Munculnya Bos Terakhir yang Liar 53

Bab 53 – Kekuatan Alkimia Begitu Mengagumkan!

Di dunia ini, Midgard, banyak hal yang seolah tak masuk akal bagi nalar manusia Bumi. Salah satunya—alkimia.

Dengan alkimia, hal yang mustahil pun menjadi mungkin.

Contohnya?

Makam kerajaan yang megah, yang secara logika akan memakan waktu puluhan tahun untuk dibangun... di Midgard, cukup sepuluh tahun. Alasannya? Alkimia.

Tapi, tentu saja, tidak segalanya bisa diwujudkan. Bahkan kekuatan supranatural seperti ini pun punya batas. Hanya saja… ada satu jenis orang yang bisa melampaui batas itu—para jenius yang berada di luar logika. Orang-orang seperti Mizar.

Dan setelah melihat langsung hasil ciptaannya…

Aku tak punya kata lain selain:

“Ini keterlaluan.”

Beberapa hari kami bepergian dengan Tanaka.

Dan kini, akhirnya sampai di tujuanku: sebuah kota... atau lebih tepatnya, kapal perang.

Tingginya menjulang, panjangnya lebih dari satu kilometer. Meriam-meriam menyembul dari berbagai sisi. Strukturnya megah, tetapi juga—mengerikan.

“…Jadi ini Blutgang. Ibu Kota Bergerak terakhir ciptaan Raja Smith, Mizar,” kata Dina sambil menunjuk bangunan raksasa itu.

“Ini... bukan kota. Ini senjata.”

Sebuah golem super-raksasa.

Tinggi 300 meter. Panjang 1100 meter. Lebar 400 meter. Dibuat dari orichalcum—logam langka kelas tertinggi.

Konon, hanya dengan berdiri, ia bisa menghentikan kemajuan iblis.

Dan ya, dia bukan hanya bisa berdiri.

Kalau perlu, Blutgang bisa berubah ke mode humanoid—bertarung dalam bentuk raksasa. Bahkan bisa adu jotos satu lawan satu.

“Gila,” gumamku.

“Gila... tapi luar biasa,” lanjut Virgo di sebelahku, matanya berbinar. Sayap putihnya bergerak kegirangan.

Aries dan Aigokeros tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Mereka sudah tahu. Tapi Libra? Wajahnya tetap datar—namun aku bisa merasakan ada semacam rasa bangga.

Yah, tidak heran. Mizar adalah “ayah”-nya.

“Kalau ini bertarung melawan Scorpius... pasti menang, ya?”

“Secara fisik, iya,” jawab Dina. “Tapi... jangan lupakan satu hal: racun Scorpius bisa membantai isi dalam golem ini dengan mudah.”

Blutgang memang tangguh. Tapi tetaplah kota. Jika racun menyebar ke seluruh sistem ventilasi dan membunuh penduduknya… kemenangan jadi tidak berarti.

Karena itu… langkah kami berikutnya harus hati-hati.

“Ruphas-sama, penyamaran bagaimana?” tanya Libra.

“Kurasa... cukup dengan menyembunyikan sayapku. Tak banyak dwarf yang masih hidup, jadi yang penting wajahku tidak mencolok.”

Aku memilih mengenakan pakaian pemberian Megrez—gaya jubah terbuka, cukup modern untuk tak mencurigakan, tapi tetap nyaman untuk pergerakan.

Sembari aku bersiap, Aigokeros berdiri di depanku sebagai pelindung agar aku bisa berganti pakaian. Aries pun buru-buru membalik badan.

...Lagi-lagi aku lupa kalau dia juga laki-laki.

Virgo menatap bingung.

“Dia... pria,” jelas Libra, tenang.

Sementara itu, Dina mengusulkan untuk tetap berada dalam Tanaka saat masuk ke kota.

“Blutgang punya dermaga khusus untuk golem. Kita bisa masuk dari sana.”

Begitu Tanaka mendekat, golem penjaga muncul dan menyambut kami.

“ToLoNg BeRHnTI dI sANA. sEButKaN aLAsAN aNDA unTuk MaSUk dAn TuNJukKan iZIN ANda.”

Suara yang agak... robotik, ya. Tapi sopan.

Dina mengeluarkan izin.

Mata golem menyala biru, memindai cepat.

“Izin DIterima. PeRikSA baGAiAn daLaM gOLEm.”

Dina memberi isyarat pada kami semua untuk turun. Sementara kami menunggu di luar, golem memeriksa Tanaka dari dalam.

“Ruphas-sama,” bisik Dina. “Kalau ada iblis menyusup, mereka akan ketahuan di sini.”

“...Bukankah Libra bisa dianggap berbahaya?”

Aku khawatir. Bagaimanapun, tubuh Libra penuh senjata. Bahkan senapan mesin saja dianggap kecil baginya.

Tapi...

Golem tak bereaksi.

“Jangan khawatir,” kata Libra. “Penyamaranku terlalu halus bagi sistem pendeteksi level rendah ini.”

...Serem juga.

Sementara itu, Aries juga lolos. Bahkan Aigokeros tak terdeteksi karena bersembunyi di bayanganku.

Dina tersenyum menang.

“Gunakan penyamaran status?”

“Tepat~,” jawabnya bangga.

Yah, kadang dia memang berguna.

Setelah lolos pemeriksaan, kami lanjut masuk ke Blutgang.

Pintu baja terbuka. Dinding-dinding dari logam menyambut kami.

Dan di balik gerbang itu…

KOTA.

Sebuah kota sungguhan.

Langit-langitnya tinggi, sekitar dua puluh meter. Terdapat lukisan langit biru palsu yang diterangi cahaya buatan. Bangunan-bangunan berdiri rapat. Jalan-jalan, taman, apartemen, toko... segalanya ada.

Sejujurnya, jika kau tinggal cukup lama di sini, kau akan lupa bahwa kau sedang berada di dalam golem.

“Blutgang dibagi dalam lima belas lantai,” jelas Libra. “Delapan lantai pertama untuk permukiman. Lantai sembilan dan sepuluh untuk area komersial. Lantai sebelas sampai tiga belas untuk bisnis dan kantor. Empat belas untuk keluarga kerajaan. Lima belas... markas pusat dan gudang golem level tinggi.”

“...Kamu tahu banyak.”

“Blutgang seperti adikku.”

...Adikmu gede banget, oi.

Tapi aku bisa mengerti. Blutgang adalah ciptaan Mizar, sama seperti Libra. Pasti ada keterikatan emosi di sana, walau dia golem.

“Dan Karkinos ada di sini?” tanyaku ke Dina.

“Seharusnya… ya,” jawabnya pelan. Kali ini dia hati-hati—tak mau mengulang kesalahan Parthenos yang sudah… almarhum.

“Baiklah. Tapi sebelum itu… makan dulu.”

Aku melihat ke sekitar. Ada restoran di blok permukiman. Virgo menunjuk satu tempat dengan girang.

“Yang itu kelihatan enak!”

“Yang sebelah situ, yang ada gambar kepitingnya juga menarik…” kataku, menunjuk yang lain.

Tapi karena Virgo terlihat antusias, aku mengalah.

Kami masuk ke restoran yang ia pilih.

Mudah-mudahan… tak ada menu mencurigakan.

 

Post a Comment for "Munculnya Bos Terakhir yang Liar 53"