Novel Bos Terakhir Chapter 1

Bab 1: Munculnya Bos Terakhir yang Liar 

Semua orang membeku di tempat.

Termasuk penasihat tua berusia dua ratus tahun yang ditunjuk langsung oleh sang raja.

Tak satu pun dari mereka yang mampu menahan rasa gentar—semuanya terpesona, sekaligus diliputi ketakutan.

Rambut emas panjangnya tergerai anggun, dihiasi semburat merah menyala di ujung-ujungnya.

Gaun putih bersih berpadu dengan mantel merah darah yang membungkus tubuhnya yang nyaris sempurna, seolah dilukis dengan tangan dewa.

Dari balik mantel itu, tersingkap sayap besar hitam legam—tanda nyata bahwa ia adalah anggota ras Flugel. Sayangnya, sayap itu termasuk golongan terlarang.

Seolah menyambut penguasa sejati dari negeri ini, semua orang menundukkan kepala dalam-dalam, tubuh mereka gemetar hebat.

Lutut para pengikut bergetar saat menyentuh lantai, seolah memberi hormat pada seorang dewi.

Ia memancarkan aura kekuasaan yang begitu luar biasa. Setiap gerakannya terasa anggun dan penuh keyakinan.

Dan di tengah pusaran ketakutan ini, gadis itu—yang tidak mengangkat satu jari pun—hanya tersenyum pelan dan bergumam dalam hati.

Aduh... Apa-apaan ini? Kenapa semua orang asing ini tiba-tiba sujud ke arahku? Ini semacam lelucon, ya? Apa yang mereka harapkan dariku? Gimana bisa begini? Tolong, ada yang bisa jelaskan!?

Ironisnya, gadis itulah yang justru paling panik dalam situasi itu.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi?

Sebelum aku menjelaskannya, ada sesuatu yang perlu kalian tahu.

Aku ini pria biasa. Normal. Waras. Nggak ada yang aneh.

Dengan latar belakang itu, izinkan aku bercerita.

Mari kita mulai dari sini…

“X-Gate Online.”

Nama gim itu.

Dunia fantasi paralel bernama Midgard. Versi awal gim ini memiliki sistem pertempuran jarak dekat dan sihir, lalu perlahan berevolusi dari RPG biasa menjadi TRPG open-world. Kabarnya, awalnya ini adalah gim online juga, tapi sayangnya aku sendiri nggak pernah sempat main versi konsolnya.

... yah, sebenarnya aku sempat kepikiran buat beli konsol itu. Dreamstation, kalau nggak salah namanya.

Tapi di lingkungan tempat tinggalku, nggak ada toko gim bekas. Gagal deh.

Pemain biasanya bertarung menggunakan pedang atau sihir. Ada monster, elf, peri, dan berbagai ras lain tersebar di seluruh peta.

Setting yang klise memang, tapi khas open-world RPG—jenis permainan di mana kamu bisa tenggelam dalam dunia yang kamu bangun sendiri, perlahan-lahan.

Aku mulai main waktu masih jadi siswa SMA.

Awalnya cuma iseng. Eh, kebetulan tertarik. Lagipula gratis. Ya sudah, aku pikir, "Kenapa nggak dicoba aja?"

Dan hasilnya?

Kecanduan total.

Aku jadi yang biasa disebut hardcore fan. Waktu luang? Habis semua buat main. Bahkan aku sampai rela cari kerja sampingan ringan yang bisa kulakukan dari rumah, cuma demi beli item dari Cash Shop.

Kenapa kerja dari rumah?

... karena kalau keluar rumah, aku nggak bisa main, dong.

Waktu di sekolah pun terasa buang-buang waktu.

Kebahagiaanku—dan mungkin juga kebahagiaan kebanyakan pemain—diukur dari seberapa cepat kami bisa kembali melihat layar login.

Karena jumlah pemain fanatik meningkat, pemerintah sempat bikin undang-undang sepuluh tahun lalu untuk membatasi durasi bermain gim online. Akhirnya, X-Gate Online juga kena imbasnya dan menetapkan batas main maksimal sepuluh jam per hari.

Untungnya, karena aku main dari rumah dan bisa nyuri waktu selama perjalanan ke sekolah, aku tetap bisa bersaing dengan para pemain top lainnya.

Aku terus mengasah karakternya. Nge-grind level. Gonta-ganti job. Nggak keitung berapa kali aku reset dan mulai dari awal lagi.

Salah satu hal paling menarik dari gim ini adalah sistem kustomisasi karakternya yang super lengkap. Katanya sih ada lebih dari 8.687.500 kombinasi karakter yang bisa dibuat. Bebas banget. Kamu bisa bikin avatar yang benar-benar sesuai dengan imajinasi kamu.

Dan dari sistem itulah, lahirlah karakter ciptaanku: Ruphas Mafalu.

Seorang gadis muda dari ras Flugel—ras bersayap dengan kemampuan tempur tinggi, tapi nggak bisa belajar semua jenis sihir. Mereka disebut-sebut sebagai "ras penguasa" karena punya karisma alami dan bisa menjinakkan monster sejak lahir.

Kemampuan itu bukan cuma tulisan doang, lho. Dalam permainan, efeknya benar-benar terasa. Salah satu skill-nya bahkan bisa membatalkan serangan dari lawan yang levelnya jauh di bawahmu.

... yah, kecuali saat lawanmu bos.

Aku latihan terus pakai Ruphas.

Sampai akhirnya, aku bahkan mendirikan sebuah negara sendiri dalam gim. Awalnya kecil, tapi lama-lama pengaruhnya meluas.

Gim ini punya fitur perang antarkerajaan. Dan, yah, Ruphas—dengan keangkuhannya—menyerang negara lain sesuka hati.

Tapi menyerang negara lain tanpa alasan yang jelas? Siap-siap saja di-bully di forum. Cuma butuh satu malam untuk jadi bahan olokan seluruh komunitas.

Tapi di situlah letak uniknya: gim ini punya fitur “Sistem Novel.”

Dibuat bareng salah satu penerbit novel online terbesar, fitur ini memungkinkan para pemain menulis ulang tindakan mereka sebagai “sejarah resmi” yang ditampilkan seperti kisah fiksi.

Misalnya:

“Untuk alasan inilah aku memulai perang ini.”
“Kami menanggung penderitaan demi menunaikan takdir ini.”

Kalau narasimu diterima dan dikirimkan ke situs resmi, ceritamu akan muncul di homepage dan jadi bagian dari dunia gim itu.

Kalau kamu mau bayar, bahkan pencapaian kecil pun bisa dibungkus jadi kisah megah. Makanya, X-Gate Online penuh dengan cerita latar yang unik, dan setiap pemain merasa seperti tokoh utama dari kisahnya masing-masing.

Ruphas—karakterku—bahkan diakui secara semi-resmi oleh pengembang sebagai tokoh penting.

Ruphas Mafalu si Sayap Hitam Penuh Teror.

Sampai-sampai, selain Raja Iblis, semua pemain selain solo player akhirnya tunduk dan jadi rakyat kerajaan Ruphas. Saking besarnya pengaruh itu, catatannya masuk dalam sistem novel resmi, berdiri sejajar dengan legenda bos terakhir.

Banyak yang bilang:

"Udah lah, ganti aja si Ruphas jadi bos terakhir yang resmi."

Tapi, di sinilah masalahnya.

Fungsi perang yang dulu dibanggakan makin lama makin kacau. Pemain baru susah membangun kerajaan sendiri. Sistemnya terlalu rumit dan dominasi terlalu kuat.

Aku bahkan sempat berkonsultasi dengan penulis veteran di situs penerbitan buat bantu tulis kisah besar: titik balik dalam sejarah kerajaan Ruphas.

Dan inilah kisah yang kami bangun:

Namun, dari berbagai penjuru dunia, para pahlawan mulai berkumpul.

Wahai para pemberani, kuangkat pujian setinggi langit atas keberanian kalian.

Kini saatnya... saatnya kalian membebaskan diri dari belenggu tirani dan menjatuhkan tahta!

... iya, betul. Di sini aku benar-benar memerankan tokoh antagonis.

Ruphas lalu membagi wilayahnya menjadi dua bagian. Di satu sisi, dia memimpin pasukan kekaisaran. Di sisi lain, para pahlawan memimpin barisan pemberontak. Dan dari sana, pecahlah perang besar-besaran—konflik yang tak tertandingi dalam sejarah gim ini.

Singkat cerita? Aku kalah.

Tapi aku bertahan sampai akhir.

Pasukanku mayoritas terdiri dari pemain-pemain level rendah. Mereka nggak punya harapan dalam duel satu lawan satu melawan para komandan musuh.

... ya, waktu itu, HP-ku tinggal dua poin.

Serius. Serangan terakhir mereka langsung menghabiskanku.

