Novel Gadis Penjahit Chapter 22

Armor



Saat Stoll melepas armornya, sosok yang muncul adalah seorang wanita dengan kulit seputih krim.

Rambutnya terurai lembut hingga dada, warnanya kuning pucat seperti buttercream.

Kualitasnya begitu alami, tanpa keanehan sedikit pun.

Mata biru itu langsung menarik perhatianku—karena kulitnya yang pucat, warna biru itu makin mencolok.

Dia bukan tipe imut, melainkan cantik… dengan kesan lembut, tenang, dan serius.

Seperti anggota komite perpustakaan di sekolah?

Sebelum melepas armor, kesannya begitu tajam dan penuh wibawa.

Kontrasnya justru menambah daya tarik.

Tubuhnya tinggi, ramping, dan berisi di tempat-tempat yang tepat.

Tadinya kupikir bentuk tubuhnya terpengaruh oleh zirah, jadi aku sempat melirik sekali lagi untuk memastikan.

……

Alisku berkerut.

Di dunia ini ada sesuatu yang mirip bra, tapi tampaknya tidak dipasang dengan benar.

Tak sedikit wanita yang akhirnya patah semangat karena hal sepele itu.

Armor pun ikut menekan, membuat gerakan jadi kaku.

“Dada… bantalan… naik satu ukuran… uhuk.”

Tatapan maid-maid di ruangan itu langsung berkilat berbahaya.

“Yui-sama, Anda serius?”

Aku mengangguk, lalu menuliskan ukuran pelindung dada di kertas yang disodorkan.

Kurang-lebih sama dengan ukuran kepala pelayan. Pasti tersedia di gudang perlengkapan.

“Eh!? T-tunggu dulu, segini sudah cukup untukku!”

“Tidak bisa begitu, Stoll-sama! Kami juga pernah mengikuti saran Yui-sama, menambah satu atau dua ukuran. Kalau lemak payudara tidak tertampung dengan benar, itu bisa lari ke perut atau ke punggung!”

Para maid menunduk dengan ekspresi prihatin.

“J-jadi aku juga… perlu satu ukuran lebih besar?”

Suara Stoll bergetar, tangannya refleks menutupi dada.

Aku mengangguk pelan. “Hmm.”

“Yui-sama bisa menebak ukuran seseorang hanya dengan sekali lihat! Tepat sekali!”

“Dulu banyak yang berpikir payudara harus ditekan supaya tidak mengganggu, tapi ternyata jauh lebih nyaman dan leluasa kalau mengikuti petunjuk Yui-sama.”

“Kalau kupikir-pikir, semua orang di sini terlihat lebih cantik daripada terakhir kulihat…”

“Itu juga berkat perlindungan roh yang Anda bawa, Yui-sama,” sela salah seorang maid.

Aku segera mengangkat tangan.

“C-c…”

“Yui-sama jangan dipaksakan! Kami siapkan alat tulis sekarang juga!”

Cepat sekali, pena dan kertas sudah ada di tanganku.

Baru-baru ini aku menyadari—

semua orang di mansion ini sebenarnya berada di bawah perlindungan roh.

Kebetulan saat mereka tahu kekuatan sulaman Sukuru-san bisa menyalurkan sihir, mereka pun meminta benang dari kekuatan orang-orang kesayangan mereka untuk dijahitkan.

Sebagian besar orang memang tidak bisa memancarkan sihir langsung dari tubuh.

Namun, ada kalanya aku merasakan kabut tipis mengelilingiku.

Saat itulah roh menunggu untuk meminjam tenaga sihir itu.

Aku menuliskan semuanya di kertas—tentang bagaimana perlindungan roh itu bekerja.

“Kalau kupikir-pikir… belakangan teh terasa lebih enak meski tanpa ditemani Yui-sama…”

“Benar juga.”

“Berbahaya kalau informasi ini bocor… syukurlah mantan raja ada di sini. Semua orang harus merahasiakannya.”

“Ya, biar aku laporkan pada Tuanku dan mantan raja.”

“Yui-sama, persiapan Nona Stoll sudah selesai!”

Teriakan Stoll terdengar lirih di belakang.

Kalau dipakai sendiri masih bisa dikendalikan, tapi kalau dibantu orang lain, pasti kaget.

Mereka tak segan mendorong lengannya masuk, sambil merapikan lemak dari punggung dan perut.

Aku menatap jauh, teringat saat di SMP dulu senior klub kerajinan membantuku memakai bra dengan cara yang sama.

Ayah di kehidupan sebelumnya hanya menganggap ibu sebagai pengurus rumah, jadi ibuku tak terlalu peduli dengan urusan fesyen.

Yang mengajarkanku justru senior dan teman-teman—tentang bra, perawatan kulit, hingga pentingnya penampilan.

Salah satu ucapan senior yang tak pernah kulupakan: “Berpakaian bagi wanita adalah persiapan untuk bertarung.”

Dengan pena di tangan, aku menggambar diagram sederhana: cara memakai armor dengan benar, hal-hal yang harus diperhatikan.

Stoll tampak bingung, tapi akhirnya pasrah mengikuti instruksiku.

“Eh? Rasanya pas sekali, padahal belum dikencangkan.”

Aku puas dengan siluet yang rapi.

Lalu, perubahan terjadi.

Bagian seperti tanduk di helmnya bergerak.

Berkembang… lalu mekar menjadi bunga.

“Indah sekali…”

“Luar biasa…”

Para maid terpesona, menahan napas.

Itu mahkota bunga lili.

Lalu, dari dadanya muncul permata hijau yang melayang dan menempel di tulang selangka.

Sayap pun terbentang di punggungnya—

hanya aku yang bisa melihat saat itu.

Untuk pertama kalinya aku melihatnya… roh berukuran manusia, sama besar dengan zirah itu sendiri.

Roh yang tampak tertidur di dada armor kini meregang, lalu kembali menyatu, menghilangkan wujudnya.

Aku tahu… aku baru saja menyaksikan sesuatu yang luar biasa.

『Spirit of Armor』

Armor ini bukan sekadar zirah, tapi roh yang terlahir sendiri.

Inilah puncak sejati dari jahitan roh yang diberkati.

No comments:

Post a Comment