Grimoire Dorothy Chapter 73

Bab 73: Kesepakatan

Di dalam kereta, Dorothy masih tenggelam dalam pikirannya setelah berhasil menyadap percakapan antara Brandon dan Buck, memperoleh informasi yang amat penting.

Rencana Crimson Eucharist jelas berupa operasi dua arah: dengan menyamar sebagai “organisasi misterius”, mereka akan memancing keluar pasukan pemburu Biro Ketenteraman. Kesempatan itu dipakai sang mata-mata untuk mencuri barang-barang penting, sementara pasukan yang terkecoh akan dijebak dan dihantam habis-habisan. Jika semua berjalan mulus, mereka bahkan bisa melemparkan tuduhan ke arah “organisasi misterius” itu—sebuah manuver yang bisa mempersulit gerak Dorothy di kemudian hari.

Ia harus mengakui, rencana mereka cukup licik. Dari sudut pandangnya, ia sebenarnya bisa saja hanya fokus mencegat aksi Brandon dan mengabaikan nasib pasukan pemburu. Apa pun kerugian mereka, toh bukan urusannya. Bahkan kalau Gregor—calon mata-mata berikutnya setelah Brandon—ikut terjebak dalam penyergapan, kemungkinan besar Crimson Eucharist tidak akan langsung menghabisinya. Mereka akan menyisakan hidupnya demi merusaknya perlahan.

Jadi, langkah paling aman bagi Dorothy adalah hanya menarget Brandon, tanpa ikut campur dalam urusan pasukan pemburu. Cara itu menjamin keuntungan bersih, tanpa resiko tambahan.

Namun, kalau Dorothy tipe orang yang selalu memilih aman, ia takkan nekat menyerbu Burton tepat setelah naik peringkat, atau berpura-pura ikut terjerumus dalam skema korupsi Clifford.

“Huft… membiarkan semua ini begitu saja rasanya bikin enek,” Dorothy menghela napas panjang. Ia sudah mantap—kali ini ia tak hanya akan mencegat Brandon, tapi juga turun tangan membantu Biro Ketenteraman.

Pertanyaannya: bagaimana caranya? Lokasi jebakan saja ia tidak tahu. Buck jelas takkan membocorkan hal sepenting itu kepada Brandon, karena tak ada kaitannya langsung dengan tugasnya.

“Sudahlah. Sudah malam. Lebih baik pulang dulu sebelum Gregor jadi gila. Nanti kupikirkan lagi sambil rebahan.”

Dengan pikiran itu, Dorothy membangunkan kusir mayat yang bersandar seakan tidur. Kereta pun perlahan bergerak menyusuri jalan pulang.

Keesokan harinya, pinggiran barat Igwynt, Sekolah St. Amanda.

Menjelang siang, Dorothy turun ke ruang bawah tanah berdebu. Sebuah syal dililitkan di wajahnya sebagai masker seadanya. Ia menuruni tangga menuju bengkel kerja, di mana Aldrich tengah sibuk mengukir sesuatu.

“Oh, Nona Mayschoss! Ada apa kali ini? Mau urusan bisnis lagi?” Aldrich berhenti sebentar, menaruh alat ukir, lalu bercanda ringan.

“Coba kutebak—konsultasi mistisisme? Atau layanan cuti tahunan?”

“Orang ini bisa bercanda juga rupanya,” Dorothy mendesah dalam hati, tapi ia tak membalas. Ia langsung ke inti tujuan.

“Kau punya wadah berisi spiritualitas Lampu?”

“Lampu? Gereja biasanya lebih banyak, tapi karena aku ada kerja sama dengan mereka, aku punya beberapa stok. Tidak banyak. Kau butuh berapa?” jawab Aldrich tanpa ragu.

“Sedikit saja. Cukup untuk ritual kecil.”

Aldrich mengangguk, lalu masuk ke ruangan lain. Tak lama, ia kembali membawa sebuah kotak kecil sebesar dua ruas jari.

“Ini wadah spiritualitas Lampu. Jumlah standar untuk ritual minimum. Harganya 150 pound.”

Mendengar angka itu, Dorothy hampir mendengus.

“Sial… mahal sekali. Beli spiritualitas langsung begini benar-benar rugi dibanding mengekstrak dari mystical knowledge.”

Namun ia tetap merogoh tas, mengeluarkan sebuah buku tipis berukir samar lambang Chalice, disertai beberapa lembar uang kertas. Ia mengulurkannya.

“Ini naskah mistis Chalice—sepotong The Art of Sacred Anatomy. Tambahan 10 pound sebagai biaya penilaian. Nilailah.”

Buku itu ia letakkan di meja kerja. Aldrich sekilas menatapnya, lalu terkekeh.

“The Art of Sacred Anatomy, ya? Pernah dengar. Itu kursus pemula wajib bagi organisasi Chalice zaman sekarang. Jadi, Nona Mayschoss ternyata punya riwayat dengan Crimson Eucharist.”

Sambil berkata begitu, Aldrich membawa naskah itu ke meja ritual. Di sana, lingkaran dengan lambang Batu terukir. Ia menyalakan dua batang dupa di tepinya, lalu mengenakan kacamata berlapis lensa rune rumit.

Asap dupa mengepul, Aldrich mulai membuka halaman demi halaman dengan cepat. Ia tak berlama-lama membaca isi, seolah sengaja menghindari jebakan kata-kata.

“Antisipasi racun kognitif, ya?” Dorothy menebak dalam hati, terkesan dengan kehati-hatiannya.

Namun saat mencapai halaman terakhir—krek! Lensa kanan kacamatanya retak, pecah menjadi garis-garis halus. Dorothy terperanjat.

“Eh—”

“Heh, sepertinya kacamataku sudah waktunya pensiun.”

Aldrich tertawa kecil, melepas kacamata rusak itu. Melihat wajah Dorothy yang ragu, ia menenangkan.

“Tenang saja, cuma aus biasa. Aku tidak akan menagihmu biaya tambahan.”

Dorothy akhirnya mengembuskan napas lega. Melihat kacamata pecah hanya karena membaca buku adalah hal baru baginya. Pengalaman itu sekaligus membuatnya makin memahami betapa berbahayanya “racun kognitif” dalam mystical knowledge. Meski ia sendiri kebal, bagi orang lain jelas mematikan.

“Kedalaman sebuah mystical knowledge biasanya bisa dilihat dari kuatnya racun yang terkandung. Setelah menaksir cepat, aku akan menawar 350 pound,” ujar Aldrich akhirnya.

Dorothy mengangguk. “Deal. Berikan wadah Lampu itu dan 200 pound kembaliannya.”

“Tidak masalah.”

Aldrich mengeluarkan uang dari laci dan meletakkannya di meja bersama kotak kecil itu.

Dorothy mengambil keduanya. Menatap kotak mungil itu, pikirannya melayang.

“Dengan ini, akhirnya aku bisa melakukan ramalan…”

No comments:

Post a Comment