Padahal di awal kami sempat membuat mereka kelelahan, menipiskan HP dan stamina mereka. Tapi kemudian mereka mengaktifkan skill [Switch Places], dan—BOOM—kemenangan pun mereka rebut.

Dan seolah belum cukup, mereka juga mengusir kami ke dimensi lain sebagai bentuk segel akhir. (Ya, teknik itu mengirim target ke ruang waktu alternatif untuk memperlambat kebangkitan.)

Tapi ya, masa dikalahkan tanpa gaya?

Sebelum benar-benar tersegel, aku sempat melempar satu-dua kalimat keren:

“Indah sekali! Hebat! Kekuatan kalian sungguh luar biasa, wahai para pahlawan! Dengan kemampuan seperti itu, kalian pasti bisa mengalahkan Raja Iblis!”

... yah, kira-kira begitu. Aku masih remaja saat itu. Harap dimaklumi.

Setelah kekalahan itu, Ruphas menghilang, dan dunia dianggap terbebas dari cengkeraman kekuasaannya—itulah bagaimana peristiwa itu dicatat dalam sistem novel.

Reaksinya? Luar biasa.

Komentar membanjiri forum:

"Aku nggak keberatan kalau ceritanya tamat di sini."
"Final-nya epik!"
"Jangan lupakan Raja Iblis (LOL)!"
"Raja Iblis? Maksudmu yang ngumpet sampai Ruphas-sama selesai? Ehh… siapa sih namanya?"
"Wah, kalian XDDDD sadis amat sih."

Meskipun kalah, aku puas. Rasanya seperti telah menyelesaikan sebuah pertunjukan megah. Aku menatap layar dengan senyum lebar di wajahku.

Dan keesokan harinya, saat aku mencoba masuk ke gim lagi—muncullah sosok tak dikenal di layar.

Namanya Alovenas, pencipta dunia. Kabarnya dia adalah Dewi. Tapi secara teknis, dia juga representasi dari sistem administrasi gim.

Dia sering muncul dalam tutorial dan pengumuman event. Tapi jangan tertipu. Dia itu overpowered gila-gilaan. HP-nya 999 miliar. Serius. Bahkan bos akhir pun HP-nya paling mentok sejuta. Jadi jangan cari gara-gara.

Dan karakter OP resmi itu tiba-tiba muncul dan berkata:

“Apakah kamu ingin menerima peran baru?”

Kupikir itu semacam event khusus dari pengembang gim. Lagipula, saat ini Ruphas sudah tercatat sebagai salah satu bos terakhir di samping Raja Iblis.

Tentu saja, mereka nggak mungkin membiarkanku begitu saja. Setelah akhir cerita yang dramatis, kalau aku tiba-tiba masuk gim lagi seperti nggak terjadi apa-apa—terlalu antiklimaks, bukan?

Jadi aku pikir... ini pasti bagian dari plot twist besar.

Aku nggak tahu event macam apa yang sedang berlangsung, tapi aku sudah ikut semua peristiwa penting sejauh ini.

Aku...

Dan tiba-tiba, pandanganku mengabur.

Dan sekarang, aku ada di sini.

Rasa berat menekan dadaku, dan ada semacam kehampaan di antara kakiku.

Dengan penglihatan yang sangat jernih, aku menatap ke jendela jauh di sana—dan sosok gadis cantik yang tak masuk akal terpantul di permukaannya.

Aku... berubah jadi Ruphas?

Nggak, nggak mungkin...

Ruphas itu perempuan!

Tapi ini beda. Aku benar-benar berubah jadi dia!

Oke, tenang. Tarik napas. Tenang...

"... Hmph, aku tidak terlalu paham situasi ini... Jadi, ada yang bisa menjelaskan padaku?"

...hey, hey, tunggu dulu.

Nada sombong ini... gaya bicara ini...

Bukankah ini gaya bicaraku saat memainkan peran Ruphas?

“Apa yang terjadi, wahai anak manusia? Angkat kepalamu. Sampai kapan kalian akan bersujud seperti itu? Atau... apakah itu postur normal kalian? Kalau begitu, izinkan aku mohon maaf atas ketidaktahuanku.”

Aduh... rasanya jahat banget.

Cepat, ubah gaya bicara! Kalau aku terus begini, aku akan terdengar menyebalkan!

...oh! Mungkin skill-nya aktif!

Gawat. Tekanan ini makin nggak tertahankan!

“...Ah, begitulah rupanya. Maaf, aku ceroboh. Akan sulit berkomunikasi kalau ini terus aktif.”

[Dominasi]—off!

Dan hasilnya?

Orang-orang yang bersujud tadi perlahan mengangkat kepala mereka. Mata mereka gemetar saat menatapku.

"Wo-woah... sosok ini... nggak mungkin... kau masih hidup…?"

Seorang pria dengan jubah pendeta Shinto bergumam dengan suara gemetar.

Padahal... bukankah kemarin aku baru saja 'dibunuh'?

“Kau... ya Tuhan... kami benar-benar melakukan kesalahan besar. Kesalahan yang tak termaafkan... Tak termaafkan... Saat mencoba memanggil seorang pahlawan, kami justru—tanpa sengaja—membuka segel sang Penguasa Tertinggi...”

“Hmph, begitu rupanya. Sepertinya kau tahu siapa aku. Kalau begitu, jelaskan situasinya padaku.”

Tampaknya pria ini mengenal siapa aku.

Untuk membuatnya tenang, aku mencoba tersenyum... dan berkata dengan lembut:

“Jangan takut, wahai anak manusia. Aku takkan menyakiti kalian... Tenanglah. Silakan bicara dengan santai.”

...tapi keangkuhan ini, ya ampun. Aku harus gimana dong? Ini bukan salahku!

[Catatan Tambahan—Nggak Harus Diingat, Tapi Boleh]

X-Gate Online.

Gim aslinya berjalan di konsol Dreamstation, lalu bertransformasi menjadi TRPG dan MMO. Bukan VR, ya.

Bekerja sama dengan penerbit novel online besar, aksi dan keputusan para pemain dicatat sebagai bagian dari sejarah dunia.

Gim ini berdiri di wilayah abu-abu antara RPG, TRPG, dan novel interaktif. Karena itu, mereka menyebutnya MMONRPG (Massively Multiplayer Online Novel Role Playing Game).

Enam tahun setelah rilis, X-Gate Online memiliki lebih dari 8 juta pemain aktif di seluruh dunia.

Dan gim ini dikembangkan oleh Niente Corporation.

Novel Tentara Bayaran Chapter 30

Chapter 30: Ikuti Aku dengan Segenap Kekuatanmu (2)

"Apa? Apa maksud Tuanku dengan itu?"

Sebelum Ghislain dapat menjawab pertanyaan Gillian, beberapa tentara bayaran tertawa dan mendorong mereka, melangkah maju.

"Majikan kita tiba-tiba takut, ya?"

"Tidak ada apa-apa di luar sana. Mengapa kita tiba-tiba berhenti?"

"Serahkan saja hal-hal seperti ini kepada kami dan beristirahatlah. Bukankah itu sebabnya kau mempekerjakan kami?"

Mereka mengejek Ghislain sambil mengayunkan kapak mereka.

Selalu ada orang-orang dalam kelompok itu yang tidak dapat dikendalikan.

Bagi mereka, Ghislain hanyalah seorang pemula muda yang tidak berpengalaman. Di mata mereka, yang mereka butuhkan hanyalah mengetahui tujuan mereka, dan mereka dapat menangani sisanya sendiri. Instruksinya yang terus-menerus menggelikan bagi mereka.

Faktanya, satu-satunya yang benar-benar telah bersiap untuk pertempuran berdasarkan kata-kata Ghislain adalah Korps Tentara Bayaran Cerberus. Sisanya hanya berdiri diam, menyaksikan majikan mereka membuat keributan.

"Berhenti."

Atas perintah dingin Ghislain, para tentara bayaran yang telah bergerak maju ragu-ragu dan berhenti dengan canggung.

"Apa yang ada di luar sana?"

"Kelihatannya tidak seberbahaya rumor-rumor. Pimpin saja jalannya."

"Tidak sejauh itu, kan?"

Meskipun para tentara bayaran menggerutu, ekspresi Ghislain tetap tegas saat dia terus berbicara.

"Pelan-pelan kembalilah ke sini. Jika kau tetap di sana, kau akan mati."

Para tentara bayaran mengerutkan kening, tidak dapat memahami apa yang dibicarakan Ghislain.

Namun, dengan wajah tegang, Ghislain tidak mengalihkan pandangannya dari mereka, mengangkat satu tangan.

"Bersiaplah untuk pertempuran, dasar idiot. Ketika seseorang berbicara, kau harus mendengarkan."

Mendengar kata-katanya yang kasar, para tentara bayaran dengan enggan menyiapkan senjata mereka.

