Grimoire Dorothy Chapter 68

Bab 68: Pencarian

Pagi tiba di Igwynt, di sebuah gedung apartemen di Jalan Bunga Matahari Selatan.

Gregor baru saja bangun, berganti pakaian sambil menguap, lalu mendorong pintu kamarnya. Begitu melangkah ke ruang tengah, ia mendapati ruangan besar itu kosong—tanpa bayangan adiknya. Tak ambil pusing, ia pergi mencuci muka, lalu mengambil sarapan yang sudah disiapkan Nyonya Harker di lantai bawah, diletakkan di depan pintu.

Meletakkan makanan di meja, Gregor makan seadanya sambil bersiap keluar. Sebelum berangkat, ia mengetuk pintu kamar Dorothy dan memanggil cukup keras.

“Bangun, Dorothy, nanti kamu terlambat.”

Setelah berseru, ia menunggu sebentar, tapi tak ada jawaban. Ia lalu memutar gagang pintu dan membukanya.

Pintunya tidak terkunci, dan mudah sekali terbuka. Namun yang menyambutnya hanyalah kamar kosong. Tempat tidur sudah rapi, meja bersih, buku-buku tersusun rapi di rak kecil. Pakaian dan tas yang biasanya tergantung di gantungan pun menghilang.

“Hm… sudah pergi? Pantas saja, tadi jatah rotinya kurang dua potong. Belakangan dia sering bangun pagi. Sebenarnya ngapain sih dia?”

Menutup pintu kamar adiknya, Gregor kembali meneguk segelas susu sebelum turun ke lantai bawah. Ia sama sekali tidak menaruh curiga—beberapa pagi terakhir memang seperti ini. Seakan-akan Dorothy mulai hidup lebih disiplin, bangun lebih awal darinya dan berangkat terburu-buru.

“Mungkin nanti malam kutanya, apa ada sesuatu di sekolah.”

Dengan pikiran itu, Gregor meninggalkan gedung apartemen dan melangkah cepat menuju kota.

Hampir sejam berjalan, ia sampai di tempat kerjanya, tepat di kaki sebuah bangunan tinggi di perempatan. Gedung sepuluh lantai itu bernama Cypress Fir Tower, milik pemerintah kota Igwynt. Dahulu gedung itu adalah kantor balai kota, namun setelah pemerintahan pindah, lantai-lantainya disewakan pada perusahaan-perusahaan kecil.

Meski begitu, tidak semua lembaga pemerintah hengkang. Di ruang bawah tanah, Divisi Khusus Pritt—Biro Ketenteraman Kerajaan Pritt, cabang Igwynt—masih beroperasi.

“Huft… hari baru, kerja lagi… semoga nggak lembur,” desah Gregor sambil melangkah masuk. Gerak-geriknya itu diamati oleh seseorang dari ketinggian.

“Sepuluh menit lebih lambat dari biasanya, Gregor…”

Di atap gedung seberang Cypress Fir Tower, Dorothy duduk bersandar di balik dinding, mengamati kakaknya masuk melalui seekor gagak mati yang hinggap di tiang lampu jalan. Bibirnya berbisik pelan.

Saat ini, Dorothy duduk bersila di atap yang sepi. Di sekelilingnya berserakan lembaran kertas penuh coretan diagram pensil. Jika diperhatikan lebih dekat, terlihat itu adalah peta jalan sekitar dan denah berbagai gedung. Banyak titik yang dilingkari dan diberi catatan.

Mengambil lembar-lembar itu, Dorothy memeriksa satu per satu. Ada penanda lokasi di lantai satu dan dua Cypress Fir Tower, ruang bawah tanah Gedung Wicken, Jalan Cypress Fir, Jalan Blue Sage, dan seterusnya.

Semua itu adalah peta detail dalam dan luar bangunan di sekitar, hasil kerja Dorothy beberapa hari terakhir lewat pencarian teliti menggunakan boneka mayat hewan kecil.

Tujuan peta-peta ini jelas: menemukan letak pasti markas Biro Ketenteraman Igwynt, beserta seluruh pintu masuknya.

