Bab 93 : Penyelidikan
Siang hari di pinggiran barat Igwynt, di Sekolah Saint Amanda.
Pagi itu, Dorothy yang mengenakan seragam murid Saint Amanda berjalan perlahan menuju bengkel bawah tanah sekolah. Begitu membuka pintu, ia mendapati Aldrich sedang duduk santai di kursinya sambil menyeruput teh. Kali ini, tak ada ukiran yang sedang ia kerjakan.
“Beberapa hari ini... kota sepertinya agak kacau. Aku sudah merasa kau bakal datang lagi, Nona Mayschoss.”
Aldrich meletakkan cangkirnya sambil tersenyum pada gadis berambut putih di depannya. Mendengar nada ramah si “tetua baik hati” itu, Dorothy hanya mengangkat bahu, menarik kursi, lalu duduk di hadapannya.
“Langsung saja. Aku ke sini hari ini untuk minta kau melihat dua hal. Pertama, ini...”
Dorothy mengeluarkan selembar kertas kasar dengan pola merah yang padat dan rumit. Aldrich mengambilnya, menatap sebentar, lalu berkata dengan datar,
“Barang ini... biaya penilaian: tiga puluh pound.”
“Bukankah dulu kau hanya minta sepuluh pound untuk penilaian?” Dorothy mengerutkan kening mendengar harga itu.
Aldrich menanggapi pelan.
“Biaya penilaianku tergantung kelangkaan barangnya. Dan sigil yang kau bawa ini... bukan benda biasa, Nona Mayschoss.”
Maksudnya jelas: semakin langka, semakin mahal.
Dasar tukang mencekik... Dorothy menggerutu dalam hati, tapi tetap mengeluarkan uang tiga puluh pound dari tasnya dan menaruhnya di meja. Meski mahal, tetap lebih murah dibanding harus mengorbankan spiritualitas untuk ritual penilaian. Untuk benda non-mistik, lebih efisien menyerahkannya pada Aldrich.
“Ini adalah Sigil Pemangsa yang dibuat dengan metode replikasi bertumpuk. Jauh lebih efektif dibanding sigil biasa. Sigil Pemangsa biasa bisa memberi manusia normal kemampuan mirip seorang Craver, tapi hampir tak berguna bagi Craver itu sendiri. Sedangkan yang ini bisa sementara meningkatkan kemampuan fisik seorang Craver ke tingkat lebih tinggi lagi, dengan imbalan menguras Chalice dalam jumlah besar. Untuk membedakannya, banyak orang menyebutnya Sigil Pesta. Intinya, ini versi tingkat lanjut dari Sigil Pemangsa.”
Penjelasan Aldrich membuat Dorothy cepat mengaitkan potongan peristiwa. Jadi itulah alasan Buck bisa mendadak meledakkan kekuatan, membantai empat boneka mayat yang ditopang Sigil Pemangsa. Rupanya dia menggunakan versi yang lebih kuat.
“Kalau begitu, orang yang bukan Craver juga bisa memakainya?” tanya Dorothy lagi.
“Tentu saja. Selama sanggup membayar Chalice yang diminta. Tapi terus terang saja—Sigil Pesta ini menghabiskan lima kali lipat Chalice dibanding sigil biasa. Tanpa jadi Craver, seorang Beyonder tak akan sanggup menanggung konsumsi sebesar itu. Pertimbangkan baik-baik, Nona Mayschoss.”
Sambil memperingatkan, Aldrich mengembalikan sigil itu. Dorothy menerimanya dengan pikiran melayang.
Lima kali lipat... berarti lima poin sekali pakai. Aku cuma bisa memakainya beberapa kali saja...
Setelah menyimpan Sigil Pesta, Dorothy menimbang langkahnya selanjutnya. Wajah Aldrich sempat tampak sedikit rumit saat ia kembali bicara.
“Bisa sampai memegang benda seperti ini... jangan-jangan kau sudah menumbangkan anggota tingkat tinggi Ekaristi Merah? Kalau tak salah, baru sebulan lalu kau datang padaku untuk membeli pengetahuan ritual kenaikan tingkat Apprentice.”