Meskipun mereka tidak senang dengan hal itu, mereka tidak bisa begitu saja tidak mematuhi perintah majikan mereka.

Ghislain perlahan menurunkan posisinya, bersiap untuk menyerang ke depan.

Para tentara bayaran yang berdiri di depannya mencibir dan menggelengkan kepala.

Mereka tidak mengerti perilakunya yang tiba-tiba, tetapi melihat betapa tegangnya dia, mereka pikir mereka setidaknya akan berpura-pura mengikutinya.

"Hei, ayo pergi. Majikan kita memang mudah takut."

Para tentara bayaran itu tertawa ketika Gillian dan Belinda, yang telah memperhatikan Ghislain dengan mata ragu, tiba-tiba menegang dan menoleh.

Kaor juga, mengutuk pelan dan menghunus pedangnya.

[Kami tidak dapat memprediksi bahwa itu akan bergerak. Kami tidak merasakan apa-apa saat kami masuk lebih dalam, tanpa penjagaan...]

Saat itulah para tentara bayaran akhirnya merasakan sesuatu bergerak.

[Mereka menyerang kami.]

Tanaman merambat yang melilit pohon mulai berputar-putar seperti pusaran.

Dalam sekejap, mereka melesat ke arah tentara bayaran di depan seperti kilat.

Pada saat yang sama, tubuh Ghislain melompat maju.

Tepat saat tanaman merambat hendak menyerang salah satu tentara bayaran, pedang Ghislain berkelebat.

Swish!

Tanaman merambat yang telah berusaha menangkap tentara bayaran itu teriris bersih, mengeluarkan cairan hitam lengket.

"A-Apa-apaan ini!"

Sebagian besar kelompok tidak dapat bereaksi terhadap serangan tiba-tiba itu. Mereka membeku di tempat, tidak dapat memahami apa yang terjadi, hanya menonton dengan kaget.

Tetapi Ghislain, jauh dari keterkejutan, bergerak cepat.

Swish!

Tanaman merambat lain yang telah terbang menuju tentara bayaran yang berbeda terputus sekali lagi.

Namun, puluhan tanaman merambat terbang ke arah mereka, dan Ghislain tidak dapat menangkis semuanya sendirian.

"Arghhh!"

Beberapa tentara bayaran, tidak dapat menghindar tepat waktu, disambar oleh tanaman merambat itu dan diseret pergi.

Ghislain mencengkeram kerah para tentara bayaran yang baru saja diselamatkannya, melemparkan mereka kembali ke arah kelompok lainnya, dan segera menyerang tanaman merambat itu lagi.

Dia harus menyelamatkan mereka yang telah ditangkap.

Namun, jalannya sudah terhalang.

‘Ck, apa aku terlambat?’

Puluhan tanaman merambat mendekat dari semua sisi, membidiknya.

Ghislain mencengkeram pedangnya erat-erat dan melompat ke udara, memutar tubuhnya sekali.

Tebas!

Tanaman merambat yang mengelilinginya semuanya terputus dalam satu gerakan cepat.

Saat pecahan tanaman merambat itu jatuh ke tanah, Ghislain mendarat dengan ringan dan meluncur mundur dalam lengkungan bulan sabit.

"Tuan Muda!"

"Tuanku!"

Belinda, Gillian, dan Kaor dengan cepat bergegas ke sisi Ghislain.

"Bersiaplah! Berbarislah!"

Mendengar teriakan Ghislain, kelompok yang linglung itu tersadar, mengangkat senjata mereka dan dengan cepat mengambil posisi bertarung.

"Arghhhh!"

"Tolong aku!"

Para tentara bayaran yang telah diseret itu berteriak dan berjuang mati-matian.

Sementara kelompok itu ragu-ragu, tidak yakin apa yang harus dilakukan, pohon-pohon yang terhubung dengan tanaman merambat itu mulai bergerak sedikit.

"Apa yang terjadi?!"

Kulit pohon-pohon besar itu terbelah, memperlihatkan sesuatu yang menyerupai mulut yang hancur.

Setelah menangkap seorang tentara bayaran, setiap pohon mulai mendorong mereka ke dalam mulut yang menganga itu dan mengunyahnya.

"Gahhhhhh!"

Suara mengerikan tulang-tulang yang berderak bercampur dengan teriakan para tentara bayaran bergema di hutan. Para tentara bayaran lainnya, yang ketakutan melihat rekan-rekan mereka dimakan hidup-hidup, berteriak panik.

"Pohon-pohon itu bergerak?!"

"Apakah mereka… Ent?"

Saat Ghislain mendengarkan suara terkejut para tentara bayaran itu, dia menggelengkan kepalanya dalam hati.

Ent lebih seperti roh atau penjaga hutan, bukan monster.

Mereka mencintai kedamaian, terkadang memberikan pengetahuan kuno, dan sering melindungi makhluk-makhluk hutan.

Mereka tidak akan pernah menjadi makhluk aneh yang melahap makhluk hidup secara utuh.

Pohon-pohon, setelah menelan seluruh tentara bayaran itu, bergerak lagi.

Dua lubang kecil muncul di atas mulut-mulut aneh yang menganga seperti retakan.

Melalui retakan itu, mata hitam terlihat.

Melihat mata jahat itu membuat bulu kuduk para tentara bayaran merinding.

[Makhluk-makhluk itu bukan Ent. Sekilas mereka mirip Ent, tetapi tidak seperti Ent, makhluk-makhluk ini menyeramkan, ganas, dan sangat tidak menyenangkan. Kami memberi mereka nama yang berasal dari bahasa kuno.]

Saat Ghislain melihat pohon-pohon di depannya, dia menggumamkan nama itu.

"Dirus Ent."

[Untungnya, Pangeran Balzac memainkan peran penting dalam mengalahkan mereka, tetapi saat itu, sebagian besar prajurit kami telah jatuh ke dalam penyergapan mereka. Setelah kehilangan pasukan terdepan, kami tidak punya pilihan selain mundur ke pos terdepan.]

Bahkan Kerajaan Ritania, yang pernah mencoba menaklukkan Hutan Binatang dengan mengerahkan seluruh kekuatannya di kehidupan sebelumnya, telah mengalami kegagalan karena penyergapan mematikan dari Dirus Ent.

[Makhluk-makhluk ini tersebar di Hutan Binatang seolah-olah mereka adalah penjaganya. Intinya, mereka adalah penjaga gerbang hutan. Jika kamu tidak tahu tentang mereka, kamu pasti akan menjadi korban perangkap mereka…]

Mengingat deskripsi ini, senyum dingin merayap di wajah Ghislain.

"Kita punya kesempatan."

Tidak seorang pun dapat merasakan kehadiran monster-monster itu, meskipun mereka berdiri tepat di depan kita, karena alasan sederhana.

Sampai mereka bergerak, mereka tidak lebih dari sekadar pohon sehingga tidak seorang pun dapat mencurigai apa pun.

*Kuo-o-o-o-o!*

Puluhan Dirus Ent mengeluarkan raungan mengerikan saat mereka mulai bergerak.

Cabang-cabang tebal yang terjalin dengan tanaman merambat, turun seperti lengan, sementara akarnya, yang tercabut dari tanah, saling melilit untuk membentuk kaki.

Melihat ini, wajah para tentara bayaran dipenuhi dengan ketegangan.

"Pohon-pohon itu bergerak."

"Itu bahkan bukan Ent. Apa-apaan itu?"

"Sialan, siapa yang akan menyadari mereka hanya berdiri di sana?"

Makhluk-makhluk ini menyatu dengan hutan, menipu semua orang dengan menjadi satu dengan pepohonan.

Mereka adalah monster yang memangsa ketidaktahuan, mengeksploitasi celah dalam persepsi.

*Kraaaaah!*

Dirus Ent, yang sekarang telah mengambil bentuk yang mampu bergerak, meraung dengan marah saat mereka semua melotot ke Ghislain.

Taktik mereka yang biasa adalah menunggu sampai mangsanya menjelajah cukup dalam ke dalam hutan. Kemudian, ketika sudah terlambat untuk melarikan diri, mereka akan mengepung dan menyerang, melahap korban mereka.

Namun begitu mangsa menyadari keberadaan mereka dan menolak untuk mendekat, makhluk-makhluk itu tidak punya pilihan selain mencabut akar mereka dan bergerak.

Sekarang setelah mereka dipaksa untuk mengerahkan kekuatan yang tidak perlu, semua amarah mereka diarahkan kepada Ghislain.

*Kraaaaah!*

Sekali lagi, para Dirus Ent menjerit melengking.

"Baris pertama! Angkat perisai kalian! Halangi serangan mereka dengan semua yang kalian punya!"

Atas perintah Ghislain, para tentara bayaran di garis depan mengangkat perisai mereka.

Namun, ekspresi mereka jauh dari tenang.