Ya, untuk menangkap si mata-mata di dalam Biro, Dorothy harus tahu semua personel yang bekerja di sana. Cara terbaik adalah menyusup menggunakan boneka mayat sebagai alat pengintai. Namun itu sangat berisiko.

Dorothy tahu, lembaga seperti Biro Keamanan pasti punya sistem anti-pengawasan terhadap deteksi mistis. Kalau bonekanya masuk, kemungkinan besar akan ketahuan oleh perangkat anti-pengawasan mereka, dan itu bisa berbahaya.

Pikirannya bukan tanpa dasar. Beberapa kali saat mengamati Gregor, Dorothy sempat melihat laporan pengadaan material di Biro. Di sana tertulis jelas bahwa mereka rutin membeli bahan spiritual Lantern dari Gereja Radiance untuk dipakai dalam sistem anti-pengawasan internal. Dorothy menduga, bahan itu dimanfaatkan untuk menggerakkan perangkat pemantau yang bisa mendeteksi penyusup mistis.

Memang Dorothy punya Cincin Penyembunyi, namun spiritualitas Bayangan yang ada di dalamnya terbatas. Tugas pengawasan untuk menemukan mata-mata jelas butuh waktu panjang, dan ia ragu cincin itu cukup. Lagipula, memakai cincin lewat boneka mayat punya tantangan tersendiri.

Karena itulah Dorothy memilih cara lain—lebih lambat, tapi aman.

Ia menatap titik-titik lingkaran di peta. Hampir semuanya adalah pintu atau tangga yang bisa dijadikan akses masuk.

“Dalam satu distrik, tiga gedung, sembilan pintu masuk… Hmph, sepertinya Biro Ketenteraman Igwynt memang berusaha menjaga rahasia,” gumam Dorothy sambil menelaah peta.

Berhari-hari pencarian teliti akhirnya membuahkan hasil: ia berhasil memetakan struktur markas Biro Ketenteraman Igwynt.

Markas itu berada di bawah tanah Cypress Fir Tower. Pintu-pintunya tersembunyi, menyamar sebagai pintu biasa di tiga gedung yang berdempetan, termasuk Cypress Fir Tower sendiri. Semua pintu berada di lantai dasar, menuju tangga ke bawah. Pegawai Biro menyamar sebagai karyawan biasa, keluar-masuk lewat titik-titik tersembunyi itu setiap hari.

Menemukan pintu-pintu ini sebenarnya tidak sulit. Dorothy cukup menggerakkan boneka mayatnya memeriksa setiap pintu dan ruangan di sekitar. Kalau ada pintu yang tak sesuai denah bangunan atau terlihat janggal, bisa segera dicurigai.

Contohnya, bila sebuah koridor berisi deretan pintu menuju ruangan normal tapi ada satu pintu mengarah ke tangga atau lorong, itu jelas aneh. Dorothy bisa menempelkan bonekanya di langit-langit untuk mengamati siapa saja yang membuka pintu itu. Ia juga mengikuti petugas kebersihan, melihat ruangan mana saja yang tak pernah mereka bersihkan. Bonekanya pun menjelajah sistem ventilasi, mencari ruangan palsu yang tak punya sirkulasi udara wajar. Semua cara itu sangat membantu.

Kebetulan, berkat peningkatan boneka mayat dari spiritualitas Wahyu dalam cincin, Dorothy kini bisa mengendalikan makhluk arachnid seperti laba-laba, membuat pengintaian makin efektif—meski ia masih belum bisa menguasai serangga.

Setelah menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan berbagai trik, Dorothy akhirnya menemukan sembilan pintu tersembunyi Biro Ketenteraman.

Langkah berikutnya: menempatkan boneka mayat sebanyak mungkin di pintu-pintu itu untuk memantau keluar masuknya orang. Dengan begitu, ia bisa mengenali para pegawai Biro.

Dan di antara mereka, tersembunyi sang pengkhianat yang ia cari.

No comments:

Post a Comment