk melukai manusia.

Sudah sewajarnya.

Tak terelakkan.

Karena sebagai korban, apa pun yang kulakukan pada para pelaku selalu benar.

———Oh, kalau kupikir-pikir……

“Tergantung situasi, korban dan pelaku bisa jadi dua sisi koin yang sama. Kadang, ada pembalikan peran yang mengerikan.”

Itu omongan si tak berguna Wormungandr……

Apa maksudnya aku mungkin juga punya sisi sebagai pelaku?

———Jangan konyol.

Tak ada korban yang lebih murni dan mutlak daripada aku di dunia ini.

Sebagai korban, tak ada kekejaman yang kulakukan pada para pelaku bisa disebut salah.

Aku telah menahan segalanya begitu lama.

Jadi “balas dendam”-ku tak lain hanyalah tindakan yang sah.

Itu berarti, aku terlalu benar.

Karena———

Dari awal sampai akhir, akulah korban.

Benar.

Jika aku ingin membungkam mereka, aku tak punya pilihan selain membuat hidup mereka sengsara.

Aku harus mengembalikan mereka ke jati diri mereka———kembali menjadi manusia sejati.

Bahkan jika itu tugasku sebagai seorang Deity.

Bagaimanapun, siang dan malam———mereka membuatku jijik.

Selalu begitulah aku diperlakukan.

Oleh makhluk bernama manusia ini.

…………………..

Tidak…… kalau kupikir lebih jauh, mungkin targetku bukan terbatas pada manusia saja.

“Orang lain bahagia, sementara aku tidak.”

Mungkin keadaan itu sendiri yang membuatku muak.

Aku ingin semua makhluk selain diriku menderita lama, sangat lama.

Yang boleh mereka miliki hanyalah———ya, momen kecil kebahagiaan.

Tak mungkin makhluk rendahan pantas menikmati kebahagiaan yang berkepanjangan.

Tepat sekali.

Aku tak bisa membiarkannya.

———Seperti yang kuduga, akulah korban sejati.

Ahhh……

Betapa menyedihkannya aku.

Dan karena itu———aku akan membunuh mereka.

Sampai tuntas.

Terutama yang kubenci, akan kusiksa sampai mereka menangis.

Jangan berani-berani menjadi sesuatu lebih dari sekadar mainanku.

Aku melangkah di dalam labirin putih nan sunyi.

[……………………..]

Rasanya sudah lama sekali aku menghadapi diriku sedalam ini.

Langkah kakiku menggema pelan saat menuruni tangga kastil.

Namun gema itu cepat ditelan dinding, menyisakan keheningan.

Bagian dalam kastil tetap membisu.

Hampir seolah-olah aku adalah orang terakhir yang tersisa di dunia.

Tanpa kusadari, aku menggigit ibu jariku sendiri.

Untuk dipusingkan oleh makhluk rendah———sekadar mainan ini……

Benar-benar keterlaluan.

Aku merenungi situasi sekarang.

Bagaimanapun juga———aku harus menyiasati mereka.

Mengacaukan mereka.

Prediksi mereka.

Strategi mereka.

Tetap waspada pada Touka Mimori itu sudah jelas……

Tapi yang paling harus kuwaspadai———adalah pengguna Forbidden Curse.

Yang pertama-tama harus dieliminasi adalah si Forbidden Curse-user itu.

Munin, ya?

Namun, pasti mereka akan melakukan apa saja untuk melindunginya.

———Sebaliknya, itu berarti dia adalah titik lemah musuh, kan?

Jika prioritas utama mereka adalah melindungi Forbidden Curse-user……

Maka kemungkinan besar formasi sisanya akan punya celah.

Kalau aku menyerang, sebaiknya mulai dari sana, bukan?

Dan kemudian……

Dalam hal kekuatan tempur murni, yang paling merepotkan adalah Seras Ashrain.

Untuk berjaga-jaga……

Aku juga harus menaruh Ayaka Sogou di benak.

Aku meremehkan seberapa keras kepala sampah-sampah ini.

Dan itulah kelalaianku yang berujung pada situasi sekarang.

[———Fufu————-]

Kesulitan?

Untuk Goddess Vysis ini?