"Apakah kita benar-benar harus melawan makhluk-makhluk raksasa ini?"

Makhluk-makhluk ini praktis terbuat dari kayu yang sama dengan pohon-pohon yang membentuk Hutan Binatang.

Tentu saja, mereka jauh lebih besar daripada monster mana pun yang tinggal di hutan.

Saat para tentara bayaran, yang terintimidasi oleh ukuran tubuh mereka yang besar, ragu-ragu, para Dirus Ent menembakkan tanaman merambat mereka.

*Buk! Buk!*

"Ughhh!"

Para tentara bayaran yang mengangkat perisai mereka tersungkur atau terdorong mundur.

Kekuatan luar biasa para Dirus Ent, yang sebanding dengan ukuran tubuh mereka yang besar, membuat para tentara bayaran itu tidak mungkin bertahan.

Para tentara bayaran di belakang dengan cepat melepaskan anak panah mereka.

Anak panah itu mengenai tubuh para Dirus Ent tetapi gagal menembus kulit kayu mereka yang tebal.

"A-apa yang harus kita lakukan?"

"Mereka itu pohon! Kecuali kita menebangnya seluruhnya, itu tidak berguna!"

Sementara para tentara bayaran panik, Ghislain berteriak sekali lagi.

"Semuanya, lemparkan lentera kalian!"

Kelemahan pohon adalah api.

Semua orang tahu itu adalah kebenaran umum, tetapi menggunakannya di sini adalah pertaruhan yang berbahaya.

"Tuan Muda! Apakah Anda gila? Ayo kita kabur saja!"

"Tuan! Jika hutan terbakar, tamatlah kita!"

Belinda dan Gillian berteriak ngeri.

Bahkan jika mereka berhasil mengalahkan makhluk-makhluk itu dengan api, semuanya akan sia-sia jika hutan terbakar. Itu hanya akan membawa bahaya yang jauh lebih besar.

Setelah kehilangan habitat mereka, para monster akan berhamburan ke segala arah, dan Wilayah Ferdium di dekatnya akan hancur total.

Itulah sebabnya para Penguasa Ferdium sebelumnya telah membatalkan rencana untuk membakar hutan dan mengubahnya menjadi lahan pertanian.

Tetapi Ghislain, yang tidak peduli, melemparkan lentera dan berteriak.

"Tidak apa-apa! Mereka akan memakan api! Lempar mereka sekarang! Para pemanah di belakang, siapkan anak panah api kalian!"

*Tabrakan!*

Lentera itu pecah mengenai tubuh seorang Dirus Ent, menumpahkan minyak ke sisinya.

Melihat ini, para tentara bayaran itu meraih lentera mereka dan melemparkannya tanpa ragu-ragu.

"Ah, persetan! Lempar saja!"

"Siapa yang peduli jika hutan itu terbakar? Majikan yang menyuruh untuk melakukannya!"

Meskipun mereka tahu hutan tidak boleh terbakar, nyawa mereka sendiri lebih utama, jadi mereka tidak menahan diri.

*Kuooo!*

Para Dirus Ent mengeluarkan raungan tidak senang, mengayunkan tanaman merambat yang menempel di lengan mereka dengan liar.

Namun, para tentara bayaran di depan, dengan sekuat tenaga, mengangkat perisai mereka dan bertahan.

Menyadari bahwa serangan tanaman merambat mereka tidak efektif, para Dirus Ent mulai perlahan-lahan berjalan ke arah kelompok itu, niat mereka untuk menghancurkan para tentara bayaran itu terlihat jelas.

"Tembak!"

Teriak Ghislain.

Anak panah berapi melesat ke arah para Dirus Ent yang mengelilingi mereka dari semua sisi.

*Kuoo-oo-o!*

Dalam sekejap, tubuh para Dirus Ent yang berlumuran minyak dilalap api.

Mereka menghentikan laju mereka, terhuyung-huyung kesakitan saat mereka dilalap api.

Saat api menyebar, semuanya mulai ditelan oleh kobaran api.

Para Dirus Ent yang berada jauh di belakang menyerbu melalui kobaran api, tetapi lebih banyak lentera dan anak panah api dilemparkan ke arah mereka, membakar mereka juga.

*Kuooo!*

Para tentara bayaran menelan ludah saat mereka melihat para Dirus Ent menjerit kesakitan.

"A-Apa kita akan membakar mereka semua dan lari saja?"

"Aku pasti akan keluar dari wilayah ini. Jika hutan ini terbakar, akan ada monster yang memenuhi tempat ini. Tempat ini tamat. Majikan kita sudah gila."

"Tunggu, ada yang salah."

*Chiiiiiiik!*

Saat para Dirus Ent menggeliat kesakitan, uap tebal mulai mengepul dari tubuh mereka.

"A... apinya padam!"

"Apa?! Api tidak mempan pada mereka?!"

Api mulai masuk ke dalam makhluk-makhluk itu dan perlahan padam.

Uap memenuhi area tersebut saat api padam, mengaburkan pandangan mereka.

Namun, asap pun segera menghilang.

*Gulp.*

Para tentara bayaran, tegang, menelan ludah.

Dan kemudian, ketika para Dirus Ent muncul kembali, mereka merasa ngeri.

"A-Apa… itu…?"

Kulit makhluk-makhluk itu telah terbakar atau rontok, memperlihatkan daging bagian dalam mereka. Pemandangan itu sangat mengerikan di luar imajinasi.

Seluruh tubuh mereka sekarang menjadi hitam, dan daging bagian dalam mereka yang lembut dan licin tampak seolah-olah terbuat dari puding yang halus dan lembab.

Mata mereka cekung ke dalam tubuh mereka, dan gigi-gigi tajam yang terlihat di mulut mereka, dikombinasikan dengan kulit mereka yang hitam dan licin, menciptakan pemandangan yang menjijikkan.

*Chiiiiik.*

Yang lebih mengejutkan adalah bagaimana mereka dengan santai menginjak dan menyentuh bara api yang tersisa di tanah.

Begitu api menyentuh kulit hitam mereka, mereka padam seolah-olah api itu ditelan dan dipadamkan.

"Api... api itu..."

Para tentara bayaran itu mundur ketakutan.

Monster-monster yang tadinya tangguh kini berubah menjadi makhluk yang kebal terhadap api.

"B-Benar. Mereka bukan sekadar pohon biasa."

Para tentara bayaran akhirnya mengerti apa yang sebenarnya mereka hadapi.

Mereka tampak seperti pohon, tetapi mereka tidak sepenuhnya pohon.

Meskipun lapisan luar mereka keras seperti kulit kayu, yang memungkinkan mereka bergerak dan berburu mangsa, di dalamnya, mereka adalah organisme hidup yang dapat melahap dan menghancurkan apa pun yang menghalangi jalan mereka.

*[Lapisan luar mereka tidak berbeda dengan kulit kayu yang keras. Itulah sebabnya mereka rentan terhadap api, tetapi senjata para prajurit tidak akan mempan pada mereka. Namun, lapisan dalam mereka berbeda. Lapisan itu dapat menahan sihir api sekuat mantra 4 lingkaran...]*

"Tempat ini gila. Kita seharusnya tidak pernah datang ke sini."

"Jika monster pertama yang kita temui seburuk ini, apa lagi yang mengintai di sini?"

"Kita harus kembali. Seluruh ide untuk mengembangkan tanah ini tidak mungkin sejak awal."

Para tentara bayaran, ketakutan, kehilangan keinginan untuk bertarung.

Sebaliknya, Ghislain, mengingat sesuatu, menyeringai percaya diri.

"Daging mereka terlihat bagus dan lembut."

Para tentara bayaran menatap Ghislain dengan tak percaya.

Apinya bahkan tidak menyala, jadi bagaimana dia bisa tetap tenang?

Semakin mereka melihat majikan mereka, semakin yakin mereka bahwa dia tidak waras. 

Novel Tentara Bayaran Chapter 29

Chapter 29: Ikuti Aku Dengan Segenap Kekuatanmu

Tentara bayaran bersenjata lengkap segera berkumpul atas perintah Ghislain.

Para tentara bayaran berdiri dalam formasi, menjaga barisan, entah karena ketegangan atau disiplin. Bahkan dalam waktu yang singkat, beberapa pelatihan telah membuahkan hasil.

Ghislain membawa mereka langsung ke base kamp di dekat Hutan Binatang.

"Seperti yang diharapkan, masih ada sedikit kekurangan."

Base kamp didirikan dengan tergesa-gesa dengan hanya kebutuhan dasar untuk makanan dan tempat tinggal.

Akan lebih baik untuk berangkat setelah selesai, tetapi tidak ada cukup waktu untuk menunggu.

Para pengikut telah datang beberapa kali selama beberapa hari terakhir, mata mereka dipenuhi dengan kecurigaan.

