Novel Gadis Penjahit Chapter 20

Penyihir



“Apa-apaan!? Benang ini!”

Budak itu terbangun karena tendangan keras di perutnya.

Ah… lagi-lagi.

Suara melengking, mirip jeritan keturunan monster… itulah majikanku sekarang.

Budak itu mengangkat mata yang hampir buta ke arahnya.

“Apa maksudmu kualitasnya menurun!? Ini keluarga Nuile! Kau tidak boleh menghasilkan jahitan buruk!”

Tendangan itu sebenarnya tak begitu sakit.

Kakinya yang pendek dan tebal bergerak canggung karena jarang berolahraga.

Namun, ketika tanganku diinjak dengan berat badannya, rasa sakitnya luar biasa.

“Uaaaahhh!”

“Hanya keluarga Nuile yang bisa melakukan Jahitan Suci! Tapi apa-apaan benang ini?! Hampir tidak ada kekuatannya!”

Karena si budak begitu responsif terhadap perlakuan itu, tangannya yang sering diinjak kini membiru kehitaman, meski tak terdengar suara tulang patah.

—Dia seorang penyihir.

Namun kekuatannya lemah, sehingga dengan mudah dijual dari satu majikan ke majikan lain.

Yang bisa ia lakukan hanyalah memanggil roh.

Dia tidak bisa menangkapnya, apalagi merampas kekuatannya.

Padahal, kemampuan memanggil roh adalah bakat langka yang hanya sedikit penyihir miliki.

Guru yang pertama kali menemukan bakat itu bahkan sempat memujinya.

Biasanya roh membenci para dukun.

Maka kemampuannya untuk memanggil roh saja sudah dianggap harta bagi seorang penyihir.

Alasan majikan datang ke desa terpencil tempat ia tinggal hanyalah untuk menangkap roh.

Sebagian besar penduduk desa membenci para dukun. Namun…

Seorang gadis dari keluarga petani miskin jatuh cinta pada gurunya—seorang pria berwajah tampan dengan kekuatan istimewa yang tak pernah ia lihat di kampung.

Ia pun meninggalkan rumah, mengikuti pria itu.

Itulah persimpangan takdirnya.

Andai yang menemukannya waktu itu seorang penyihir sejati…

Andai ia peduli pada para roh…

Mungkin nasibnya akan berbeda.

Namun, kekuatan sang gadis tidaklah abadi.

Dukun yang tidak mengakui bahwa roh punya kehendak sendiri hanya akan berpikir bagaimana cara memanfaatkan mereka.

Tapi roh punya kemauan.

Alamiah, roh-roh itu pun kabur.

Sejak ia berpihak pada para penyihir, butuh tiga hingga empat tahun sebelum kekuatannya bisa berguna di tanah baru.

Sebab, di tempat yang ditinggalkan roh, jumlah roh yang lahir akan semakin sedikit—hingga akhirnya tak ada lagi roh yang lahir.

Sang gadis hanya bisa meratap, dijual dari satu penyihir ke penyihir lain, diperlakukan sebagai umpan untuk memancing roh.

Kenapa… aku hanya ingin bahagia…

“Haruskah aku keluar uang lagi untuk menyewa penyihir lain!? Sialan!”

Suara teriakan majikan bergema di kepalanya.

Dengan tatapan kosong, ia hanya menatap punggung majikan yang meninggalkan ruangan dengan marah.

Ingatan wajah sang guru terlintas sejenak.

Grrrk, krek.

Laba-laba di punggungnya berdecit pelan.

“Hmmm…”

Tanpa ada jejak roh di sekitarnya, laba-laba itu mulai memakan kekuatan sang gadis.

Laba-laba itu menggunakan kemampuan itu jauh lebih baik darinya.

Majikan pasti akan segera memanggil gurunya.

“Ahahahahahaha…”

Mari kita nikmati ini.

Sekarang ia bisa memakai kemampuan laba-laba itu untuk menangkap dan mencuri.

Ia akhirnya menjadi penyihir sejati.

Seorang penyihir yang melahap roh—dan ia berpikir, pasti rasanya lebih nikmat daripada memakan roh langsung, hingga air liurnya menetes.

Dan setelah ia melahap sang majikan…

Dia akan jadi milikku selamanya.

Lalu aku pasti akan bahagia.

Perut laba-laba yang melekat di punggung sang budak perlahan menyatu dengan tubuhnya.

No comments:

Post a Comment