———Tidak. Ini hanya sementara.

Sekarang aku memang harus hati-hati.

Aku menekan kebencian dan kegelisahan yang mendidih di dalam diriku.

Jujur saja, aku ingin segera keluar dan menghancurkan mereka tanpa pikir panjang.

Tapi aku tak bisa. Aku harus tenang.

Kalau aku kehilangan kendali sekarang———si serangga sialan itu akan mendapatkan yang diinginkannya.

Tetap saja, menjengkelkan.

Kenapa aku, dari semua makhluk, harus menahan amarah demi menghadapi kehidupan rendahan ini?

[………………..Bajingan-bajingan……]

Mataku menghitam, seolah tinta menelan bagian putihnya.

Kegelapan membanjir, seperti kehampaan tak berdasar.

[………………..]

Ada sesuatu lagi…… yang menggangguku.

Situasi di Sacred Eye Jonato———di Azziz.

Pasukan Sacrament yang kukirim seharusnya sudah tiba di sana.

Jumlahnya banyak, bahkan lebih kuat daripada yang kulempar ke labirin.

Namun…… berdasarkan status Sacred Treasure, Sacred Eye masih aktif, tak berubah.

[Kalau begitu———— Apa ini ulah Kirihara yang hilang?]

Dari semua kekuatan besar yang belum terhitung, selain yang berkumpul di Ibukota———

Hanya Kirihara yang mungkin mampu menandingi pasukan Sacrament itu.

Kecuali…… kalau Civit Gartland entah bagaimana masih hidup dan membantu mereka.

Tapi…… itu pun tidak masuk akal.

Bagaimanapun aku mencoba, tak terbayang Kirihara mau memihak siapa pun.

Apalagi melakukan sesuatu yang menguntungkan Touka Mimori.

Dari awal———bisakah orang sepertinya benar-benar berubah?

[…………………..]

Itu jelas mustahil.

Terutama bagi seseorang dengan pola pikir seperti dia.

Bahkan dibanding Yomibito atau Ars, Pahlawan dari Dunia Lain itu punya kegilaan tersendiri.

Fanatisme egois.

Rasa superioritas yang tak tergoyahkan.

Keyakinan mutlak pada dirinya sendiri.

Ego menjijikkan yang membengkak tanpa batas.

Dari situlah lahir logika delusinya yang tertutup rapat.

Segalanya demi dirinya———dan karena dia ada, maka segalanya ada.

Orang seperti itu…… bisakah pernah menunduk pada Fly King?

Jika itu Takuto Kirihara……

Dia tak akan pernah mentolerir bayangan saja bahwa dia melayani orang lain, meski secara tidak langsung.

Tidak———mustahil.

Terlalu mengada-ada.

———Lalu kalau begitu…… siapa?

Aku meragukan Jonato punya kartu truf lebih kuat dari Sacred Knights.

Kalau mereka punya, pasti sudah digunakan saat invasi besar sebelumnya.

“Berarti…… bisa jadi mereka punya Anarveil atau seseorang yang terkait dengannya……”

Apa Anarveil memberi mereka alat sihir khusus yang kuat?

Itu satu-satunya kemungkinan yang bisa kupikirkan.

Kalau kucari jawaban lain…… aku hanya kembali ke titik semula.

Tanpa sadar, langkahku semakin cepat.

Apa ini?

Apa yang ada di Azziz?

Apa yang sebenarnya menghalangiku?

Serius———apa?

[………………….]

Kuhantamkan Sacred Treasure untuk memverifikasi Sacred Eye ke lantai.

[Astaga…… bajingan terkutuk, semuanya!]

Aku berhenti dan menempelkan tangan ke dadaku.

Tenang.

Aku tak boleh membiarkan emosi mengacaukan pikiranku.

Sekarang, aku harus fokus pada rencana apa yang mungkin sedang disusun Touka Mimori.

Yang terpenting, aku harus memusatkan segalanya demi meraih kemenangan di labirin ini.

Aku harus menyingkirkan mereka.

Makhluk-makhluk jahat itu.

Musuh keji yang berani menghalangi jalan Tuhan.

Ini pertempuran untuk menyelamatkan duniaku.