Setiap kali, Ghislain dan Belinda nyaris tidak berhasil mengusir mereka dengan alasan. Namun, rumor mulai menyebar bahkan di antara para pekerja, sehingga sulit untuk bertahan lebih lama lagi.

"Ngomong-ngomong, selagi kita di hutan, pembangunan base kamp akan terus berlanjut…"

Ghislain mengamati para tentara bayaran dan berteriak keras.

"Kalian semua sudah mendengar rumornya, tapi hutan ini berbahaya! Kalau kalian mengikuti perintahku, korbannya akan lebih sedikit. Jangan bertindak sendiri, dan tetaplah waspada setiap saat!"

Para prajurit yang menjaga pintu masuk hutan tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut saat melihat Ghislain tiba-tiba muncul dengan pasukan bersenjata lengkap.

‘Apa yang sedang dibicarakan bajingan gila itu…? Memasuki hutan?’

Para prajurit yang tercengang mencoba menghentikan mereka, tetapi mereka tidak cukup kuat untuk menahan hampir dua ratus tentara bayaran.

Tepat sebelum mereka memasuki hutan, Ghislain memejamkan matanya sejenak, tenggelam dalam pikirannya.

‘Kalau ini berhasil, semua mata akan tertuju ke tempat ini.’

Tidak mungkin Duke Delfine akan duduk diam sementara Ferdium memperoleh kekuasaan.

Tidak, bahkan sebelum Duke dapat bertindak, para penguasa di sekitarnya kemungkinan besar akan mengintai, menunggu kesempatan.

Dalam beberapa hal, tindakan Ghislain sama saja dengan mengundang bahaya bagi dirinya sendiri.

‘Tetapi itu tidak berarti aku bisa berhenti.’

Meskipun tahu kematian sudah dekat, dia tidak bisa hanya duduk dan menunggu, tidak melakukan apa pun.

‘Aku akan melakukan apa pun yang aku bisa. Itulah satu-satunya cara untuk bertahan hidup.’

Dengan tekad baru, Ghislain membuka matanya dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Saat dia hendak memimpin semua orang ke dalam hutan, seseorang berteriak keras dan berlari ke arah mereka.

"Tuan Muda, berhenti!"

"Oh, Skovan?"

Orang yang berlari ke arah mereka adalah Skovan, yang saat ini menjadi kepala penjaga hutan.

Setelah perburuan orc, dia jatuh ke dalam keadaan mabuk dan secara efektif diturunkan pangkatnya.

Karena kesetiaan dari waktu mereka dalam perburuan orc bersama, Ghislain menunggunya untuk mengatur napas.

"Huff, huff, Tuan Muda, apakah Anda serius berpikir untuk memasuki hutan?"

"Benar, kita akan masuk sekarang."

"Tidak bisa! Itu melanggar perintah Tuan…"

"Skovan, aku butuh bantuan."

"Apa?"

"Ingatkah kamu bagaimana kamu menghasilkan uang berkat aku sebelumnya? Pikirkan kesetiaan itu dan dengarkan aku."

Saat mendengar bantuan, mata Skovan membelalak.

Ia tidak pernah membayangkan bahwa Tuan Muda akan meminta apa pun padanya.

Ghislain selalu menjadi tipe orang yang mengambil apa yang diinginkannya tanpa meminta atau memaksanya melakukan tugas-tugas yang merepotkan.

Ghislain tersenyum saat melihat ekspresi bingung Skovan.

"Untuk saat ini, kalian harus tutup mulut para prajurit dan merahasiakan bahwa aku telah memasuki tempat ini. Kalian harus memastikan bahwa pasukan dari kastil tidak dapat langsung mengikutiku. Jika tidak, keadaan bisa menjadi kacau, dan kita mungkin akan berakhir dengan perkelahian di antara kita sendiri. Aku tidak bercanda."

"Tetapi… para penjaga sudah melihat para tentara bayaran memasuki wilayah ini. Laporan akan segera dibuat."

"Itulah sebabnya aku memberitahumu sebelumnya. Komandan lapangan harus membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan itu."

"Maksud Tuan Muda…"

"Aku menyuruhmu untuk mengarang sesuatu. Katakanlah, kita tidak memasuki hutan tetapi pindah ke tempat lain. Bisakah kau mengatasinya?"

‘Ditolak! Aku harus menolak!’

Jika kebohongan itu terbongkar, Skovan juga tidak akan aman.

Tetapi…

Skovan menelan ludah sambil menatap Ghislain, yang tersenyum penuh arti.

Matanya berbinar dengan keyakinan yang sama yang telah ditunjukkannya selama perburuan orc.

Saat itu, Tuan Muda juga menuntut kendali atas komando dan maju sesuai keinginannya.

Namun karena itu, mereka mampu membunuh semua orc tanpa ada korban.

Melihat tatapan itu di matanya lagi, Skovan tiba-tiba merasa ingin memercayainya sekali lagi.

Pada akhirnya, Skovan mendapati dirinya mengangguk tanpa sadar.

Bagaimanapun, Tuan Muda adalah seseorang yang tidak mau mendengarkan, tidak peduli seberapa keras dia dibujuk.

"Seperti yang diharapkan, kamu tegas. Bagus. Kalau begitu, beri aku waktu. Mari kita lihat apa yang bisa kamu lakukan."

Ghislain kemudian menyapa Ricardo, yang mengikuti di belakang Skovan.

"Hei, Ricardo! Jadi kamu sudah menjadi wakil Skovan? Selamat atas promosinya. Tetap tampan, seperti biasa."

Ricardo, yang belum sepenuhnya memahami situasinya, tampak bingung dan bertanya, "Tuan Muda, ke mana Anda akan pergi?"

"Hutan Binatang."

"Jika Anda masuk ke sana dengan gegabah, kami, para penjaga, juga akan mati!"

"Jangan khawatir, aku akan kembali sebelum kau dalam bahaya."

Ricardo panik mendengarnya dan berteriak, "Mengapa Anda melakukan ini padaku?!"

"Apa yang kulakukan? Kau mengatakan hal yang sama terakhir kali, dan kau melakukannya lagi hari ini."

Ghislain mendecak lidahnya beberapa kali dan melanjutkan, "Ngomong-ngomong, karena monster mungkin akan muncul, pastikan untuk menjaga pintu masuk dengan baik. Aku akan kembali."

Sebelum ada yang bisa menghentikannya, Ghislain segera menuju ke hutan.

"Ayo pergi!"

Para tentara bayaran mengikutinya, perlahan bergerak maju.

Skovan, Ricardo, dan prajurit yang tersisa hanya bisa menatap kosong saat mereka menonton.

Hutan Binatang—tempat yang belum pernah berani dijelajahi siapa pun.

Pada saat itu, ekspedisi Ghislain akhirnya mengambil langkah pertamanya ke tempat terlarang itu.

Mereka tidak membawa seekor kuda pun, jadi semuanya harus berjalan kaki.

Jika ada monster yang menyerang dan kuda-kuda panik, entah melarikan diri atau membuat keributan, mereka hanya akan menjadi beban.

Semua perbekalan dimuat ke beberapa kereta, yang harus ditarik sendiri oleh para tentara bayaran.

Di tepi hutan, Hutan Binatang tidak tampak jauh berbeda dari hutan biasa lainnya.

Mereka dapat melihat beberapa hewan liar kecil, dan sesekali terdengar kicauan serangga.

Beberapa tentara bayaran bahkan mulai bertanya-tanya apakah rumor itu dibesar-besarkan dan apakah tidak banyak yang perlu ditakutkan.

Tetapi setelah mereka menjelajah lebih dalam ke dalam hutan, mereka tidak punya pilihan selain berubah pikiran.

"Jadi, di sinilah bahaya sebenarnya dimulai."

Mendengar ucapan santai seseorang, semua orang mengangguk setuju.

Hutan itu sunyi. Pada suatu saat, bahkan suara serangga pun berhenti. Hanya keheningan yang menyesakkan yang tersisa.

Saat mereka menjelajah lebih dalam, ukuran pepohonan mulai berubah.

Dengan daunnya yang besar, pepohonan yang menjulang tinggi itu menutupi langit sepenuhnya.

Saat itu gelap.

Tanpa sinar matahari samar yang menembus celah-celah kecil di antara dedaunan, mereka tidak dapat melihat apa pun di depan.

Sebuah desahan kecil keluar dari salah satu tentara bayaran.

"Jadi, ini adalah Hutan Kegelapan..."

Nama lain untuk Hutan Binatang adalah Hutan Kegelapan.

Sesuai dengan namanya, hutan itu diselimuti kegelapan yang pekat.

Meskipun saat itu tengah hari, kabut tebal yang menyebar di tanah tidak menghilang, menambah suasana yang mencekam.

Udara dingin hutan menyelimuti kelompok itu, mengalir di sekitar mereka.

"Nyalakan lampu," perintah Ghislain.

