Novel Gadis Penjahit Chapter 12

Mataku, Mataku


Mantan raja tampak benar-benar bercahaya dalam balutan yukata itu.

Bersinar terang, dengan whoosh cahaya yang memancar.

Gelombang cahaya menyebar, menyilaukan mataku.

Elemen bulan, air, dan es sangat kuat, tapi juga ada cahaya… membuatnya tampak seperti pantulan yang tersebar.

Sinar sihir berwarna biru keperakan, jernih dan murni, seolah semakin menyucikan udara di sekitarnya.

[Luar biasa.]

[Aku juga sudah sampai sejauh ini.]

Aku mendengar suara mantan raja dan Rodan yang terdengar terpesona, tapi aku sendiri terlalu sibuk menahan silau sampai tak memperhatikan mereka.

Lebih dari itu, roh-roh yang menemani mantan raja ikut bertumbuh.

Yukata tiruan itu sepertinya juga memberi pengaruh.

Dan kini, mantan raja tampak begitu rupawan saat berpakaian rapi.

Rasanya seperti bertatap muka dengan bintang film yang dulu hanya kutahu tapi tak kuidolakan, lalu tiba-tiba berubah jadi aktor pujaan yang membuatku berdebar hebat.

Apa karismanya meningkat?

Ahhh, kemeja sederhana dengan celana panjang memang bagus, tapi aku ingin mendandaninya dengan seragam militer.

Hitam dan putih, juga biru dan nila, mengingat hubungan dengan roh dan sihir.

Sulaman benang perak dengan hiasan benang emas di titik-titik penting… hasratku untuk mencipta tak ada habisnya.

Dipakai resmi pun gagah, dipakai santai pun tetap cocok. Bahkan bagus juga kalau dijadikan jubah bahu.

Benar-benar pas dengan dunia fantasi ini, bukan?

Lord Rodan, Lord Urde, katanya kain yang mereka bawa bisa kugunakan sesuka hati!

Untuk saat ini, aku memutuskan menyelesaikan satu set: kemeja, celana, dan pakaian dalam.

Seperti yang kuduga, sepatunya memang buatan pengrajin kelas satu.

Tapi, sepatu bot berikat jelas tak cocok dengan yukata, jadi aku membuat sandal tali dari kain. Talinya kusematkan dengan jahitan pelindung di ujung dan pinggirannya, lalu kuberikan padanya.

Aku memang pernah membuat sandal tali kain sebagai hiasan di kehidupan lalu, tapi ini pertama kalinya kubuat untuk benar-benar dipakai.

[Umm, sebagai ganti sepatu, tolong kenakan ini dengan pakaianmu.]

[Oh, oh, rupanya kau sudah makin lengah.]

Eh? Apa gagal? Aku mulai cemas, tapi mantan raja duduk di kursi yang disiapkan Urde, melepas sepatu botnya, lalu mengenakan sandal itu. Senyum cerah mengembang di wajahnya.

[Bagus sekali. Ringan, begitu nyaman.]

Melihat wajahku yang khawatir, Rodan tersenyum miring.

[Pakaian dengan jahitan berkah punya pertahanan lebih tinggi. Tidak apa-apa.]

[Sepatu bot itu… bikin kaki gerah dan berat...]

Suara mantan raja meluncur begitu saja, seakan mengingat kembali pengalaman hidupnya. Kini ia tahu, ia bisa mendapatkan pakaian impiannya.

[Yah, kalau kau menambahkan kain dengan jahitan berkah di dalam sepatu bot, seharusnya bisa juga.]

Ya. Bisa mencegah lembap, sekaligus memurnikan. Jarumku memang tak bisa menyulam langsung di kulit, tapi kalau kupasang jahitan pelindung di tali sepatu, tetap bisa menambah daya tahan sekaligus pertahanan.

Lagipula, karena ini buatan pengrajin kelas satu, sebaiknya minta izin juga.

[Benarkah?]

Ah, bukan cuma wajahnya yang bersinar—senyumnya pun benar-benar bercahaya!

Gelombang cahaya kembali menyebar?

[Ups, maaf. Kekuatan sihirku masih belum stabil.]

Saking terpesona, mantan raja mengangkatku dan mendudukkanku di pangkuannya.

Eh, apa ini tidak apa-apa?

Lawanku ini mantan raja. Aku cuma seorang penjahit.

…Mungkin boleh saja, toh Rodan juga tidak akan disalahkan?

[Yui, kekuatan sihirmu baik-baik saja? Kau sudah banyak menjahit jahitan berkah…]

[Kormoran?]

Ia menatapku khawatir, seakan baru menyadari sesuatu… dan aku hanya bisa memiringkan kepala.

Lagipula, aku hanya menjahit pelindung di yukata dan sandal, bukan?

Aku benar-benar tak tahu.

Sebagian besar penjahit berkah biasa bahkan tak punya kekuatan sihir cukup untuk membuat pakaian, jadi butuh berhari-hari untuk menyelesaikan satu helai.

Sementara itu, jahitan pelindungku bisa kugunakan hampir tanpa batas.

No comments:

Post a Comment