Pertempuran yang layak———sebuah ujian.

Ya, ujian ilahi.

Aku meneguhkan tekadku.

Aku tak boleh membiarkan kebencian menggoyahkan emosi.

Sekarang waktunya menghadapi ini dengan serius.

Rasa takut ini.

Akui saja.

Akui bahwa aku takut.

Akui bahwa aku dalam kesulitan.

———Betapapun menjengkelkannya.

Namun aku akan mengatasinya.

Rasa takut ini, bahaya ini……

Pertama, aku harus menerima segalanya. Menyeimbangkan emosiku. Menjernihkan pikiranku.

Akui.

Touka Mimori adalah…… lawan yang tangguh.

———Dan itu membuatku murka sampai ke sumsum.

Aku tak boleh meremehkannya.

Aku harus membalas dengan presisi dingin.

Saat itu, aku merasa sesuatu yang luhur terbangun dalam diriku.

Aku akan menang.

Aku akan bertahan dari penderitaan ini dan menoreh masa depan yang gemilang.

———Dan segala hal tentang ini membuatku muak.

Aku tak boleh kalah dari kejahatan.

Pertempuran ini adalah taruhan eksistensiku.

Mungkin, musuh sejati bahkan bukan Fly King dan yang lainnya.

Mungkin…… musuh sebenarnya adalah diriku sendiri.

Ya, pertempuran melawan sifatku sendiri.

————————————Dan semakin kupikirkan, semakin marah aku dibuatnya.

Bajingan kecil……

Aku mendongak, menatap langit-langit, lalu————

Aku berteriak.

Jika ada yang mendengarnya, telinga mereka pasti terkoyak oleh jeritan itu.

Jeritan yang begitu mengerikan, menembus, hingga dinding pun seakan tak mampu meredamnya.

Aku tak peduli jika musuh mendengarnya.

Kalau mereka datang, biarlah datang.

Itu jeritan panjang———sangat panjang.

Setelahnya, aku menutup mata pelan.

Menghela napas dalam-dalam.

[……Fuuuu……]

Setelah melampiaskan jeritan penuh itu, aku berhasil sedikit lebih tenang.

Ya, aku harus tetap tenang……

Dengan pikiran itu, aku kembali berjalan, perlahan dan mantap.

Warna kembali ke mataku.

Senyuman percaya diri kembali menghiasi wajahku.

Namun, sekejap kemudian———ekspresiku berubah buas, dan aku langsung melesat maju dengan kecepatan mengerikan.

[AKAN KUPUKULI KALIAN SAMPAI MATI, SATU PER SATU!!!]


<Catatan Penulis>

Terima kasih banyak atas kesabaran kalian.

Mulai dari bab ini, bagian terakhir dari arc final “I Became the Strongest With The Failure Frame【Abnormal State Skill】As I Devastated Everything” resmi dimulai.

Awalnya aku sempat ragu, apakah benar karakter ini yang paling tepat untuk membuka bagian terakhir ini. Tapi di sisi lain, justru mungkin dialah tokoh yang paling cocok untuk memulai penutup kisah ini.

Aku sungguh minta maaf atas lamanya jeda update kali ini. Niatnya hanya mengambil waktu istirahat dan menyegarkan diri, tapi ternyata tekanan menjelang arc terakhir jauh lebih berat daripada yang kuduga. Selain itu, aku juga baru sadar banyak hal sehari-hari yang terabaikan selama setahun terakhir, jadi aku butuh waktu untuk membereskan itu semua.

Targetku tetap menuntaskan seri ini dalam tahun ini. Namun, aku tidak ingin terlalu terjebak pada tenggat. Prioritas utamaku adalah membawa cerita ini ke sebuah akhir yang benar-benar bisa membuatku puas. Yang jelas, selama aku tidak jatuh sakit parah atau meninggal, seri ini pasti akan selesai paling lambat tahun depan. (Aku tidak berpikir akan berlarut-larut sampai bertahun-tahun).

Oh ya, setelah update terakhir, aku menerima sebuah review. Terima kasih banyak atas itu.

Dengan ini, semoga kalian bisa menikmati bagian terakhir dari arc final.