Beberapa tentara bayaran menyalakan lampu mereka sebagai tanggapan.

Saat mereka memegang lampu, beberapa mulai bergumam satu sama lain.

"Tapi mengapa kita membawa begitu banyak lampu?"

"Hanya untuk pamer, kurasa. Mungkin dia pikir obor tidak pantas baginya."

Meskipun lampu jauh lebih praktis daripada obor, harganya tidak murah.

Namun Ghislain telah menyiapkan ratusan lampu.

Beberapa kotak, yang isinya tidak diketahui, juga ditumpuk di dekatnya.

Para tentara bayaran itu tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerutu, diam-diam mengkritik Ghislain karena menjadi bangsawan yang boros.

Begitu mereka telah mendistribusikan lampu dan visibilitas mereka membaik, kelompok itu melanjutkan perjalanan mereka yang lambat.

Tidak lama kemudian, jalan setapak itu berakhir, dan Ghislain memberikan instruksi kepada para tentara bayaran.

"Dari sini, kita akan membuat jalan kita sendiri. Tebang pohon dan bersihkan semak belukar."

Hingga saat ini, ada jejak samar orang-orang yang telah lewat, tetapi sekarang tidak ada apa-apa.

Mereka harus mempersiapkan dasar dengan membuat jalan setapak untuk mencapai tujuan mereka.

Meskipun akan memakan waktu, mereka perlu mengamankan rute yang tepat sehingga para pekerja dapat membangun pagar dan memantapkan jalan nanti.

Ghislain memimpin, meraih kapak dan mulai menebang pohon.

Suara penebangan bergema di hutan.

"Apa-apaan ini? Bahkan majikan pun ikut campur?"

"Jadi, ini yang mereka sebut ‘memimpin dengan memberi contoh’? Begitukah martabat seorang bangsawan? Heh."

"Menurutmu berapa lama dia akan bertahan? Dia mungkin hanya bersemangat dan mencoba pamer."

Para tentara bayaran mulai mengejek Ghislain saat mereka bekerja, menebang pohon.

Melihat seorang bangsawan melakukan pekerjaan kasar tidak membangkitkan rasa hormat—malah memancing tawa.

"Yah, dia menebang pohon dengan cukup baik, aku mengakuinya."

"Tapi berapa lama itu akan bertahan? Kadang-kadang kau melihat para bangsawan ini, menjadi terlalu bersemangat seperti ini."

"Benarkan? Dia mungkin hanya merasa gelisah karena semua latihan pedang di rumah. Hahaha."

Tawa mengejek terus berlanjut, tetapi hanya Korps Tentara Bayaran Cerberus yang tetap diam.

Mereka tahu bahwa itu tidak akan berakhir dengan mudah begitu majikan mereka mulai mengayunkan tinjunya.

Bukannya mereka merasa berkewajiban untuk memperingatkan tentara bayaran lainnya. Beberapa pelajaran paling baik dipelajari melalui pengalaman—mereka akan mengingatnya lebih lama dengan cara itu.

Belinda, mengerutkan kening, mendekati Ghislain dan berbisik kepadanya.

"Ya ampun, mengapa Anda melakukan ini, Tuan Muda? Anda mempekerjakan orang, jadi Anda seharusnya membiarkan mereka melakukan pekerjaan itu."

"Tidak apa-apa. Semakin cepat kita selesai, semakin baik, bahkan jika aku membantu."

"Aneh sekali. Tuan Muda tidak seperti ini sebelumnya. Anda dulu begitu mulia sehingga Anda bahkan tidak mau mandi sendiri."

"…Aku tidak ingat."

Itu baru beberapa hari yang lalu bagi Belinda, tetapi bagi Ghislain, itu adalah masa lalu yang jauh—masa mudanya yang bodoh, bagian dari hidupnya yang lebih ingin dilupakannya.

Sementara keduanya bertengkar, para tentara bayaran itu melanjutkan pekerjaan mereka, menebang pohon satu per satu.

Suasana hati kelompok itu menjadi cerah saat sinar matahari mulai merembes melalui celah-celah yang ditinggalkan oleh pohon-pohon yang ditebang.

Bahkan saat menebang pohon, pikiran Ghislain tidak pernah berhenti berpacu.

‘Tidak mungkin ada perbedaan dari apa yang tertulis di jurnal itu.’

Dalam kehidupan sebelumnya, saat menyelidiki Hutan Binatang, Ghislain telah memperoleh jurnal yang ditulis oleh ekspedisi Duke Delfine, dan dia telah membacanya berulang-ulang sampai dia menghafal setiap katanya.

Sebagian dari dorongannya adalah untuk merebut kembali tanah miliknya dan menyita sumber dayanya, tetapi keterikatannya dengan Ferdium juga membuatnya kembali ke jurnal itu.

Hutan Binatang telah menjadi salah satu hambatan utama bagi perkembangan Ferdium, tetapi itu adalah tempat yang tidak akan pernah bisa benar-benar dipisahkan darinya.

‘Meskipun beberapa waktu telah berlalu, ekosistem dan habitat monster seharusnya tidak berubah terlalu drastis.’

Dia telah mempercayai dokumen itu, yang merinci dengan tepat di mana dan kapan monster tertentu muncul dan tingkat kerusakan yang mereka sebabkan, untuk memandu ekspedisi ini.

Jika informasinya salah, dia tidak hanya akan kehilangan kesempatan untuk mendapat untung, tetapi para tentara bayaran itu juga bisa dibasmi.

Dia harus melanjutkan dengan sangat hati-hati.

Saat mereka fokus pada pekerjaan mereka, waktu berlalu dengan cepat, dan sebagian ketegangan mulai mereda.

"Bukankah tempat ini menyeramkan?"

"Ya, sepertinya semua orang terlalu takut untuk masuk ke sini."

"Jika yang kita lakukan hanyalah membuat jalan, aku agak merasa bersalah karena menerima upah bahaya."

Para tentara bayaran itu mengobrol dengan berisik, mempercepat langkah mereka.

Mereka mulai merasa bahwa pekerjaan itu akan berakhir dengan lancar karena tujuan mereka tidak jauh.

Namun, saat mereka melangkah sedikit lebih jauh, Ghislain, yang memimpin, tiba-tiba berhenti dan memerintahkan semua orang untuk berhenti.

"Semuanya, bersiap untuk pertempuran."

"Hah? Kenapa?"

"Tidak ada apa-apa di sini."

Para tentara bayaran itu melihat sekeliling hutan melewati Ghislain, memiringkan kepala mereka dengan bingung.

Mereka tidak merasakan apa pun, bahkan suara-suara satwa liar yang biasa.

Yang mereka lihat hanyalah pepohonan yang tinggi dan lebat, yang menghalangi pandangan mereka.

"Jangan bergerak terlalu dekat. Mundurlah perlahan dan bersiap untuk menyerang."

Ghislain mengulangi perintahnya.

Gillian mengamati sekeliling dengan hati-hati, tetapi tidak merasakan sesuatu yang aneh.

Dia melirik Belinda, yang mengangkat bahu, sama-sama tidak yakin dengan apa yang sedang terjadi.

Akhirnya, Gillian mencondongkan tubuhnya ke dekat Ghislain dan bertanya dengan suara rendah, "Tuanku, apa yang terjadi? Aku tidak dapat mendeteksi apa pun di sekitar kita. Aku rasa tidak ada monster yang bersembunyi."

Gillian bangga dengan kesadarannya yang tajam terhadap sekelilingnya.

Bukankah dia pernah dengan mudah mendeteksi para pembunuh dari Penyelundup Wildcat?

Namun Ghislain menggelengkan kepalanya.

"Mereka tidak bersembunyi."

Sebuah kalimat dari jurnal yang telah dibacanya di kehidupan sebelumnya terlintas di benaknya.

"Ketika kami sampai di area yang dipenuhi pepohonan yang dililit oleh tanaman merambat yang tebal…"

Benar saja, pepohonan di depan mereka semuanya terlilit erat oleh tanaman merambat yang tebal.

Gillian bertanya lagi, "Tapi tidak ada apa pun di sini kecuali pepohonan. Apa sebenarnya yang harus kita waspadai?"

"Tidak ada jejak kehadiran mereka. Bahkan Count Balzac, pendekar pedang terhebat di kerajaan dan seorang Ahli Pedang, tidak dapat merasakannya…"

Ghislain dengan hati-hati mengamati pepohonan di depannya dan menjawab.

"Apa yang ada tepat di depan kita." 

Novel Tentara Bayaran Chapter 28

Chapter 28: Ini Pilihan Terbaik (2)

"Apa yang baru saja Anda katakan?"

Belinda merasa pusing.

Ia telah memperhatikan Ghislain sejak ia masih muda, tetapi pada suatu saat, ia telah menjadi seseorang yang tidak dapat ia pahami lagi.

