Chapter 150 : Kotak Terkutuk
Di bengkel bawah tanah Akademi Saint Armanda, Dorothy terduduk terpaku. Wajahnya membeku, matanya kosong seperti batu. Rasanya seperti hatinya yang rapuh baru saja dihantam keras oleh kenyataan.
Butuh waktu lama sebelum pikirannya mulai berfungsi lagi, dan hal pertama yang muncul hanyalah sebuah keluhan.
“Sial, si kakek tua ini bahkan nggak coba menawar?”
Ya, itu yang dipikirkan Dorothy. Harga yang ia ajukan sudah ia timbang matang-matang. Menurutnya, itu harga yang sengaja dibuat setinggi langit, supaya ada ruang untuk tawar-menawar.
Lima buku mistik, lho! Satu saja harganya bisa empat sampai lima ratus pound. Lima berarti lebih dari dua ribu pound—cukup untuk beli rumah di Igwynt dan hidup santai selamanya dari uang sewa! Belum lagi artefak penyimpanan ruang itu… Apa mungkin benda semacam itu sebenarnya nggak langka di dunia mistik?
Dorothy merenung. Tawaran awalnya jauh melampaui harga yang ia kira wajar. Ia sengaja memasang tinggi-tinggi agar bisa turun sedikit. Batas bawahnya sebenarnya hanya dua buku mistik.
Semua strategi sudah disiapkan: ruang untuk menawar, garis harga psikologis, dan kesiapan untuk adu mulut panjang dengan Aldrich. Tapi siapa sangka, Aldrich malah mengiyakan tanpa ragu? Seketika Dorothy merasa rugi besar.
Ia kira sedang meminta berlebihan, ternyata bagi Aldrich itu hanya seperti rengekan anak kucing.
“Ugh… rasanya kayak ketipu… Jadi dia sekaya itu? Kalau tahu, tadi aku minta lebih banyak…”
Dorothy menjerit dalam hati. Meskipun untungnya jauh di atas perkiraan, rasa terjebak itu tetap ada.
Begitulah sifat manusia.
“Ada apa, Nona Mayschoss? Bukankah kesepakatan yang cepat itu patut dirayakan?”
Melihat wajah linglung Dorothy, Aldrich berbicara dengan tenang. Dorothy menatapnya dengan ekspresi campur aduk, lalu mengembuskan napas panjang.
“Hhh… baiklah. Deal. Sekarang, bisa tunjukkan barang yang kuminta?”
Akhirnya ia mengurungkan niat untuk mundur dan meminta harga baru—itu jelas melanggar prinsip kesepakatan. Aldrich tersenyum tipis, seolah mengapresiasi keputusannya.
“Baiklah, sesuai keinginanmu.”
Ia bangkit, masuk ke ruangan samping, lalu kembali dengan beberapa benda di tangan. Ia letakkan di atas meja: dua buku tua dan sebuah kotak tembaga kecil seukuran telapak tangan. Kotak itu berbentuk bundar, dihiasi permata dan ukiran rumit, aura nilainya jelas terasa.
“Ini Cursed Box. Hanya Stone Craftsman tingkat tinggi yang bisa membuatnya. Kotak ini berisi ruang terkompresi khusus untuk menyimpan barang. Beberapa cabang Jalur Batu tingkat lanjut mampu membuatnya, dan versi paling sempurnanya bahkan bisa menampung satu kota.”
Aldrich menunjuk kotak itu sambil menjelaskan.
“Yang ini model dasar. Kapasitas totalnya 7x7x7—343 meter kubik. Harusnya cukup untuk kebutuhanmu. Cara pakainya sederhana: buka tutup, masukkan barang. Permata kuning di atas berfungsi mengatur ukuran mulut masuk.”
Ia membuka tutup kotak, memperlihatkan kehampaan hitam pekat. Lalu ia memutar permata kuning itu—mulut kotak meluas, cahaya jingga membentuk cincin yang membatasi ruang.
“Hati-hati. Sebagian besar Cursed Box hanya untuk penyimpanan—termasuk ini. Jangan masukkan makhluk hidup, karena lingkungan di dalam bisa merusak kecerdasan. Dan jangan sampai merusak ruang internal. Kalau kotaknya rusak atau runtuh, semua isinya akan dimuntahkan sekaligus.”
Setelah demonstrasi, Aldrich mengembalikan ukuran mulut kotak ke semula dan menutupnya. Lalu menatap Dorothy, menunggu reaksi.
“Cursed Box, ya… Katamu banyak Beyonder Jalur Batu tingkat tinggi bisa bikin. Jadi sebenarnya ini nggak langka di dunia mistik?” Dorothy bertanya ragu.
“Heh… nggak langka?” Aldrich terkekeh.
“Nona Mayschoss, hanya Beyonder Jalur Batu tingkat tinggi yang bisa membuat Cursed Box. Tapi jumlah mereka lebih langka daripada yang bisa kau bayangkan. Apalagi yang spesialis di Batu. Bisa kubilang terus terang—hanya segelintir orang di dunia ini yang sanggup membuatnya. Belum lagi tingkat keberhasilannya juga rendah.”
“Yang satu ini… nilainya cukup untuk memicu perang antara dua Peringkat Putih.”
“Hah?”
Dorothy melongo. Ia tak tahu apakah Aldrich serius atau hanya menggertak.
Kalau benar, berarti ia baru saja meraup untung luar biasa. Sebuah benda yang bisa bikin dua tokoh Peringkat Putih perang, kini jadi miliknya hanya dengan memberi sepotong informasi?
Dari sudut pandang Aldrich, apakah benda ini memang sepele? Atau informasinya jauh lebih berharga dari yang ia kira?
Atau… Aldrich hanya sedang menggertak?
“Sekarang, Nona Mayschoss. Barang-barang sudah di sini. Giliranmu memberi informasi.”
Aldrich duduk lagi. Dorothy pun mulai menjelaskan.
Ia menceritakan bagaimana saat melindungi korban Crimson Eucharist, ia membuntuti dua Black-rank asing misterius. Mereka bekerja untuk seseorang bernama Deer Skull dan diperintahkan mencari Beyonder Batu di Igwynt. Lebih jauh lagi, mereka sudah mengincar Akademi Saint Armanda dan kemungkinan akan segera bergerak.
Mendengar itu, Aldrich terdiam lama. Ia menyeruput teh, dahi berkerut, jelas menaruh perhatian besar.
“Jadi… waktunya benar-benar sudah tiba.”
Ia menghela napas berat, lalu menatap Dorothy.
“Terima kasih, Nona Mayschoss. Informasi ini sangat berguna. Aku bisa bersiap lebih awal.”
“Jadi, ada musuh kuat yang datang untukmu? Kau mau kabur?” Dorothy menebak. Situasi sudah jelas—Aldrich bakal jadi target lawan lama.
“Kabur? Hah… Untuk Beyonder Batu, meninggalkan tanah pijakan sama saja dengan bunuh diri.” Ia mendengus dingin.
“Jadi… kau akan bertahan dan melawan? Seberapa besar peluangmu?”
“Peluangku?” Aldrich berpikir sejenak.
“Dalam kondisi sekarang, dengan persiapan matang… mungkin empat banding sepuluh.”
Matanya menatap lurus Dorothy.
“Tapi kalau kau berdiri di pihakku, Nona Mayschoss, aku yakin peluangnya bisa naik jadi enam banding sepuluh.”
“Jadi… bagaimana? Tertarik membuat kesepakatan lain?”
“Imbalannya—satu janji pribadi dariku.”
No comments:
Post a Comment