Grimoire Dorothy Chapter 70

Bab 70: Retakan

Di dalam toilet, Brandon meletakkan gelas kosong berisi cairan merah pucat di atas wastafel. Bersandar pada cermin, ia terengah berat. Saat obat itu mulai bekerja, napasnya perlahan teratur kembali, hingga akhirnya normal.

Perlahan ia mendongak, menatap bayangan dirinya. Wajah yang tadi tegang dan terdistorsi kini kembali tenang.

“Pujaan bagi Blood Chalice…”

Ia berbisik pelan, lalu berdiri tegak di depan wastafel. Brandon hati-hati membersihkan setiap jejak yang tersisa, menyeka lengan bajunya yang lembap, kemudian mengeluarkan tabung kaca berisi bubuk merah tua untuk diperiksa.

Pada tabung itu terukir samar ukiran dan lambang bulan sabit—halus, nyaris tak terlihat, tapi jelas menandakan sifat rahasianya yang berkaitan dengan Bayangan.

“Huft… kalau jumlah Lampu Penerang terus bertambah begini, persediaan ini nggak akan cukup. Ujung-ujungnya pasti ketahuan juga. Penambahan lampu seenaknya… sepertinya James mulai curiga. Malam ini harus kulaporkan…”

Dengan pikiran itu, Brandon menyimpan kembali tabung, memutar gagang pintu, dan keluar.

Ia berjalan santai kembali ke mejanya, lagi-lagi dengan hati-hati menghindari area yang diterangi lampu paling terang. Tak lama kemudian ia sudah duduk lagi di kursinya.

“Sekarang tinggal tunggu jam pulang…”

Waktu pun berlalu hingga jam kerja Biro Ketenteraman usai. Kecuali beberapa agen lapangan yang masih bertugas di kota, sebagian besar staf administrasi, termasuk Brandon, boleh pulang.

Setelah mengunci laci dengan aman, Brandon bangkit, memilih salah satu pintu keluar tersembunyi. Ia menapaki tangga, membuka pintu, dan keluar ke ruang penyimpanan di lantai dasar gedung sebelah.

Sudah berganti ke pakaian sipil seperti pegawai lain, Brandon berjalan ke luar, melangkah di jalanan malam dengan niat mencari kereta sewaan.

Baru beberapa langkah di trotoar, seekor anjing liar hitam lusuh muncul dari kerumunan, mengendus-endus jalan hingga akhirnya berhenti di kakinya. Hewan itu mendekat, mengendus celana Brandon.

Merasa ada gerakan di kakinya, Brandon menunduk dengan wajah masam. Tatapannya bertemu dengan mata anjing itu. Sejenak, manusia dan hewan itu saling menatap.

“Dari mana datangnya anjing kotor ini? Pergi sana!”

Dengan jijik, Brandon menendangnya. Anjing itu lincah menghindar, lalu kabur menyelinap di antara orang-orang.

Brandon tak peduli, ia lanjut berjalan ke tepi jalan. Sepuluh menit kemudian, ia berhasil menghentikan sebuah kereta dan naik ke dalamnya.

Kereta melaju di jalanan Igwynt, roda berderak pelan—tanpa sadar ada seekor gagak hitam hinggap di atapnya.

Beberapa puluh meter di belakang, sebuah kereta lain mengikuti. Kusirnya, pria pucat dengan topi tinggi, tampak muram. Di dalam, seorang gadis berambut putih mengenakan gaun hitam duduk tenang, senyum tipis terukir di wajahnya.

“Akhirnya ketemu… si pecandu Chalice.” Dorothy berbisik, senyumnya makin dalam. Kini, mata-mata yang ditanam Crimson Eucharist di dalam Biro Ketenteraman sudah jelas di depan matanya.