‘Ia gila. Ini bukan tentang menjadi orang yang lebih besar atau apa pun—ia hanya menjadi gila.’

Dengan ekspresi kosong di wajahnya, Belinda menoleh ke Gillian, yang berdiri di samping Ghislain dan mulai mengomelinya.

"Gillian! Kau juga mengatakan sesuatu!"

Gillian, yang juga merasakan keinginan yang sama untuk menghentikan ini, akhirnya angkat bicara.

"Tuanku, bagaimana kalau berhenti di sini? Belinda benar. Sisa uangnya masih merupakan jumlah yang cukup besar. Jika Anda setidaknya menyimpannya, Tuanku dapat menggunakannya untuk hal-hal lain di masa mendatang."

Meskipun Gillian berusaha mencegahnya, Ghislain menggelengkan kepalanya.

"Kurasa penjelasan diperlukan. Mari kita bawa Kaor ke sini juga."

Begitu Kaor bergabung dengan mereka, Ghislain mulai menjelaskan pikirannya.

"Seperti yang kalian semua tahu, kita hampir kehabisan dana dan bahkan belum memulai. Pada tingkat ini, kita tidak akan bertahan lama, jadi kupikir kita harus fokus untuk segera menghasilkan pendapatan."

Ketiganya menunjukkan ekspresi tidak percaya.

Eksplorasi berarti mengamankan area yang belum pernah dijamah manusia.

Tidak ada cara untuk mengetahui apa yang mungkin ditemukan atau bagaimana itu bisa mendatangkan keuntungan.

Karena tidak dapat menahan diri lebih lama lagi, Belinda melangkah maju lagi.

"Batalkan saja sekarang. Jika kita menghabiskan semua uang yang tersisa, kita benar-benar tidak akan punya apa-apa. Kita pasti akan tertangkap begitu memasuki hutan. Kita bahkan mungkin akan diusir dari wilayah."

Lebih dari seratus tentara bayaran berkeliaran di sekitar wilayah Ferdium. Jelas para pengikut akan gelisah.

Dan dengan begitu banyak pekerja yang berkumpul, jelas bahwa semua orang akan melihat dengan curiga.

Belinda telah membuat alasan, dengan mengatakan bahwa mereka sedang membangun tempat pelatihan baru dan vila untuk Grand Duke. Namun saat Ghislain melangkah ke Hutan Binatang, kebohongan itu pasti akan runtuh.

Gillian dan Kaor juga angkat bicara, masing-masing menyampaikan pendapat mereka.

"Jika Anda bertekad untuk melanjutkan, kami akan mengikuti, Tuanku... tetapi itu tidak realistis. Pada akhirnya, Tuan pasti akan menghukum Tuan Muda."

"Kami dibayar untuk bertarung, jadi itu tidak masalah bagi kami, tetapi jika kamu memikirkan orang-orang yang akan mati, uang sebanyak apa pun tidak akan cukup. Yah, kurasa kamu akan menjadi lebih terkenal—dikenal sebagai Tuan yang ceroboh dan bodoh yang melakukan sesuatu yang bodoh. Hah!"

Semua orang memberikan penilaian negatif terhadap rencana Ghislain.

Bahkan para Tuan Ferdium sebelumnya telah menyerah pada tugas ini, jadi tidak mungkin seorang individu dapat berhasil hanya dengan 20.000 emas.

Ghislain mengangguk dalam-dalam seolah-olah dia memahami pikiran mereka.

"Kalian semua memiliki pendapat yang valid. Tentu saja, aku juga berpikir mustahil untuk melakukan eksplorasi dengan cara seperti itu. Kemungkinan besar akan gagal."

"Lalu mengapa Anda terus bersikeras melakukan ini?"

"Karena aku tidak akan melakukannya dengan cara itu."

"Apa yang baru saja Tuan Muda katakan?"

Belinda, yang bingung, bertanya lagi. Alih-alih menjawab, Ghislain membuka peta.

"Lihat, Hutan Binatang ada di sini, dan kita akan masuk dari sisi ini."

Mengikuti gerakan Ghislain, ketiganya mulai memeriksa peta dengan saksama.

Hutan Binatang hanya ditandai secara kasar di peta, yang menunjukkan ukuran umumnya.

Ghislain mengeluarkan pena dan, mulai dari tepi Hutan Binatang, menggambar garis lurus sebelum tiba-tiba berbelok tajam ke samping.

"Ini seharusnya tepat. Kita akan mengabaikan yang lainnya dan membersihkan jalan seperti ini. Itulah tujuan pertama."

"Hah?"

"Alih-alih mengamankan seluruh area, kita akan mengamankan rute tercepat ke target."

"Bukankah Anda bilang akan mengeksplorasi tanah ini?"

"Eksplorasi secara konvensional tidak mungkin. Rencananya adalah mengamankan sumber daya untuk menghasilkan uang dengan cepat sejak awal. Tempat ini kebetulan paling dekat dengan tanah milik kita."

"Apa Anda tahu apa yang ada di sana?"

Ghislain menyeringai mendengar pertanyaan Belinda.

"Sesuatu yang akan menghasilkan banyak uang."

"……"

Semua orang terlalu terkejut untuk berbicara.

Bagi mereka, sepertinya Ghislain secara acak memilih satu tempat di peta dan bersikeras bahwa ada sesuatu yang berharga di sana.

Gillian, mencoba untuk tetap tenang, bertanya, "Tuanku, apa sebenarnya yang membuat Anda begitu yakin bahwa tempat itu berharga? Dan bagaimana Tuan Muda mengetahuinya?"

Mendengar itu, Ghislain tersenyum canggung seolah-olah dia berada dalam posisi yang sulit.

"Yah, itu informasi rahasia yang hanya aku yang tahu."

"Dan bagaimana Tuan Muda mendapatkan informasi itu? Tidak ada seorang pun yang pernah memasuki hutan dan hidup untuk menceritakannya!"

Belinda membanting tangannya di atas meja, meninggikan suaranya. Gillian dan Kaor mengangguk setuju.

Ghislain berpikir sejenak sebelum berbicara dengan ekspresi serius.

"Baiklah, jangan terlalu terkejut, dan dengarkan baik-baik. Sebenarnya… Aku pernah mati dan hidup kembali…"

"Berhentilah bercanda! Ini masalah serius! Bagaimana Anda tahu informasi ini?"

"Tidak, sungguh…"

"Tuanku! Nyawa orang-orang dipertaruhkan di sini!"

"…Tsk."

Mendengar luapan amarah Belinda, Ghislain menutup mulutnya rapat-rapat.

Kali ini dia sungguh-sungguh mencoba mengatakan yang sebenarnya, tetapi seperti yang diduga, tidak ada yang percaya padanya. Dia mulai merasa sedikit kesepian.

Pada tingkat ini, dia tidak punya pilihan selain mengarang sesuatu.

"Aku mendengar rumor. Seharusnya ada sesuatu yang sangat berharga di sini."

"Apa?"

Mata Belinda berkobar karena marah saat dia melotot ke arah Ghislain. Gillian berdiri tercengang sementara Kaor, kepala tertunduk, tidak bisa berhenti terkekeh.

Hutan Binatang diselimuti misteri, hanya rumor yang beredar.

Salah satu cerita yang paling umum adalah tentang tanaman obat langka yang tersembunyi di dalam hutan, yang memicu banyak kisah tentang potensi kekayaan.

Desas-desus itu mendorong beberapa penjelajah untuk memasuki hutan meskipun mengetahui bahayanya.

Tetapi tidak ada yang pernah membayangkan bahwa Ghislain akan menjadi tipe orang yang mempercayai gosip sembrono seperti itu.

Kaor tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi dan tertawa terbahak-bahak.

"Majikan kita benar-benar gila. Aku tidak menyangka ada orang yang lebih gila dari kita, tapi ini dia. Hah!"

Untuk menentang perintah Tuan dan menghambur-hamburkan sedikit uang yang mereka miliki, semua itu hanya berdasarkan rumor yang samar—hanya orang gila yang akan mencoba melakukan hal seperti itu.

Meskipun orang-orang di sekitarnya bereaksi, Ghislain terus berbicara, tanpa gentar.

"Suatu hari, kita harus mengusir monster dan memanfaatkan sepenuhnya sumber daya di hutan itu. Tapi sekarang bukan saatnya untuk itu. Melakukannya akan memakan waktu terlalu lama. Kita butuh uang segera, itulah sebabnya kita akan melakukannya secepat mungkin."

Belinda, yang hampir tidak bisa menahan amarahnya yang memuncak, gemetar saat bertanya lagi.

"Jadi, menurut ‘rumor’ ini, ada ‘sesuatu’ di sini, kan?"

