Novel Abnormal State Skill Chapter 375
375 - Pigimaru
<Catatan Penulis> Bab ini bisa dibaca sendiri, tapi makna dari kata *"sendiri"* yang muncul di bagian cerita akan lebih mudah dipahami jika kamu membaca SS yang disertakan di akhir Volume 2 versi manga. (T/N: SS ini belum ditemukan dalam versi manga terjemahan atau versi mentahnya. Kemungkinan hanya ada dalam edisi *tankÅbon*.)
Pasukan Penakluk Dewi kini sedang menuju Ibu Kota Kerajaan Alion, Enoh.
Saat ini aku sedang berbaring telentang di dalam kereta, beristirahat.
Itu karena Seras menyuruhku untuk istirahat.
“Meskipun kau berpura-pura tidak lelah, aku bisa melihatnya. Kau tampak sangat kelelahan. Jadi tolong, istirahatlah sebentar.”
Ternyata aku memang sudah mengumpulkan banyak kelelahan.
Aku baru menyadarinya setelah Seras memintaku untuk beristirahat.
Memikirkan strategi demi strategi untuk pertempuran yang menentukan...
Kadang aku harus menghancurkannya lalu membangunnya kembali dari awal...
Kadang juga aku mencari arah, bertanya pendapat orang lain...
Aku sudah berlari ke sana kemari.
Dengan senyum tipis di bibirnya, Seras berkata padaku:
“Kau... terlalu pandai berakting. Wajar jika orang-orang tidak menyadarinya. Lagi pula, kau jarang terlihat berada di tempat yang sama dalam waktu lama. Mereka mungkin mengira kau sedang beristirahat dengan baik. Tapi aku... meskipun aku tidak selalu ada di sisimu, aku tahu betul. Tidak———”
Ia memberiku senyuman singkat———namun hangat.
“Kurasa itu karena aku selalu memperhatikanmu.”
Dan terakhir, Seras menambahkan:
“Mungkin ada juga yang sebenarnya menyadari, tapi memilih diam. Tapi... jika ada seseorang yang boleh memanjakanmu di sini, maka aku akan menjadi orang itu. Tolong———istirahatlah, Touka-dono.”
[…]
Setelah benar-benar beristirahat seperti ini, aku menyadari kalau tubuhku jauh lebih lelah dari yang aku bayangkan.
Seras...
Mungkin dia sudah memperhatikanku jauh lebih lama daripada yang kusadari.
—Tidak.
[Dia benar-benar memperhatikanku.]
Saat ini aku tidak mengenakan topeng Fly King ataupun mantel khasku.
Dengan lenganku sebagai bantal, aku menatap bagian dalam kanopi kereta.
[Kalau saja dia tidak ada di sini bersamaku... seperti apa jadinya diriku sekarang?]
Aku mengalihkan pandangan ke samping.
Memikirkan hal yang sama...
[Kalau bicara soal ‘apa yang akan terjadi kalau mereka tidak ada’———]
Hal yang sama juga berlaku untuk satu makhluk ini.
[Pinyuuu?]
Pigimaru.
Teman pertamaku di dunia ini.
Aku kembali menyandarkan lengan di belakang kepala dan menatap langit-langit kereta.
“Pigimaru.”
[Pii.]
“Aku tahu aku sudah mengatakannya berkali-kali, tapi aku benar-benar bersyukur kau jadi rekanku.”
[Pinii♪]
“...Hei, kau masih ingat saat itu?”
[Apa?]
“Saat pertama kali kita bertemu... saat kau menjadi temanku...”
“Dulu, kalau saja kau tidak ikut denganku... aku sering bertanya-tanya, bagaimana nasibku akan berubah?”
Aku merenungkan perjalanan panjang ini—perjalanan balas dendam yang penuh rintangan.
Di tengah kondisi yang begitu menyakitkan...
Kalau Pigimaru tidak ada...
Bagaimana aku bisa melewatinya?
Pertemuan kami dimulai dari satu slime kecil.