Sejak lama Dorothy bertanya-tanya bagaimana caranya Crimson Eucharist bisa menempatkan seorang mata-mata di Biro Ketenteraman. Organisasi seketat itu pasti punya pemeriksaan latar belakang yang teliti. Perekrutan umum jelas mustahil; sebagian besar anggota mungkin dipromosikan dari kepolisian biasa. Dengan sistem rekrutmen tertutup dan seleksi ketat, menyusup lewat jalur normal hampir tidak mungkin.

Selain itu, dari pengalamannya dengan anggota Crimson Eucharist, Dorothy tahu kebanyakan dari mereka berperilaku aneh, jauh dari tipe orang disiplin yang mampu melatih agen rahasia. Andaikata pun mereka berhasil menanam mata-mata kelas rendah, mustahil bisa dapat akses informasi penting. Namun dalam kasus Burton, si mata-mata bisa mengirim kabar ke Crimson Eucharist dengan sangat cepat—jelas ia menduduki posisi cukup tinggi.

Menghapus kemungkinan adanya agen rahasia yang dilatih sejak awal, Dorothy menyimpulkan: satu-satunya cara mereka adalah dengan keahlian khas mereka—korupsi.

Menurut analisanya, Crimson Eucharist pasti memilih anggota Biro yang sudah ada, lalu merusaknya dengan berbagai cara. Ia sendiri sudah menyaksikan bagaimana Clifford mencoba: kombinasi antara obat Chalice yang adiktif dan umpan racun kognitif. Sekali lengah, sulit sekali menolak.

Setelah rusak, anggota itu sepenuhnya menjadi milik Crimson Eucharist. Ancaman putusnya pasokan Chalice membuat mereka patuh, berubah menjadi informan tak ternilai.

Dorothy sadar, upaya Crimson Eucharist merusaknya dan memanfaatkannya untuk memengaruhi Gregor bukan kasus tunggal. Sumber daya dan tenaga yang mereka curahkan menunjukkan betapa besarnya taruhannya. Kepercayaan diri mereka berarti: metode ini sudah berhasil sebelumnya.

Dengan kesadaran itu, Dorothy merancang cara untuk menemukan mata-mata—dimulai dengan mendapatkan sampel obat Chalice.

Ia berpura-pura terjerat, menipu Clifford agar memberinya satu dosis. Dengan penawar Batu miliknya, Dorothy menguji efek candu obat itu pada dirinya. Hasilnya mengejutkan: dalam tiga jam setelah dosis pertama, ia merasakan hasrat menggebu yang nyaris tak tertahankan.

Kalau dirinya saja yang baru pertama kali sudah segitu parahnya, pecandu lama pasti lebih bergantung, dengan jeda antar dosis makin pendek.

Sementara jam kerja jauh lebih lama dari tiga jam, si mata-mata pasti mengalami gejala sakau saat bertugas. Untuk mengatasinya, ia akan membawa persediaan Chalice ke tempat kerja dan memakainya diam-diam.

Dari situ, rencana Dorothy menjadi sederhana. Selama beberapa hari, ia identifikasi semua pintu masuk-keluar tersembunyi Biro. Lalu, saat pergantian shift, ia menempatkan anjing mayat di sekitar lokasi itu, melatih mereka mengendus bau Chalice dengan sampel dari Clifford.

Setiap langkah strategi Dorothy untuk memburu mata-mata bertumpu pada satu hal: obat Chalice itu. Risiko besar yang ia ambil saat berhadapan dengan Clifford jelas lebih dari sekadar haus akan pengetahuan terlarang.

Boneka mayat hewan, dengan indera tajam, bisa ia kendalikan penuh melalui spiritualitas Wahyu. Ditambah ingatan sempurnanya, Dorothy sudah hafal wajah hampir semua anggota Biro. Tak satu pun bisa lolos dari pengamatannya.

Dengan persiapan matang dan langkah penuh perhitungan, Dorothy akhirnya berhasil menguak siapa mata-mata yang ditanam Crimson Eucharist di Biro Ketenteraman Igwynt. Kini, penemuan itu akan ia jadikan pijakan untuk menggali lebih banyak informasi.

No comments:

Post a Comment