"Benar sekali. Pertama-tama kita akan mengumpulkan sumber daya yang paling menguntungkan di sini, lalu menggunakan uang itu untuk memperluas wilayah lebih jauh. Itu rencana untuk menghasilkan uang bagi kita. Sederhana, kan? Hahaha."

Belinda harus menahan keinginan kuat untuk meninju senyum cerah dari wajahnya. Gillian hanya bisa mendesah dalam-dalam dengan ekspresi muram.

Di sisi lain, Kaor tidak terlalu peduli selama dia dibayar dan bersenang-senang.

Sambil melihat ke sekeliling pada bawahannya yang kebingungan, Ghislain berbicara dengan tegas.

"Kalian mungkin tidak mengerti sekarang, tetapi ini adalah sesuatu yang harus dilakukan. Jika ada masalah yang muncul, aku akan bertanggung jawab penuh."

Melihat tatapan penuh tekad di matanya, baik Belinda maupun Gillian tidak dapat berdebat lebih jauh.

"Percayalah padaku dan ikuti petunjukku. Jika semua orang melakukan yang terbaik, kita pasti akan berhasil."

Belinda, pasrah dan terkuras, bergumam pelan.

"Aku benar-benar berharap ini adalah fase pemberontakan terakhir Anda. Tuan Muda tidak lagi seusia itu."

"Aku tidak tahu apakah rumor itu benar... tetapi karena Anda telah mengambil keputusan, Tuanku, aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu Tuanku," kata Gillian, wajahnya menunjukkan tekad. Sementara itu, Kaor terus terkekeh.

"Menyaksikan pewaris wilayah berakhir di penjara mungkin lucu. Tapi tolong, pastikan untuk melunasi pembayaran terakhirku sebelum itu terjadi."

Semua orang tampaknya sudah setengah menyerah kecuali Ghislain, yang tersenyum dalam hati.

‘Jika semuanya berjalan sesuai rencana, kekayaan besar akan datang.’

Ghislain telah menargetkan lokasi yang paling dekat dengan tepi hutan, yang menyimpan sumber daya yang paling mudah dicairkan.

Itu bukan rumor yang tidak berdasar—ini adalah informasi yang telah dipelajarinya di kehidupan sebelumnya, meskipun dia tidak dapat menjelaskan sumbernya.

‘Duke Delfine menemukan sumber daya itu di kehidupan masa laluku.’

Setelah menggulingkan kerajaan dan mendirikan dinasti baru, Duke Delfine memulai operasi eksplorasi besar-besaran di Hutan Binatang, menggunakan kekuatan penuh kerajaan sebelumnya.

Ghislain menyimpan dendam terhadap Duke Delfine dan juga mulai menyelidiki hutan itu.

Dia ingin tahu mengapa mereka mengerahkan begitu banyak upaya ke hutan dan apakah ada sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menghalangi atau menyakiti mereka.

‘Bahkan Duke pada awalnya tidak tahu tentang sumber daya itu. Mereka pasti memasuki hutan untuk tujuan yang berbeda.’

Meskipun dia tidak pernah mengungkap tujuan awal itu, dia berhasil mendapatkan peta dan jurnal yang merinci lokasi sumber daya penting di dalam hutan.

Dia telah menghafal informasi itu di kehidupan sebelumnya tetapi tidak dapat menggunakannya. Sekarang, dia akhirnya punya kesempatan.

‘Terima kasih atas semua kerja keras mengumpulkan informasi itu. Aku pasti akan memanfaatkannya dengan baik.’

Di kehidupan sebelumnya, Duke Delfine telah mengumpulkan kekayaan besar dengan mengembangkan hutan.

Di kehidupan ini, Ghislain bermaksud mengklaim sumber daya itu untuk dirinya sendiri.

Kekayaan itu akan memberinya kekuatan yang dia butuhkan untuk menggagalkan konspirasi yang mengelilingi Ferdium.

"Baiklah, mari kita mulai."

Mendengar kata-kata Ghislain, semua orang kembali ke tugas mereka.

Gillian mengatur para tentara bayaran di dekat perkebunan, melakukan latihan sederhana untuk membuat mereka tetap sibuk dan mencegah mereka saling mengganggu.

Belinda mengarahkan para pekerja, dengan fokus membangun kamp.

Meskipun mereka bersiap di bawah perintah Ghislain, tidak ada dari mereka yang merasa tenang.

Belinda, khususnya, begitu diliputi kekhawatiran hingga ia menghabiskan malam-malam tanpa tidur, lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas terlihat.

‘Jika rumor itu benar, siapa yang tahu monster macam apa yang akan muncul. Jika ia mati di sana... ia akan disebut idiot bahkan setelah mati.’

Sebenarnya, setiap kali orang mengkritik Ghislain, ia marah dan hatinya terasa hancur.

Baginya, ia sangat menggemaskan, meskipun orang lain tampaknya tidak melihatnya dengan cara yang sama.

Setelah mendengar begitu banyak hinaan tentangnya, ia kadang-kadang (hanya kadang-kadang) bertanya-tanya apakah ia telah gagal mendidiknya sebagai guru dengan benar.

Namun, jika dia pergi ke tempat yang berbahaya dan kehilangan nyawanya... dia tidak akan mampu menghadapi mendiang Countess Ferdium, yang telah mempercayakan Ghislain kepadanya.

‘Jika ada tanda-tanda bahaya, aku harus menyeretnya keluar dengan paksa.’

Belinda mengeluarkan semua racun yang telah dikumpulkannya selama ini dan menyaringnya.

‘Coba kita lihat... yang mana yang harus kugunakan untuk membuatnya pingsan tanpa membunuhnya?’

Karena keterampilan Ghislain tampaknya telah meningkat dibandingkan sebelumnya, dia harus memilih dengan bijak.

Belinda dengan cermat memilih racun dan dengan hati-hati mengoleskannya ke belatinya.

Jika keadaan menjadi buruk, dia berencana untuk menusuknya dari belakang dan melarikan diri sambil menggendongnya.

Meskipun semua orang khawatir, Ghislain tidak pernah goyah dalam keputusannya.

Bahkan seseorang yang biasanya percaya diri dan santai seperti Ghislain tidak dapat melepaskan ketegangannya kali ini.

Hutan Binatang itu berbahaya. Bahkan Duke Delfine yang perkasa telah gagal berkali-kali dalam kehidupan sebelumnya.

Dengan kekuatannya saat ini, keberhasilan hampir mustahil.

Satu-satunya hal yang dapat diandalkannya adalah pengetahuan dan pengalaman kehidupan masa lalunya.

Ia telah meninjau rencana itu berkali-kali, menilai setiap kemungkinan, dan telah memilih rute tercepat, teraman, dan paling dapat diandalkan.

‘Tetapi informasi hanyalah informasi… Realitas penuh dengan variabel yang tidak dapat diprediksi.’

Meski begitu, ini adalah pilihan terbaik jika ia ingin menyelamatkan wilayahnya.

Setiap metode lain membutuhkan lebih banyak waktu, dan waktu adalah sesuatu yang tidak mereka miliki.

Duke Delfine sudah mulai bergerak. Jika mereka merespons terlalu lambat, mereka semua akan mati.

Ia harus bertindak cepat, bahkan jika itu berarti mempertaruhkan nyawanya.

‘Aku akan berhasil… Aku harus melakukannya, demi wilayah ini dan keluargaku.’

Saat Ghislain terus merevisi dan meninjau rencananya, waktu berlalu dengan cepat.

Setelah Belinda dan Gillian menyelesaikan persiapan mereka, mereka mencarinya.

Sebenarnya, mereka bermaksud membujuknya untuk terakhir kalinya, tetapi saat mereka melihat wajah Ghislain, kata-kata itu tersangkut di tenggorokan mereka.

Hilang sudah ekspresi main-mainnya yang biasa.

Wajahnya dingin, hampir menggigil seolah-olah dia telah memutuskan untuk menghadapi kematian.

Melihat ini, mereka pasrah untuk sekadar melaporkan situasi dan kemajuan mereka.

"Tuanku… Kamp sekarang sudah siap untuk menyediakan penginapan dan makanan dasar. Tapi kurasa kita tidak bisa menunda lebih lama lagi."

"Pelatihan tentara bayaran juga sudah selesai. Para pengikut di wilayah sudah mulai memobilisasi tentara untuk menekan kita."

"Hmm."

Ghislain terdiam sejenak sambil berpikir.

Akan lebih baik untuk mempersiapkan diri lebih matang, tetapi ini batasnya. Jika dia bukan pewaris Grand Duke, mereka tidak akan bertahan selama ini.

Dengan senyum pahit, dia perlahan bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu benar; kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Waktu selalu menjadi satu-satunya hal yang kurang dimilikinya.

Jika rencana ini berhasil, ia akhirnya akan mendapatkan waktu yang sangat ia butuhkan.

Menghela napas panjang, Ghislain berbicara dengan tegas.

"Kumpulkan para tentara bayaran."