Bab 75 – Dinosaurus Karnivora Liar Muncul
Festival berburu di Draupnir hampir dimulai.
Virgo berdiri di antara para peserta lain, menggenggam pedang dengan erat, wajahnya tegang. Di sekelilingnya, hanya ada orang-orang yang tampak jauh lebih kuat: pria berotot membawa kapak raksasa, lelaki misterius berselubung hitam, petarung raksasa tinggi dua meter, bahkan pria gemuk berbikini.
“Sekarang, Festival Berburu Draupnir akan segera dimulai!” Suara nyaring menggema ke seluruh arena, diperkuat oleh sihir suara. “Peraturannya sangat sederhana! Tangkap dan buru sebanyak mungkin binatang sihir yang tersebar di seluruh ibu kota dalam waktu satu jam! Siapa pun dengan skor tertinggi akan dinobatkan sebagai juara!”
Pria centaur di atas panggung mengacungkan tangan. “Saya Chiron, komentator langsung hari ini! Dan sebagai komentator tamu—pahlawan kebanggaan bangsa ini, Saint Pedang Friedrich!”
Seekor harimau besar mengaum di sampingnya.
“Gunakan bahasa Midgard, tolong,” kata Chiron.
Tawa penonton meledak. Kegugupan mencair sedikit demi sedikit.
“Kalau begitu… SIAP—BERBURUUUU!!”
Suara ledakan sihir menandai dimulainya kompetisi. Peserta mulai berlarian ke segala arah, termasuk Virgo, yang tanpa sadar langsung melesat ke garis depan.
Eh?
Dia menoleh ke belakang—tak ada yang mengikutinya.
Apa mereka semua sengaja menahan diri?
Tapi itu bukan karena mereka lambat. Itu hanya karena level Virgo jauh di atas rata-rata.
Beberapa saat kemudian, seekor hobgoblin raksasa menghadangnya.
Dengan tubuh kekar, kulit hijau, dan hanya bercelana dalam, monster itu menyeringai menghina.
Virgo, masih gugup, mengangkat pedangnya.
Ruphas-sama mempercayaiku… aku tak bisa lari sekarang!
“YAAAHHH!”
Satu tusukan. Hobgoblin tumbang.
“Peserta nomor 760, Virgo! 8 poin diperoleh!”
“…Eh?”
Virgo melongo. Ia menendang mayat hobgoblin itu pelan. Benarkah… aku mengalahkannya? Begitu mudah?
Dia terdiam.
Mungkin… monster di festival ini memang lemah?
Tidak. Itu bukan karena musuhnya lemah—tapi karena dia kuat. Hanya saja Virgo belum menyadarinya.
Virgo terbang ke udara. Sayap putihnya mengepak anggun.
Kalau begini… aku bisa melakukannya. Setidaknya, tak mempermalukan Ruphas-sama.
Ia menukik, menebas serigala raksasa. 6 poin.
Ia melepaskan tembakan cahaya dari pedangnya, menghancurkan burung sihir. 7 poin.
Ia menyapu sekelompok goblin dan penyihir goblin. 20 poin.
Poin demi poin terus bertambah.
“Peserta Virgo, 5 poin!”
“Peserta Virgo, 9 poin!”
“Peserta Virgo, 8 poin!”
Di antara penonton, seorang pemuda berkeringat dingin.
Itu… dia!
Pahlawan Sei mengenali gadis itu. Si gadis bersayap putih yang terlihat gugup tadi.
Kupikir dia pemula… kukira aku bisa membantunya kalau dia kesulitan. Tapi sekarang…
Virgo menebas seekor wyvern—makhluk berlevel 80—seperti memotong kertas.
…Aku bahkan tidak bisa mengalahkan monster seperti itu.
Level Sei? 35.
Ia berusaha mati-matian mengalahkan monster kecil, dan… seekor anjing kecil menatapnya sambil mengibas-ngibaskan ekor.
Jangan lihat aku begitu! Aku suka anjing!
Tapi saat ia masih berusaha menyelamatkan harga dirinya...
TERRRAAAKKKKKK!!
Raungan mengguncang arena.
Penonton menoleh. Di kejauhan, monster raksasa melintas.
“Gawat! Dinosaurus Dinogiganto dari hutan sekitar telah masuk arena! Ini bukan target perburuan! Ulangi, ini bukan target festival!”
Dinosaurus besar itu melahap monster sihir satu demi satu.
Wyvern kabur. Goblin gemetar. Bahkan monster elite melarikan diri.
Dan yang lebih buruk…
Dinosaurus itu mengincar manusia.
BRAAAKKK!
Seekor petualang wanita jatuh di depannya. Ia gemetar, tak bisa bergerak.
Sei menggertakkan gigi.
Tak sempat berpikir!
Ia berlari sekuat tenaga. Anjing tadi mengekor di belakangnya.
Ia mencapai wanita itu. “Cepat! Lari!”
“A-Aku tak bisa… lututku…”
“Lepas baju zirahmu! Aku tak bisa mengangkatmu begini!”
“Tap-tapi ini mahal… aku belum lunas…”
“BUKAN WAKTUNYA BICARA UANG!”
Tapi sudah terlambat.
Dinosaurus selesai melahap korbannya. Matanya menatap Sei dan si wanita.
Tunggu… setidaknya aku bisa beli waktu…
Sei menarik katana.
Kalau aku bisa memancingnya… mungkin Gants atau Friedrich akan datang…
Dinosaurus meraung dan berlari ke arah mereka.
Sei menahan napas. Kakinya gemetar. Tapi ia tak mundur.
Lalu—
FWHOOOOOSHHHHH!
Bayangan putih turun dari langit.
Tekanan angin membuat tanah retak.
Pedang bersinar di tangan.
Sayap putih berderak pelan.
Sosok itu berdiri di antara Sei dan Dinosaurus.
—Virgo.
Sei menatapnya, mata membelalak.
Bukan malaikat. Tapi sesuatu yang… bahkan lebih mulia dari itu.
Catatan Penulis:
Sei: “Akhirnya! Pahlawan utama muncul di bab 75! Sekarang aku bisa menikmati masa mudaku—”
Ruphas: “Hou?” (masuk mode bos terakhir)
Aries: “Hehh?” (berubah jadi domba raksasa)
Aigokeros: “Berani kau melirik anak bawang kami?!” (berubah jadi iblis hitam)
Scorpius: “Berani kau mengincar Virgo?! Hah?!”
Libra: “Berdasarkan pernyataanmu, aku asumsikan kau siap mati?” (siapkan Astraea)
Sei: “……….”
No comments:
Post a Comment