Meski tahu Dorothy berhadapan dengan Ekaristi Merah, Aldrich tak menyangka gadis yang baru naik tingkat sebulan lalu bisa menumbangkan anggotanya yang berperingkat tinggi.
Dorothy hanya tersenyum tipis. “Anggap saja begitu... Sudahlah, aku punya satu benda lagi.”
Ia mengeluarkan sigil lain dengan ukiran bayangan dan wahyu, lalu menyerahkannya.
Raut Aldrich menegang seketika. “Yang ini... empat puluh pound.”
Tanpa ragu Dorothy menaruh uangnya di meja. Aldrich langsung menjelaskan.
“Ini adalah Sigil Jangkar Mimpi. Ia merekam koordinat mimpi. Dengan sigil ini, seseorang bisa menandai kepompong mimpi di dalam Dreamscape, menyimpan koordinatnya, lalu saat memasuki Dreamscape dengan wujud mimikri, bisa langsung berpindah ke lokasi kepompong itu. Biasanya dibuat oleh organisasi peneliti mimpi seperti Black Dream Hunters atau keluarga Gothorp. Produksinya sangat sedikit, jadi benda ini cukup langka di dunia mistik. Umumnya dipakai untuk mengirim informasi lewat Dreamscape.”
Dorothy menerima kembali sigil itu sambil bergumam, Jadi bisa langsung berpindah ke kepompong yang ditandai... cara untuk mengirim pesan, ya? Lalu milik siapa kepompong dalam sigil ini? Brandon si pengkhianat... atau sang mentor?
“Ikut campur di dunia mimpi itu berbahaya, Nona Mayschoss. Sebelum kau punya wujud mimikri yang cukup kuat, sebaiknya jangan gegabah masuk ke sana...” ucap Aldrich serius.
Dorothy mengerucutkan bibir, kesal.
“Heh... justru soal itu aku mau protes! Buku mistik yang kau jual padaku—jelas-jelas tertulis kalau sihir mimikri bisa mengubahku jadi burung, tapi nyatanya aku malah berubah jadi ikan! Bagaimana aku bisa bergerak di hutan kalau begitu?”
Aldrich tetap tenang, kembali menyeruput teh.
“Aku percaya pada prinsip harga sebanding dengan barangnya. Buku mistik itu kutawarkan lima ratus pound karena ada kesalahan terjemahan yang membatasi sihir mimikri menjadi ikan. Kalau betul bisa jadi burung, aku takkan menjualnya di Igwynt, apalagi dengan harga segitu.”
Pesannya gamblang: murah karena cacat. Kalau sempurna, takkan berada di sini.
Dorothy menarik napas panjang, lalu menyimpan kembali Sigil Jangkar Mimpi.
“Baiklah, Tuan Aldrich, kalau begitu... bolehkah aku membeli sedikit informasi darimu?”
“Boleh saja. Asal tidak menyangkut klienku, aku siap menjual. Tapi klienku di Igwynt banyak, jadi jangan terlalu berharap.”
Aldrich menjawab santai. Dorothy segera meletakkan uang sepuluh pound di meja.
“Aku ingin tahu, ada Beyonder Chalice peringkat Abu Putih di Igwynt?”
“Tidak ada. Kenapa orang berperingkat Abu Putih datang ke kota seperti ini?”
Uang berpindah tangan dengan enteng. Dorothy mengeluarkan lagi selembar sepuluh pound.
“Kalau begitu, ada Beyonder Chalice peringkat Tanah Hitam di Igwynt?”
Aldrich sempat membuka mulut, lalu terhenti. Sorot matanya serius menatap Dorothy. Senyum tipis muncul di wajah gadis itu.
Beberapa detik sunyi. Lalu Aldrich tertawa kecil.
“Cerdik juga kau, Nona Mayschoss...”
“Dan kau orang yang sangat berprinsip, Tuan Aldrich...”
Dorothy tersenyum puas. Pada titik ini, ia sudah cukup yakin tentang peringkat sang mentor.
No comments:
Post a Comment