Teman pertamaku sejak aku keluar dari Reruntuhan Pembuangan.
“Kau selalu membantuku. Bahkan terlalu mementingkanku sampai-sampai mengabaikan dirimu sendiri.”
[Pigi.]
“...Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana caranya aku bisa membalas semua kebaikanmu...”
[Pigi!]
Pigimaru langsung memerah dan berseru menolak.
“Tidak perlu balas apa-apa!”
Mungkin itu hanya perasaanku saja. Tapi...
Entah kenapa aku bisa benar-benar menangkap maksudnya.
“...Yah, meski aku yang menyelamatkanmu dulu... kenapa sekarang kau melakukan semua ini demi aku———”
[Astaga!]
Pigimaru mengeluarkan suara melengking lalu melompat mendekat.
Lalu, seolah hendak memelukku, dia menempel di pipiku.
“Pigimaru...?”
[......Piii…… ni.]
———...Karena kita adalah sahabat———
[…]
Sekarang…
[Piniiii…… Pinyuii…… Pinii…… Pigigiii…… Babiiii…… Pinyunyu……]
———...Aku selalu sendirian, tapi untuk pertama kalinya, aku punya teman...———
———...Kau menolongku... Jadi aku juga ingin menolongmu... Karena kita sahabat...———
———...Membantu teman yang berharga... adalah hal yang wajar...———
———...Aku sangat bahagia... bisa punya teman sepertimu...———
———...Mendengar bahwa slime kecil sepertiku bisa jadi partnermu...———
[Pinyuii…… Piyuu….. Piyuyuu….. Piiii……, ………………..]
———...Kadang aku merasa takut...———
———...Tapi selama aku bersama kalian semua, aku tidak pernah kesepian...———
———...Dan yang paling menyenangkan adalah... saat kita semua bepergian bersama...———
———...Aku sangat bahagia... itulah sebabnya...———
———................................———
[Piyuuu…………………, ———–Pigii.]
——Aku menyayangimu...——
--------Touka-------
[…]
[——————-]
Mungkin ini hanya khayalanku saja...
Tapi aku merasa seperti benar-benar mendengar suara Pigimaru.
Tidak—
Sebenarnya...
Sejak awal, aku memang sudah bisa memahami maksud para monster.
Mungkin ini ada hubungannya dengan pengalamanku sebelumnya—
Interaksi dengan monster bermata emas di Reruntuhan Pembuangan, di tengah kondisi ekstrem...
Itulah kenapa aku bisa memahami maksud para monster.
Atau mungkin, semua ini karena efek aneh dari statistik <Wisdom>.
Kemungkinan ada reaksi kimia unik yang membuatku lebih peka terhadap niat makhluk lain.
Biasanya aku mengonfirmasi maksud Pigimaru dengan memberikan pertanyaan yang bisa dia jawab secara positif atau negatif.
Jadi——kemampuan memahami perasaannya selama ini adalah sesuatu yang memang bisa kulakukan.
Ya—hanya sesuatu yang mampu kulakukan.
Tapi kali ini...
Tangisannya barusan...
Perasaan yang tersampaikan lewat suara itu terasa begitu jelas dan jujur.
Terlalu kuat untuk diabaikan sebagai sekadar halusinasi.
Kata-kata itu... terasa sangat nyata.
...Tapi, tidak.
Hal seperti itu tak perlu dipikirkan terlalu dalam sekarang...
Dengan mata terpejam, aku tersenyum.
“Jadi begitu ya...”
Hanya dengan kalimat itu——
“Aku juga merasakan hal yang sama, Pigimaru.”
Tanganku perlahan mengelus tubuh Pigimaru yang lembut.
[Pii……. Pigiiii……]
Kau——
---mitra terhebatku.
[Pigii…… Piyuuuu……]
Hingga aku tertidur...
Seolah-olah ikut tertidur juga, Pigimaru dengan damai memelukku erat.
Post a Comment for "Novel Abnormal State Skill Chapter 375"
Post a Comment